Al-Mu’jam-ash-Shaghir – Yang Bernama Ahmad (33/208): Anjing-anjing Neraka

Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr
(Judul Asli: Al-Muhalla)
Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani

Penerjemah: Anshari Taslim
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Al-Mu'jam-ush-Shaghir Bab Alif - Yang Bernama Ahmad

رقم الحديث: 33
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَبُو الدَّحْدَاحِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيْلُ الْعُذْرِيُّ الدِّمَشْقِيُّ، بِدِمَشْقَ، حَدَّثَنَا مُوْسَى بْنُ عَامِرٍ أَبُوْ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا خُلَيْدُ بْنُ دَعْلَجٍ، حَدَّثَنَا أَبُوْ غَالِبٍ، قَالَ: جِيْءَ بِرُءُوْسِ الْخَوَارِجِ، فَنُصِبَتْ عَلَى دَرَجِ مَسْجِدِ دِمَشْقَ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَنْظُرُوْنَ إِلَيْهَا، وَ خَرَجْتُ أَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهَا، فَجَاءَ أَبُوْ أُمَامَةَ، عَلَى حِمَارٍ وَ عَلَيْهِ قَمِيْصٌ سُنْبُلَانِيُّ، فَنَظَرَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ:” مَا صَنَعَ الشَّيْطَانُ بِهذِهِ الْأُمَّةِ؟، يَقُوْلُهَا ثَلَاثًا، شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ ظِلِّ السَّمَاءِ هؤُلَاءِ ، خَيْرُ قَتْلَى تَحْتَ ظِلِّ السَّمَاءِ مَنْ قَتَلَهُ هَؤُلاءِ ، هَؤُلاءِ كِلابُ النَّارِ ، يَقُولُهَا ثَلاثًا ثُمَّ بَكَى ، ثُمَّ انْصَرَفَ، قَالَ أَبُوْ غَالِبٍ: فَاتَّبَعْتُهُ، فَقُلْتُ: سَمِعْتُكَ تَقُوْلُ قَوْلًا قَبْلُ، فَأَنْتَ قُلْتَهُ؟، فَقَالَ: سُبْحَانَ اللهِ، إِنِّيْ إِذًا لَجَرِيْءٌ، بَلْ سَمِعْتُ ذلِكَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِرَارًا، فَقُلْتُ لَهُ: رَأَيْتُكَ بَكَيْتَ، فَقَالَ: رَحْمَةً لَهُمْ كَانُوْا مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ مَرَّةً، ثُمَّ قَالَ لِيْ: أَمَا تَقْرَأُ؟ قُلْتُ: بَلَى قَالَ: فَاقْرَأْ مِنْ آلِ عِمْرَانَ، فَقَرَأْتُ، فَقَالَ: أَمَا تَسْمَعُ قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ: فَأَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ سورة آل عمران آية 7 كَانَ فِيْ قُلُوْبِ هؤُلَاءِ زَيْغٌ، فَزِيْغَ بِهِمُ، اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِ الْمِائَةِ، فَقَرَأْتُ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ: يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَ تَسْوَدُّ وُجُوْهٌ فَأَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ سورة آل عمران آية 106، فَقُلْتُ: يَا أَبَا أُمَامَةَ، أَهُمْ هؤُلَاءِ؟ قَالَ: نَعَمْ هُمْ هؤُلَاءِ”. لَمْ يَرْوِهِ عَنْ خُلَيْدِ بْنِ دَعْلَجٍ، إِلَّا ابْنُ الْوَلِيْدِ.

  1. Abud-Daḥdāḥ Aḥmad bin Muḥammad bin Ismā‘īl al-‘Udzrī ad-Dimasyqī (1231) menceritakan kepada kami di Damaskus, Mūsā bin ‘Āmir Abū ‘Āmir menceritakan kepada kami, al-Walīd bin Muslim menceritakan kepada kami, Khulaid bin Da‘laj menceritakan kepada kami, Abū Ghālib menceritakan kepada kami, dia berkata: “Didatangkanlah kepala para pemberontak khawarij lalu ditancapkan di lorong masjid di Damaskus membuat orang-orang melihat kepala-kepala (yang terpenggal) itu. Aku juga termasuk orang yang melihatnya, lalu datanglah Abū Umāmah di atas keledai dan dia mengenakan kemeja sunbulānī, dia juga melihat ke mereka kemudian dia berkata: “Apa yang dilakukan setan terhadap umat ini?” Dia mengucapkan itu tiga kali. “Korban pembunuhan terburuk yang ada di kolong langit ini adalah mereka dan korban terbunuh terbaik yang ada di kolong langit ini adalah orang yang mereka bunuh. Mereka adalah anjing-anjing neraka!” Dia mengucapkan itu tiga kali, kemudian dia menangis lalu pergi.

Abū Ghālib berkata: Aku mengikutinya dan aku katakan kepadanya: “Saya mendengar anda mengucapkan apa yang anda ucapkan tadi, apakah itu adalah ucapan pribadi anda?” Dia menjawab: “Maha suci Allah, kalau begitu betapa lancangnya aku. Justru aku mendengarnya dari Rasūlullāh s.a.w. di banyak kesempatan.

Aku bertanya lagi: “Saya lihat anda menangis?” Dia menjawab: “Aku kasihan pada mereka, mereka sebenarnya adalah orang Islam.” Kemudian dia berkata padaku: “Tidakkah kau menghafal al-Qur’ān?” Aku jawab: “Iya.” Dia berkata: “Coba baca surah Āli ‘Imrān” Akupun membacanya. Dia berkata: “Tidakkah kamu dengar firman Allah ‘azza wa jalla: “Sedangkan mereka yang di hatinya ada kecenderungan (untuk sesat) maka mereka akan mencari-cari ayat yang mutasyabihat itu…” (Āli ‘Imrān [3]: 7).

Coba baca lagi awal ayat seratus. Akupun membaca sampai di ayat: “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.” (Āli ‘Imrān [3]: 106).

Aku bertanya: “Wahai Abū Umāmah apakah yang dimaksud adalah mereka?” Dia berkata: “Ya, merekalah yang dimaksud.”

Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Khulaid bin Da‘laj kecuali Ibn-ul-Walīd.

Isnād: Isnād-nya dha‘īf karena kelemahan Khulaid bin Da‘laj (1242). Al-Haitsamī berkata: “Diriwayatkan oleh ath-Thabrānī dalam al-Kabīr dengan tambahan, lalu dia katakan: “Para perawinya tsiqah.” Kemudian dia berkata lagi: “Diriwayatkan pula oleh Ibnu Mājah dan at-Tirmidzī secara ringkas.” (1253).

Catatan:

  1. (123). Dalam al-Mu‘jam-ul-Kabīr tertulis “Al-‘Adawī” bukan al-‘Udzī dan itu adalah salah tulis. Dia biasa meriwayatkan dari banyak orang. Yang biasa meriwayatkan darinya adalah Ibnu Darastawaih, ath-Thabrānī dan beberapa orang lain. Asal keluarganya adalah dari ‘Iraq kemudian pindah ke Damaskus. Di sanalah dia tinggal di dekat gerbang al-Qaradis di pinggiran Qashabiyyah. Keluarganya adalah keluarga orang-orang berilmu. Dalam Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh (3/844) disebutkan: “Muhaddits Damaskus wafat sekitar tahun 320 H. Ada pula yang mengatakan tahun 328 H.Lihat Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh (3/844), Tārīkhu Dimasyq (1/452), Al-Kabīr (8/329).
  2. (124). Al-Mughnī fidh-Dhu‘afā’.
  3. (125). Majma‘-uz-Zawā’id (6/233), Ibnu Mājah (1/176), al-Kabīr (8/329).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *