2-2-1 Rahasia Bacaan & Gerakan Shalat – Penghambaan Diri Melalui Takbir, Rahasia Doa Pembuka (Iftitah), Membaca al-Qur’an & Ta‘awwudz – Belajar Khusyuk

Rangkaian Pos: 002 Rahasia-rahasia Shalat - Belajar Khusyuk

2. RAHASIA BACAAN DAN GERAKAN SHALAT

Penghambaan Diri Melalui Takbir.

Seorang hamba diperintah untuk menghadapkan wajahnya ke qiblat (rumah)-Nya yang suci dan menghadapkan hatinya kepada Allah agar terbebas dari sikapnya selama ini yang lalai dan berpaling dari-Nya. Ia berdiri di hadapan Allah dengan perasaan rendah diri, tunduk patuh, dan mengharapkan belas kasih-Nya. Ia letakkan kedua tangannya dengan penuh kepatuhan dan berserah diri seraya menundukkan kepalanya sepenuh hati, mengarahkan pandangannya ke tempat sujudnya, sementara hatinya tidak berpaling dari-Nya meski hanya sekejap, baik ke kanan maupun ke kiri. Ia hadapkan segenap perhatian dan seluruh hatinya kepada Allah semata.

Kemudian ia mengucapkan kalimat takbirat-ul-ihram yang mengagungkan dan menegaskan kebesaran Allah, sementara hatinya mengikuti gerak lisannya yang mengucapkan takbir sehingga ia meyakini kemahabesaran Allah, penguasa semesta dan seluruh makhluk. Ada keserasian antara gerak anggota tubuh, ucapan lisan, dan pengakuan serta penegasan dalam hati. Semuanya menyatakan keagungan dan kebesarang Allah. Ketika hatinya mengakui dan membenarkan takbir yang diucapkan lisannya dengan penuh ketulusan maka hatinya akan diliputi perasaan bahwa tidak ada sesuatu pun yang lebih besar dari Allah sehingga tak ada sesuatu pun yang dapat memalingkan dan membuatnya lupa kepada-Nya. Sebab, apabila dalam hati seseorang ada sesuatu atau seseorang yang membuatnya sibuk sehingga melupakan dan melalaikan Allah, berarti sesuatu atau seseorang itu lebih besar dari Allah. Dan apabila hati seseorang dalam shalatnya disibukkan dengan selain Allah hingga membuatnya lupa kepada-Nya, berarti apa yang menyibukkan hatinya itu juah lebih penting daripada Allah. Dengan demikian, ada pertentangan antara kalimat “Allahu Akbar” yang diucapkan lisannya dan pengakuan yang terucap dalam hatinya. Lisannya menegaskan kebesaran dan keagungan Allah sedangkan hatinya kosong dari pengakuan dan penegasan serupa. Alih-alih, hatinya itu disibukkan memikirkan sesuatu yang lain selain Allah.

Apabila lisan seorang hamba menegaskan apa yang ditekadkan dalam hati berupa pengakuan akan kebesaran Allah, berarti ia telah menanggalkan pakaian kesombongan yang sesungguhnya bertentangan dengan kepasrahan dan penghambaan seorang hamba kepada Allah. Pengucapan dengan lisan dan peneguhan dalam hati akan membebaskan seorang hamba dari predikat budak yang minggat dan menjauhi majikannya. Jika hati seorang hamba mengakui dan menegaskan bahwa hanya Allah Yang Maha Besar, bahwa tidak ada sesuatu pun yang dianggap lebih penting dan lebih besar daripada Allah, berarti ia telah menempatkan dan mempergunakan nikmat yang dianugerahkan-Nya dengan tepat dan baik. Ia telah memberikan hak yang sebenarnya kepada kalimat takbir “Allahu Akbar”. Dengan cara itu ia telah menyelamatkan kedudukannya sebagai hamba, sebagai pelayan yang berkwajiban mengabdi

Apabila lisan seorang hamba menegaskan apa yang ditekadkan dalam hati berupa pengakuan akan kebesaran Allah, berarti ia telah menanggalkan pakaian kesombongan yang sesungguhnya bertentangan dengan kepasrahan dan penghambaan seorang hamba kepada Allah.

dan beribadah kepada Allah. Ucapan takbir dengan lisan dan pengakuan serta penegasan dengan hati akan menghilangkan kesombongan dan kelalaian yang merupakan tirai dan dinding paling tebal yang menghalangi hubungan antara hamba dan Allah.

Rahasia Doa Pembuka (Iftitāḥ).

Setelah bertakbir, mengagungkan Allah, dengan ucapan, gerak tubuh, dan pengakuan hati, seorang hamba mengucapkan doa iftitah, yang di antaranya juga menegaskan kemahasucian Allah: “Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan pujian kepada-Mu (subḥānaka allāhumma wa biḥamdika).” Kemudian ia memanjatkan pujian kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya. Dengan begitu, berarti ia telah keluar dari sikap lalai dan menjauhi laku serta keadaan orang yang lalai. Sebab, kelalaian merupakan tirai, bahkan dinding tebal yang menghalangi seorang hamba dari Allah.

Dengan cara itu, seorang hamba telah menyampaikan penghormatan dan pujian yang biasa dikatakan seorang budak atau utusan di hadapan seorang raja. Setelah memasuki istana dan menunjukkan kerendahan dirinya, ia menghaturkan pujian dan pengagungan kepada sang raja. Itu merupakan adab dan prosedur yang mesti ditempuh ketika seseorang menghadap raja atau penguasa sebelum menyampaikan keperluan, laporan, atau permohonannya. Seperti itu pulalah keadaan seorang hamba ketika menghadap Allah. Setelah bertakbir mengagungkan-Nya, ia mengawali tuturannya dengan menghaturkan pujian dan menegaskan keagungan serta kemahasucian Allah. Pujian yang disampaikan seorang hamba dalam ibadahnya merupakan adab yang harus dijalankan sebagai bentuk pengagungan kepada Allah yang disembahnya. Itu merupakan adab yang dituntut dari seorang hamba ketika menghadapkan diri kepada Allah, memohon rida, pertolongan, dan karunia-Nya.

Membaca al-Qur’an dan Ta‘awwudz.

Ketika seorang hamba membaca al-Qur’an, ia dianjurkan mengawalinya dengan kalimat ta‘awwudz (memohon perlindungan kepada Allah) dari godaan setan yang terkutuk. Sebab, setan sangat menginginkan kehinaan dan kehancuran menimpa hamba-hamba Allah. Sementara, ketika mendirikan shalat, sesungguhnya seorang hamba tengah berusaha meraih kemuliaan dan menjauhi kehinaan. Melalui shalat, ia berusaha meraih manusia yang benar-benar bermanfaat bagi dirinya dan bagi semuanya; bagi kepentingan dunianya dan juga akhiratnya. Setan terus-terusan berusaha memalingkan seorang hamba dari kedudukan yang mulia ini. Setan sangat bersemangat untuk menghalang-halanginya agar jangan sampai hati dan semua anggota tubuh seorang hamba terpusat hanya kepada Allah. Setan berusaha memalingkan ucapan, tindakan, dan perhatian seorang hamba dari Allah. Jika tidak mampu menghalang-halangi dan menghentikan atau mengganggu gerakan tubuh seorang hamba yang sedang shalat, setan akan menggunakan cara lain, yaitu menyibukkan hati hamba sehingga lalai dan melupakan Allah. Setan berusaha memasukkan berbagai pikiran dan memenuhi hati serta perhatian seorang hamba dengan berbagai hal lain selain Allah. Dengan begitu, hamba tak menyadari bahwa ia shalat; bahwa ia sedang menghadapkan tubuh, hati, dan jiwanya kepada Allah, penguasa semesta.

Karena itulah Allah menganjurkan kepada hamba-hambaNya agar memohon perlindungan kepada-Nya dari godaan setan sehingga mereka selamat dari gangguannya ketika berdiri di hadapan-Nya. Setiap hamba dianjurkan memohon perlindungan kepada Allah agar hatinya selalu hidup serta diterangi cahaya yang memancar dari Kalam Allah yang dibacanya dalam shalat. Hati yang sadar dan hadir akan berusaha merenungi dan memahami ayat-ayat Allah yang dibacanya. Membaca, merenungi, dan berupaya memahami ayat-ayat Allah merupakan langkah penting untuk menghidupkan hati yang akan mengantarkannya pada ketenangan dan kebahagiaan. Di sisi lain, setan terus berupaya menghalang-halangi hamba agar hatinya tidak terpusat kepada Allah dan melalaikan makna ayat-ayat Allah yang dibacanya.

Allah mengetahui kedengkian setan kepada hamba-hambaNya. Setan selalu berupaya dengan segenap kemampuannya untuk menyesatkan manusia. Allah juga mengetahui kelemahan hamba-hambaNya dalam menghadapi godaan setan. Karena itu, Allah memerintahkan mereka untuk meminta perlindungan kepada-Nya dari godaan setan dan menganjurkan mereka untuk mendekati-Nya serta bermunajat kepada-Nya sehingga mereka dijauhkan dan terlindung dari godaan setan.

Untuk memerangi dan melawan godaan setan, seorang hamba dianjurkan memohon perlindungan kepada Allah. Seakan-akan dikatakan kepadanya: “Tiada kemampuan bagimu untuk melawan musuh yang satu ini. Maka, mintalah perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku melindungimu darinya, mendekatlah, dan masuklah kamu dalam lindungan-Ku, niscaya Aku akan menghindarkanmu dari godaannya dan Aku akan membuatmu senang dan mudah menghadapi godaannya.”