Al-Mu’jam-ash-Shaghir – Yang Bernama Ahmad (28/208): Muḥāqalah, Muzābanah, Mulāmasah, Dan Asy-Syighār

Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr
(Judul Asli: Al-Muhalla)
Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani

Penerjemah: Anshari Taslim
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Al-Mu'jam-ush-Shaghir Bab Alif - Yang Bernama Ahmad

رقم الحديث: 82
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْبَخْتَرِيُّ الرَّمْلِيُّ الْمُؤَدِّبُ، حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ خَالِدِ بْنُ مَوْهَبٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عِيَاضٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ” نَهَى عَنِ: الْمُحَاقَلَةِ، وَ الْمُزَابَنَةِ، وَ الْمُلَامَسَةِ، وَ نَهَى عَنِ الشِّغَارِ”، لَمْ يَرْوِهِ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، إِلَّا يَزِيْدُ بْنُ عِيَاضٍ، تَفَرَّدَ بِهِ ابْنُ وَهْبٍ.

Aḥmad bin Muḥammad bin ‘Alī al-Bakhtarī ar-Ramlī al-Mu’addib (1091) menceritakan kepada kami, Yazīd bin Khālid bin Mauhab menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Wahb menceritakan kepada kami, dari Yazīd bin ‘Iyādh dari Shafwān bin Sulaim, dari ‘Athā’ bin Yasār, dari Abū Hurairah r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. melarang muḥāqalah, muzābanah, dan mulāmasah. Beliau juga melarang asy-Syighār. (1102).

Tidak ada yang meriwayatkannya dari Shafwān bin Sulaim selain Yazīd bin ‘Iyādh, hanya Ibnu Wahb yang meriwayatkan hadits ini darinya.

Isnād: Isnād ini dha‘īf tapi hadits-hadits yang melarang semua yang disebutkan di atas adalah shaḥīḥ. (1113).

Catatan:

  1. (109). Saya belum menemukannya.
  2. (110). Muḥāqalah adalah penyewaan tanah dengan gandum. Ada pula yang mengatakan selain itu.

    Muzābalah adalah menjual tamar (buah kurma kering) dengan ruthab (buah kurma basah) secara takaran, atau anggur basah dengan kismis (anggur kering) secara takaran yang sama.

    Mulāmasah adalah menyentuh kain atau pakaian yang akan dibeli tanpa melihat barangnya. Si penjual biasanya mengatakan: “Kalau kamu sentuh pakaian ini maka jual beli harus terlaksana, atau menyentuh barang yang akan dibeli dari balik pakaian tanpa melihat dulu barangnya dan dengan itu terjadilah jual-beli.

    Syighār adalah seorang menikahkan anakanya dengan balasan yang jadi menantunya ini juga harus menikahkannya dengan anaknya tanpa ada mahar antara mereka berdua (tukar anak).

  3. (111). Jāmi‘-ul-Ushūl (1/298) dan (1/344), Faidh-ul-Qadīr (6/317).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *