1-1-3 Kisah Nabi Adam a.s. – Kisah-kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir

قَصَصُ الْأَنْبِيَاءِ
Judul Asli:
QASHASH-UL-ANBIYĀ’

Penulis:
Imam Ibnu Katsir.

Judul Terjemahan:
KISAH-KISAH PARA NABI

Penerjemah: Muhammad Zaini, Lc.
Penerbit: Insan Kamil Solo.

Rangkaian Pos: 1 Kisah Nabi Adam a.s. - Kisah-kisah Para Nabi - Imam Ibnu Katsir

Allah menyebutkan bahwa Dia berfirman kepada para malaikat seraya berkata: “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (al-Baqarah [2]: 30). Allah mengabarkan bawha diri-Nya akan menciptakan dari Ādam dan keturunannya penguasa-penguasa, sebagaimana firman-Nya:

وَ هُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ….

Dan Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi…..” (an-An‘ām [6]: 165).

….. وَ يَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ….

“…. dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi…..” (an-Naml [27]: 62).

Allah menyebutkan hal itu kepada mereka dengan metode pujian atas penciptaan Adam dan keturunannya, sebagaimana juga Dia menyebutkan dengan cara meminta menunjukkan hikmahnya, bukan dengan cara menentang atau menjelek-jelekkan anak keturunan Ādam karena rasa dengki terhadap mereka, sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian ahli tafsir. Mereka (para malaikat) berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?

Ada yang bependapat bahwa para malaikat mengetahui dan menyaksikan pertumpahan darah yang dilakukan oleh al-Ḥinnu dan al-Binnu, sebelum diciptakannya Ādam. (11)

‘Abdullāh bin ‘Umar berkata: “Al-Ḥinnu dan al-Binnu diciptakan oleh Allah, 2000 tahun sebelum diciptakannya Ādam. Dan mereka memiliki kebiasaan menumpahkan darah. Lalu Allah mengutus bala tentara-Nya dari kalangan malaikat ke tengah-tengah mereka, sehingga mereka terusir hingga pinggiran al-Baḥūr. (22) Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās dan yang lainnya. (33).

Sedangkan riwayat dari al-Ḥasan menyebutkan bahwa (para malaikat) diberi pengetahuan tentang hal itu. (44) Ada yang berpendapat bahwa, maksudnya adalah apa yang mereka ketahui tentang Lauḥ-ul-Maḥfūzh. Ada juga yang mengatakan bahwa apa yang dinampakkan kepada mereka oleh Hārūt dan Mārūt dari malaikat yang derajatnya berada di atasnya yang bernama as-Sijl, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abī Ḥātim dari Ja‘far al-Bāqir. (55) Pendapat lain mengatakan: “Karena mereka mengetahui bahwa tidak akan diciptakan dari tanah, kecuali orang-orang yang berhak diciptakan darinya.”

Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu.” Yakni kami (para malaikat) senantiasa beribadah kepada-Mu tiada henti dan tidak seorangpun dari kami yang bermaksiat kepada-Mu, Jika tujuan diciptakannya mereka agar mereka beribadah kepada-Mu, lihatlah kami yang tidak pernah bosan menyembahmu di waktu siang dan malam.

Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. Yakni, Aku mengetahui segala kemaslahatan yang tidak kalian ketahui ketika mereka diciptakan, yakni akan lahir di tengah-tengah mereka para Nabi, para Rasūl, Shiddīqīn dan Syuhadā’.

Kemudian Allah menjelaskan kepada para malaikat, terkait kelebihan ilmu Adam atas mereka. Dia berfirman: “Dan Dia mengajarkan kepada Ādam nama-nama (benda-benda) seluruhnya.” Ibnu ‘Abbās berkata: “(Yaitu) nama-nama yang banyak dikenal oleh banyak orang seperti; manusia, binatang, tanah, lembah, lautan, gunung, unta, himar, dan yang lain sebagainya. (66)

Mujāhid berkata: “Allah mengajarkan kepadanya seluruh nama binatang melata, burung, dan segala sesuatu.” (77) Hal senada juga dikatakan oleh Sa‘īd bin Jubair, Qatādah, dan yang lainnya. (88).

Ar-Rabī‘ berkata: “Allah mengajarkan kepada Ādam seluruh nama malaikat.” (99) ‘Abd-ur-Raḥmān bin Zaid berkata: “Allah mengajarkan kepadanya seluruh nama anak keturunannya.” (1010) Namun pendapat yang benar adalah, bahwa Allah mengajarkan kepadanya seluruh nama binatang dan tingkah lakunya; baik yang kecil ataupun yang besar, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu ‘Abbās.

Dalam hal ini, Imām al-Bukhārī menyebutkan apa yang diriwayatkan oleh Imām Muslim dari jalur Sa‘īd dan Hisyām, dari Qatādah, dari Anas bin Mālik, dari Rasūlullāh s.a.w. beliau bersabda: “Pada hari kiamat kelak, orang-orang mu’min berkumpul seraya berkata: “Bagaimana kalau kita memohon syafaat kepada Rabb kita?” Mereka pun mendatangi Ādam dan berkata: “Bukankah engkau ini bapak manusia? Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan mengajarkanmu nama segala sesuatu”.” Kemudian disebutkan hadits itu secara sempurna.

Kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman: “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (al-Baqarah [2]: 31). Al-Ḥasan al-Bashrī berkata: “Ketika Allah hendak menciptakan Ādam, para malaikat berkata: “Tidaklah Allah menciptakan sesuatu, kecuali kami lebih unggul dalam pengetahuan dari makhluk itu.” Dan merekapun diuji dengan hal itu. Itulah yang dimaksud oleh firman Allah: “Jika kamu yang benar.” (1111) Ada pula yang mengatakan bahwa bukan itu yang dimaksud, sebagaimana yang telah kami jelaskan di dalam tafsir kami. (1212).

Para malaikat menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (al-Baqarah [2]: 32). Yakni, maha suci Engkau, tiada seseorang yang mengetahui ilmu-Mu, tanpa Engkau mengajarinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

….وَ لَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مَنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ….

“…. Dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu-Nya, melainkan apa yang Dia kehendaki.…” (al-Baqarah [2]: 255).

Dia (Allah) berfirman: “Wahai Ādam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu! Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya. Dia berfirman: “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (al-Baqarah [2]: 33). Yakni, Dia memberitahukan kepada Ādam sesuatu yang tersembunyi, sebagaimana Dia juga memberitahukan kepadanya segala yang nampak.

Ada yang mengatakan bahwa maksud firman Allah: “dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan,” adalah apa yang mereka (para malaikat) ucapkan: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Inilah yang mereka nampakkan. Sedangkan maksud firman Allah: “Dan apa yang kalian sembunyikan.” Maksudnya adalah Iblīs dan segala apa yang disembunyikan di dalam dirinya berupa kesombongan dan permusuhan terhadap Nabi Ādam a.s., sebagaimana yang dikatakan oleh Sa‘īd bin Jubair, Mujāhid, as-Suddī, adh-Dhaḥḥāk, dan ats-Tsaurī. Dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarīr. (1313)

Abul-‘Āliyah, ar-Rabī‘, al-Ḥasan, dan Qatādah berkata tentang firman Allah: “Dan apa-apa yang kalian sembunyikan” yakni perkataan mereka (para malaikat): “Tidaklah Allah menciptakan sesuatu, kecuali pasti kami lebih mengetahui dan kami lebih mulia dari ciptaan-Nya.” (1414)

Firman Allah ‘azza wa jalla: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Ādam!” maka mereka pun sujud kecuali Iblīs, Ia menolak dan menyombongkan diri.” (al-Baqarah [2]: 34). Hal ini merupakan bentuk pemuliaan Allah kepada Ādam yang telah Dia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan-Nya), sebagaimana firman-Nya:

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَ نَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُوْحِيْ فَقَعُوْا لَهُ سَاجِدِيْنَ.

Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (al-Ḥijr [15]: 29).

Itulah empat bentuk pemuliaan Allah kepadanya, yaitu: Allah menciptakannya dengan tangan-Nya sendiri, meniupkan sebagian roh-Nya kepadanya, memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya, dan mengajarkan nama-nama benda kepadanya.

Oleh karena itu, Nabi Mūsā al-Kalīm berkata kepada Ādam ketika berkumpul bersamanya di al-mala’-ul-a‘lā: “Engkau adalah Ādam; bapak seluruh umat manusia. Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, meniupkan sebagian roh-Nya kepadamu, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan mengajarkanmu nama-nama segala sesuatu.” (1515) Dan inilah yang akan diucapkan oleh manusia ketika mereka dikumpulkan di padang Maḥsyar kelak, sebagaimana disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, dan akan dilanjutkan pada pembahasan berikutnya, in syā’ Allāh.

Di dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

وَ لَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلآئِكَةِ اسْجُدُوْا لِآدَمَ فَسَجَدُوْا إِلَّا إِبْلِيْسَ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السَّاجِدِيْنَ. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَ خَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ.

Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Ādam,” maka mereka pun sujud kecuali Iblīs. Ia (Iblīs) tidak termasuk mereka yang bersujud,” (Allah) berfirman: “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Ādam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblīs) menjawab: “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

(al-A‘rāf [7]: 11-12).

Al-Ḥasan al-Bashrī berkata: “Iblīs pun membanding-bandingkannya, dan dialah makhluk yang pertama kali melakukan pembandingan.”

Muḥammad bin Sīrīn berkata: “Makhluk yang pertama kali melakukan pembandingan adalah Iblīs. Dan tidaklah matahari dan bulan itu disembah, kecuali atas dasar pembandingan.” Kedua pendapat tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr. (1616).

Artinya, Iblīs melihat dirinya dengan membandingkan antara dirinya dengan Ādam, lalu ia melihat bahwa dirinya lebih mulia daripada Ādam. sehingga dia enggan untuk sujud kepadanya. Padahal, Allah s.w.t. telah memerintahkan dirinya dan para malaikat untuk bersujud kepada Ādam.

Catatan:


  1. 1). Diriwayatkan oleh ‘Abd-ur-Razzāq di dalam Tafsīrnya, (1/42), dan ath-Thabarī di dalam Tafsīrnya, (1/205). 
  2. 2). Diriwayatkan oleh Ibnu Abī Ḥātim di dalam Tafsīrnya, (321), namun beliau untuk menyebutkan kata al-Binnu
  3. 3). HR. al-Ḥākim (2/261). 
  4. 4). Ath-Thabarī di dalam Tafsīrnya, (1/206), dan Ibnu Ḥātim di dalam Tafsīrnya, (324). 
  5. 5). Tafsīru Ibni Abī Ḥātim (327). 
  6. 6). Ath-Thabarī di dalam Tafsīrnya (1/215), dan Ibnu Abī Ḥātim di dalam Tafsīrnya (336). 
  7. 7). Ibnu Abī Ḥātim (343). 
  8. 8). Pendapat-pendapat tersebut dapat dilihat di Tafsīr-uth-Thabarī (1/215-217), Tafsīru Ibni Abī Ḥātim (336), dan ad-Durr-ul-Mantsūr (1/49). 
  9. 9). Ath-Thabarī (659). 
  10. 10). Tafsir ath-Thabarī (660). 
  11. 11). Ath-Thabarī di dalam Tafsīrnya (1/218). 
  12. 12). Tafsīr-ul-Mushannaf (1/105). 
  13. 13). Tafsir ath-Thabarī (1/222, 223). 
  14. 14). Tafsir ath-Thabarī (1/222, 223) dan Ibnu Abī Ḥātim di dalam Tafsīrnya (360). 
  15. 15). HR. Muslim (2652), sebenarnya hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (3409). 
  16. 16). Tafsir ath-Thabarī (8/131). 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *