Al-Mu’jam-ash-Shaghir 3 – Yang Bernama Ahmad (3/208)

Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr
(Judul Asli: Al-Muhalla)
Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani

Penerjemah: Anshari Taslim
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Al-Mu'jam-ush-Shaghir Bab Alif - Yang Bernama Ahmad

رقم الحديث: 3
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَمْزَةَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ، حَدَّثَنَا أَبِيْ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيْدَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلَائِيِّ، عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ، عَنِ الْبَرَاءِ ابْنِ عَازِبٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ “عَلَّمَ رَجُلًا أَنْ يَقُوْلَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ: اللَّهُمَّ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ إِلَيْكَ، وَ أَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، وَ فَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ، رَهْبَةً مِنْكَ، وَ رَغْبَةً إِلَيْكَ، لَا مَلْجَأَ وَ لَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ، وَ نَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مَاتَ مِنْ لَيْلَتِهِ غُفِرَ لَهُ”، لَمْ يَرْوِهِ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، إِلَّا ثَوْرٌ، وَ لَا عَنْ ثَوْرٍ، إِلَّا يَحْيَى، تَفَرَّدَ بِهِ وَلَدُهُ عَنْهُ
.

  1. Aḥmad bin Muḥammad bin Yaḥya bin Ḥamzah ad-Dimasyqī Abū ‘Abdillāh (401) menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Tsaur bin Yazīd, dari ‘Amr bin Qais al-Mulā’ī, dari Abū Isḥāq, dari al-Barā’ bin ‘Āzib, bahwa Nabi s.a.w. mengajari seorang laki-laki untuk membaca doa ketika hendak tidur: Ya Allah, aku hadapkan wajahku kepada-Mu dan aku sandarkan punggungku, aku serahkan urusanku kepada-Mu, aku pasrahkan diriku kepada-Mu karena takut kepada-Mu sekaligus cinta kepada-Mu. Tidak ada tempat bersandar selain pada diri-Mu dan tidak ada tempat selamat dari-Mu selain kepada-Mu juga. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan, serta kepada Nabi-Mu yang Kau utus”, (sehingga) kalau dia mati malam itu juga maka dia akan diampuni –kalimat terakhir ini menurut sanad yg diterima Imam Thabrani-ed.

Tidak ada yang meriwayatkannya dari ‘Amr bin Qais kecuali Tsaur, dan tidak ada yang meriwayatkan dari Tsaur kecuali Yaḥyā dan hanya anaknya yang meriwayatkan hadits ini darinya.

Isnād: Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim, at-Tirmidzī dan Abū Dāūd. (412).

 

 

 

 

 

 

Catatan:

  1. (40). Dia adalah Abū ‘Abdullāh al-Batlahī. Al-Batlahī adalah nisbah kepada negeri Bait Lahiya salah satu negeri di Damaskus. Dia meriwayatkan hadits munkar dari ayahnya. Abū Aḥmad al-Ḥakīm mengatakan: “Dia perlu ditinjau ulang, Abū Jahm asy-Sya‘ranī meriwayatkan darinya hadtis-hadits batil.” Dia juga berkata: “Abu bertanya kepada Abul-Jahm tentang keadaan Aḥmad ini maka dia berkata: “Dia itu sudah tua sehingga bisa didikte orang yang sebenarnya bukan haditsnya dan dia menerima diktean itu.” Al-Haitsamī berkata: dha‘īf. Lihat Lisān-ul-Mīzān 1/295, Mukhtasharu Tārikhī Dimasyq 2/80, Mīzān-ul-I‘tidāl 1/151, Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh 2/650, Majma‘-uz-Zawā’id 8/116, al-Lubābu fī Tahdzīb-il-Ansāb. Dia wafat tahun 289 H.
  2. (41). Jāmi‘-ul-Ushūl 4/2250, Mukhtasharu Abī Dāūd, no. 4881, Fatḥ-ul-Bārī 2/357, Tuḥfat-ul-Ahwadzī 9/338, Mukhtasharu Muslim (1896).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *