Al-Mu’jam-ash-Shaghir – Yang Bernama Ahmad (86-88/100): Pemimpin Yang Buruk Serta Kisah Tujuh Versi Bacaan Qur’an

Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr
(Judul Asli: Al-Muhalla)
Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani

Penerjemah: Anshari Taslim
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Al-Mu'jam-ush-Shaghir Bab Alif - Yang Bernama Ahmad

رقم الحديث: 86
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرِ بْنِ أَيُّوْبَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَيُّوْبَ صَاحِبُ الْبَصْرِيِّ، حَدَّثَنَا هَارُوْنُ بْنُ دِيْنَارٍ، عَنْ أَبِيْهِ، قَالَ: سَمِعْتُ مَيْمُوْنَ بْنَ سِنْبَاذَ، يَقُوْلُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، يَقُوْلُ: “قِوَامُ أُمَّتِيْ بِشِرَارِهَا”، لَا يُرْوَى عَنْ مَيْمُونٍ، إِلَّا بِهذَا الْإِسْنَادِ تَفَرَّدَ بِهِ هَارُوْنُ بْنُ دِيْنَارٍ الْبَصْرِيُّ.

  1. Aḥmad bin Basyīr bin Ayyūb ath-Thayālisī (2311) menceritakan kepada kami, Sulaimān bin Ayyūb murid al-Bashrī menceritakan kepada kami, Hārūn bin Dīnār menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dia berkata: Aku mendengar Maimūn bin Sinbād berkata: Aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Para pemimpin (2322) umatku ini akan terdiri dari orang-orang paling jelek di antara mereka.

Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Maimūn kecuali dengan Isnād ini, hanya Hārūn bin Dīnār al-Bashrī yang meriwayatkan hadits ini darinya.

Isnād: diriwayatkan oleh Aḥmad dan lainnya dan semua Isnād-nya dha‘īf. (2333).

Al-Haitsamī mengatakan: “Diriwayatkan oleh ‘Abdullāh bin Aḥmad, al-Bazzār dan ath-Thabrānī dalam al-Kabīr dan al-Awsath, di dalamnya ada Hārūn bin Dīnār dan dia itu dha‘īf. (2344).

رقم الحديث: 87
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْجَهْمِ السِّمَّرِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُوْ حَاتِمٍ سَهْلُ بْنُ مُحَمَّدٍ السِّجِسْتَانِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي الْحَوَاجِبِ الْكُوْفِيُّ، قَالَ: كُنْتُ آخِذًا بِيَدِ الْأَعْمَشِ، فَقَالَ: قَرَأْتُ الْقُرْآنَ عَلَى يَحْيَى بْنِ وَثَّابٍ ثَلَاثِيْنَ مَرَّةً كُلَّ ذلِكَ أَقْرَأُ: وَ الرُّجْزَ فَاهْجُرْ سورة المدثر آية 5″ ، وَ كَذلِكَ قَرَأَ يَحْيَى عَلَى عَلْقَمَةَ، وَ عَلْقَمَةُ عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ، وَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ، عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، لَمْ يَرْوِهِ عَنِ الْأَعْمَشِ، إِلَّا ابْنُ أَبِي الْحَوَاجِبِ الْكُوْفِيُّ، نَزِيْلُ الْبَصْرَةِ.

  1. Aḥmad bin Muḥammad bin al-Jahm as-Simmān (2355) menceritakan kepada kami, Abū Ḥātim Sahl bin Muḥammad as-Sijistānī menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Zakariyyā bin Abul-Ḥawājib al-Kūfī menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku pernah memegang tangan al-A‘masy maka dia berkata: “Aku membaca al-Qur’ān di hadapan Yaḥyā al-Watstsāb sebanyak tiga puluh kali, semuanya dia membaca: “Dosa-dosa maka tinggalkanlah-Q.S.Al Mudatstsir-ed.” (2366). Demikian pula yang dibaca oleh Yaḥyā di hadapan ‘Alqamah, dan ‘Alqamah membacanya di hadapan ‘Abdullāh bin Mas‘ūd serta Ibnu Mas‘ūd membacanya di hadapan Nabi s.a.w.”

Tidak ada yang meriwayatkannya hadits ini dari al-A‘masy kecuali Ibnu Abil-Ḥawājib al-Kūfī yang merupakan imigran ke Bashrah.

Isnād: Al-Haitsamī mengatakan: “Diriwayatkan pula oleh ath-Thabrānī dalam al-Kabīr, di dalamnya ada Zakariyyā bin Abul-Ḥawājib al-Kūfī dan dia itu dha‘īf.” (2377).

رقم الحديث: 88
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ إِسْمَاعِيْلَ الْقَطَّانُ الْبَغْدَادِيُّ بِبَغْدَادَ، حَدَّثَنَا أَبُوْ مَرْوَانَ الْعُثْمَانِيُّ، حَدَّثَنَا الدَّرَاوَرْدِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ابْنِ أَخِي الزُّهْرِيُّ، عَنْ عَمِّهِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ:” أَقْرَأَنِي جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَى حَرْفٍ، فَلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيْدُهُ، فَيَزِيْدُنِيْ حَتَّى انْتَهَى إِلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ”، قَالَ الزُّهْرِيُّ: السَّبْعَةُ الْأَحْرُفُ إِنَّمَا هِيَ الْأَمْرُ إِذَا كَانَ وَاحِدًا لَا يَخْتَلِفُ فِيْهِ حَلَالٌ وَ حَرَامٌ لَمْ يَرْوِهِ عَنِ ابْنِ أَخِي الزُّهْرِيِّ، إِلَّا الدَّرَاوَرْدِيُّ.

  1. Aḥmad bin ‘Alī bin Ismā‘īl al-Qaththān al-Baghdādī (238) menceritakan kepada kami di Baghdād, Abū Marwān al-‘Utsmānī menceritakan kepada kami, ad-Darāwardī menceritakan kepada kami, dari Muḥammad bin ‘Abdullāh putra saudaranya az-Zuhrī, dari pamannya yaitu az-Zuhrī, dari ‘Ubaidullāh bin ‘Abdullāh bin ‘Utbah, dari Ibnu ‘Abbās bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Jibril a.s. membacakan kepadaku setiap huruf dan aku selalu minta tambahan (versi bacaan lain) dan dia pun menambahkannya kepadaku sampai berhenti di tujuh huruf (versi bacaan).” (2398).

Az-Zuhrī berkata: “Tujuh huruf itu maksudnya hanyalah perintah yang kalau hanya satu maka tidak akan ada perbedaan antara halal dan haram.”

Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari keponakan az-Zuhrī kecuali ad-Darāwardī.

Isnād: Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhārī. (2409).

Catatan:

  1. (231). Abū Ayyūb, dia mendengar hadits dari Ibnu Ma‘īn, Sulaimān bin Ayyūb murid al-Bashrī, ‘Abdullāh bin Mu‘ādz al-‘Anbarī dan lain-lain.Yang biasa meriwayatkan darinya adalah ‘Alī bin Ibrāhīm bin Ḥammād al-Qādhī, Aḥmad bin Ja‘far bin Salm al-Khutullī dan lain-lain.Aḥmad bin Kāmil mengatakan: “Dia sedikit ilmunya tentang hadits dan agak dungu, tapi tidak ada yang mempermasalahkan pendengarannya (periwayatan hadits).”Ibnu Ḥajar menyebutnya dalam Lisān-ul-Mīzān dan mengatakan: “ad-Dāraquthnī menganggapnya layyin (agak lemah). Al-Khallāl menyebutnya sebagai orang yang biasa menukil dari Imām Aḥmad.

    Lihat Tārīkhu Baghdād (4/54), al-Lisān (1/140), Thabaqāt-ul-Ḥanābilah (1/22).

  2. (232). Al-Quwwām dengan tasydid pada huruf wāw artinya para pengendali urusan dan para pemimpin. Kebanyakan mereka adalah orang-orang buruk karena labilnya kepatuhan dan kezaliman mereka.

    Sedangkan Quwām tanpa tasydīd artinya keadaan stabil dan aturan yang berjalan terjadi ketika dipimpin oleh mereka yang buruk. Ini adalah manifestasi dari sabda Rasūlullāh s.a.w.: “Sesungguhnya Allah kadang menguatkan keberadaan umat ini dengan (kepemimpinan) orang yang durjana.”

  3. (233). Faidh-ul-Qadīr (4/528), Tamyīz-uth-Thayyibī min-al-Khabīts hal. 114 dan Kasyf-ul-Khafā’ (1/720).
  4. (234). Az-Zawā’id (5/302). Saya katakan: Dia tidak menyebutkannya dari ash-Shaghīr. Lihat al-Kabīr (20/353), Muḥaqqīq kitab yaitu Syaikh Hamdī ‘Abd-ul-Majīd as-Salafī mengatakan: “Guru kami (al-Albanī – penerj.) menganggapnya ḥasan.”
  5. (235). Dia biasa meriwayatkan hadits dari ‘Umar bin ‘Alī al-Fallās, Abū Ḥātim as-Sijistānī, Muḥammad bin Abis-Sarī al-Azdī dan lain-lain.Yang biasa meriwayatkan darinya adalah Abul-Qāsim ath-Thabrānī dan lain-lain.Al-Khathīb al-Baghdādī menyebutnya dalam Tārīkhu Baghdād (3/403), dan tidak menyebutkan penilaian apa-apa terhadapnya.
  6. (236). Al-Muddatstsir ayat 5. Qira’at dalam riwayat ini adalah menggunakan kata “ar-Rujza” dengan dhammah pada huruf rā’ dan ini adalah qira’at Ḥafsh, Abū Ja‘far dan Ya‘qūb, sedangkan qira’at yang lain membacanya dengan (وَ الرِّجْزَ) dengan kasrah pada huruf rā’-nya, dan keduanya adalah qira’at yang terkenal.
  7. (237). Majma‘-uz-Zawā’id (7/131) dan al-Kabīr (10/117).
  8. (239). Dalam an-Nihāyah dikatakan: “Yang dimaksud huruf di sini adalah tujuh bahasa (dialet) yang ada dalam bahasa ‘Arab. Artinya itu tersebar dalam al-Qur’ān. Sebagiannya dengan bahasa Quraisy, sebagian lagi dengan bahasa Yaman. Bukan berarti bahwa dalam satu huruf terdapat tujuh versi, sebab ada pula dalam al-Qur’ān satu kata dibaca dalam empat belas versi. Ini adalah seperti perkataan kita: (تَعَال) (هَلُمَّ) dan (اِقْبَلْ) (semua berarti “kemarilah”). Kata huruf sendiri secara bahasa berarti pinggiran atau ujung, atau sisi.
  9. (240). Fatḥ-ul-Bārī (923). Dikeluarkan pula oleh an-Nasā’ī dari Ibnu ‘Abbās dari Ubay bin Ka‘b (2/153).