Al-Mu’jam-ash-Shaghir – Yang Bernama Ahmad (64-70/100): Hadits Yang Sanadnya Dari Sahabat Nubaith Bin Syarith Al-Asyja’i R.A.

Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr
(Judul Asli: Al-Muhalla)
Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani

Penerjemah: Anshari Taslim
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Al-Mu'jam-ush-Shaghir Bab Alif - Yang Bernama Ahmad

رقم الحديث: 64
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ نُبَيْطِ بْنِ شَرِيْطِ الْأَشْجَعِيُّ، صَاحِبُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِمِصْرَ فِيْ جِيْزَتِهَا، حَدَّثَنَا أَبِيْ إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِيْهِ إِبْرَاهِيْمَ، عَنْ أَبِيْهِ نُبَيْطِ بْنِ شَرِيْطٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، يَقُوْلُ:” كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ”.

  1. Aḥmad (1931) bin Isḥāq bin Ibrāhīm bin Nubaith bin Syarīth al-Asyja‘ī sahabat Rasūlullāh s.a.w. menceritakan kepada kami di Mesir di tebingnya, ayahku yaitu Isḥāq, dari ayahnya yaitu Ibrāhīm, dari ayahnya dari Nubaith bin Syarīth yang berkata: Aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Setiap perbuatan baik itu adalah sedekah.

رقم الحديث: 65
(حديث مرفوع) (حديث موقوف) وَ بِهِ وَ بِهِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:” بُوْرِكَ لِأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا يَوْمَ خَمِيْسِهَا”.

  1. Dengan Isnād ini pula Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Umatku diberkahi di pagi harinya pada hari Kamis.

رقم الحديث: 66
(حديث مرفوع) (حديث موقوف) وَ بِهِ وَ بِهِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” مَنْ بَنَى للهِ مَسْجِدًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ”.

  1. Dengan Isnād ini pula Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Siapa yang membangun masjid karena Allah niscaya Allah akan membangun sebuah rumah untuknya di surga.

رقم الحديث: 67
(حديث مرفوع) (حديث موقوف) وَ بِهِ وَ بِهِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ”.

  1. Dengan Isnād ini pula Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiaplah menempati tempat duduknya di neraka.

رقم الحديث: 68
(حديث مرفوع) (حديث موقوف) وَ بِهِ وَ بِهِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” مَنْ سَتَرَ حُرْمَةَ مُؤْمِنٍ سَتَرَهُ اللهُ مِنَ النَّارِ”.

  1. Dengan Isnād ini pula Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Barang siapa yang menutup kehormatan seorang mu’min maka Allah akan mengharamkannya dari neraka.

رقم الحديث: 69
(حديث مرفوع) (حديث موقوف) وَ بِهِ وَ بِهِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” الْحَرْبُ خُدْعَةٌ”.

  1. Dengan Isnād ini pula Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Perang itu adalah tipuan.

رقم الحديث: 70
(حديث مرفوع) (حديث موقوف) وَ بِهِ وَ بِهِ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:” إِذَا وُلِدَ لِلرَّجُلِ ابْنَةٌ بَعَثَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ مَلَائِكَةً يَقُوْلُوْنَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ، يَكْتَنِفُوْنَهَا بِأَجْنِحَتِهِمْ، وَ يَمْسَحُوْنَ بِأَيْدِيْهِمْ عَلَى رَأْسِهَا، وَ يَقُوْلُوْنَ: ضَعِيْفَةٌ خَرَجَتْ مِنْ ضَعِيْفَةٍ، الْقَيِّمُ عَلَيْهَا مُعَانٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ”، لَا تُرْوَى هذِهِ الْأَحَادِيْثُ عَنْ نُبَيْطٍ، إِلَّا بِهذَا الْإِسْنَادِ تَفَرَّدَ بِهَا وَلَدُهُ عَنْهُ.

  1. Dengan Isnād ini pula Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Apabila seorang mendapatkan anak perempuan maka Allah akan mengutus malaikat kepadanya mengucapkan: “As-Salāmu ‘alaikum wahai penghuni rumah.” Para malaikat itu memeluk mereka dengan sayap-sayapnya, mengusap keluarga itu dengan tangan-tangan mereka di atas kepala mereka sambil berkata: “Ini adalah bayi yang lemah keluar dari ibu yang lemah, siapa saja yang mengurusnya akan mendapat pertolongan di hari kiamat.

Tidak ada yang meriwayatkan hadits-hadits ini dari Nubaith kecuali dengan Isnād ini, hanya anaknya yang meriwayatkan darinya.” (1942).

Catatan:

  1. (193). Guru ath-Thabrānī di sini keadaannya parah. Al-Haitsamī mengatakan: “Penulis al-Mīzān (adz-Dzahabī – penerj.) menganggapnya pendusta. Adz-Dzahabī juga berkata: “Di tahun ini (287 H.) wafat pula pengarang naskah Nubaith bin Syarīth yang dikarang oleh Aḥmad bin Isḥāq di Mesir. Dia mengklaim dilahirkan tahun 170 H., pendusta.Al-Fitnī mengatakan: “Dia biasa meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya dengan naskah Bilāl, tidak boleh berhujjah dengannya karena dia seorang pendusta.

    Lihat az-Zawā’id (1/146), Tadzkirat-ul-Ḥuffāzh (2/641), Qānūn (234) dan Mīzān (1/82).

  2. (194). Semua hadits di atas dikatakan oleh al-Haitsamī: “Guru ath-Thabrānī ini dianggap pendusta oleh penulis al-Mīzān sedangkan sisa sanad-nya aku belum menemukan ada yang menerangkannya selain sahabat Nabi (Nubaith bin Syarīth). (az-Zawā’id 1/146).

    Sedangkan hadits di atas sebenarnya sudah diriwayatkan pula dengan jalur-jalur lain selain dari Nubaith bin Syarīth.

    Catatan ed. : Adanya jalur hadits lain selain sahabat Nubaith dengan redaksi yang semisal menunjukkan bahwa matan atau isi hadits-hadits tersebut di atas masih dipertimbangkan alias tidak ditolak mentah-mentah oleh jumhur ulama hadits.