Al-Mu’jam-ash-Shaghir – Yang Bernama Ahmad (18/208): Jabatan Seseorang Kelak Ditanyakan Sebagaimana Hartanya Ditanyakan

Al-Mu‘jam-ush-Shaghīr
(Judul Asli: Al-Muhalla)
Oleh: Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad ath-Thabrani

Penerjemah: Anshari Taslim
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Al-Mu'jam-ush-Shaghir Bab Alif - Yang Bernama Ahmad

رقم الحديث: 81
(حديث مرفوع) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ خَالِدٍ الْحَلَبِيُّ أَبُو عَبْدِ اللهِ، بِحَلَبَ سَنَةَ ثَمَانٍ وَ سَبْعِيْنَ وَ مِائَتَيْنِ، حَدَّثَنَا يُوْسُفُ بْنُ يُوْنُسَ الْأَفْطَسُ، أَخُوْ أَبِيْ مُسْلِمٍ الْمُسْتَمْلِيْ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِيْنَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، يَقُوْلُ: “إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دَعَا اللهُ عَبْدًا مِنْ عَبِيْدِهِ، فَيُوْقَفُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَيَسْأَلُهُ عَنْ جَاهِهِ كَمَا يَسْأَلُهُ عَنْ مَالِهِ”، لَمْ يَرْوِهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِيْنَارٍ، إِلَّا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، تَفَرَّدَ بِهِ يُوْسُفُ بْنُ يُوْنُسَ.

  1. Aḥmad bin Khulaid al-Ḥalabī Abū ‘Abdillāh (811) menceritakan kepada kami, di Ḥalab, pada tahun 278 H., Yūsuf bin Yūnus al-Afthas saudara Abū Muslim al-Mustamlī menceritakan kepada kami, Sulaimān bin Bilāl menceritakan kepada kami, dari ‘Abdullāh bin Dīnār, dari Ibnu ‘Umar, dia berkata: Aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Apabila nanti di hari kiamat maka Allah akan memanggil seorang hamba dari kalangan hamba-hambaNya dan diberdirikan di hadapan-Nya lalu Dia akan menanyainya tentang kedudukan si hamba itu sebagaimana juga dia ditanyai tentang hartanya.

Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari ‘Abdullāh bin Dīnār kecuali Sulaimān bin Bilāl dan hanya Yūsuf bin Yūnus yang meriwayatkannya.

Isnād: Di dalamnya ada Yūsuf bin Yūnus dan dia sangat lemah.(822)

Catatan:

  1. (81). Saya-Imam Thabrani-ed belum menemukannya.
  2. (82). Majma‘-uz-Zawā’id (10/346). Adz-Dzahabī mengatakan: “Ibnu ‘Adī membicarakannya dan mengatakan: “Semua yang dia riwayatkan dari tsiqah adalah munkar (al-Mughnī fidh-Dhu‘afā’). Sedangkan dalam Tārīkhu Baghdād disebutkan, dari ad-Dāraquthnī bahwa dia tsiqah.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *