2-1-2 Syariat Shalat – Tiga Macam Manusia – Belajar Khusyuk

Rangkaian Pos: 002 Rahasia-rahasia Shalat - Belajar Khusyuk

Tiga Macam Manusia

Berkaitan dengan keadaan hati dan hubungannya dengan anggota tubuh, manusia terbagi ke dalam tiga macam.

Pertama, orang yang menggunakan anggota tubuhnya sesuai dengan bakat dan tujuan penciptaanya sehingga keadaannya seperti orang yang berdagang dan mendapat untung berlimpah. Orang yang taat dan tunduk beribadah adalah orang yang melakukan transaksi yang sangat menguntungkan dengan Allah. Ia telah menjuah dirinya kepada Allah dengan imbalan yang sangat besar.

Shalat merupakan ibadah yang melibatkan hati dan seluruh anggota tubuh. Ketika shalat, semua anggota tubuh bergerak mengikuti arahan dan keinginan hati yang mengatur dan menguasainya. Orang dengan karakter seperti ini senantiasa mengakui dan bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia memuja dan bersyukur atas nikmat yang didapatkan semua anggota tubuhnya. Sebagai bentuk syukur, ia pergunakan semua anggota tubuhnya sesuai dengan tujuan penciptaannya masing-masing. Ia menyadari segala nikmat dan kesenangan yang dianugerahkan Allah untuknya. Karena itu, setiap saat ia menegakkan ibadah kepada-Nya, lahir dan batin. Ia tak pernah menggunakan semua anggota tubuhnya untuk melakukan sesuatu yang dilarang dan dimurkai Allah.

Kedua, orang yang menggunakan anggota tubuhnya di luar tujuan penciptaannya. Lebih jauh, ia memerintahkan dan menggunakan anggota tubuhnya melakukan perbuatan yang menyimpang dan kemungkaran. Ia tidak pernah berusaha menggunakannya untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan penciptaannya. Orang seperti itu akan mengalami kekecewaan setiap saat. Ia bagaikan pedagang yang terus-terusan gagal dan merugi. Ia gagal dan rugi karena kehilangan rida Tuhan dan pahala-Nya yang berlimpah. Alih-alih mendapat kebaikan, yang didapatkannya hanya murka Allah dan siksa yang pedih, di dunia dan juga akhirat.

Ketiga, orang yang mengabaikan dan menelantarkan semua anggota tubuhnya. Ia tidak pernah memfungsikan anggota tubuhnya sebagaimana mestinya dan membiarkan kebodohan menguasainya. Keadaan golongan ini sangat merugi, bahkan kerugiannya lebih besar dibanding golongan kedua. Sebab, seorang hamba sejak semula diciptakan hanya untuk beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah, bukan untuk hidup menganggur atau melakukan sesuatu yang sia-sia tanpa guna.

Manusia yang paling dimurkai Allah adalah orang yang menganggur, yang tidak berusaha melakukan apa pun untuk kepentingan dunianya dan juga akhiratnya. Alih-alih, ia menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya. Ia juga menjadi penghalang bagi kemaslahatan agamanya.

Ada banyak orang di dunia ini yang berusaha dan bekerja keras memenuhi kebutuhan dunianya tanpa sedikit pun menyisihkan waktu untuk kepentingan akhirat. Mereka benar-benar telah merugi, tercela, dan hina. Maka, tentu lebih merugi, lebih tercela, dan lebih hina lagi orang yang menganggur dan mengabaikan urusan dunia serta kepentingan akhiratnya. Orang yang tidak merugi adalah yang memperhatikan kebutuhan dunianya seraya tidak melupakan tujuan dan kepentingan akhiratnya. Mereka menjadikan dunia sebagai sarana untuk meraih kebaikan dan kebahagiaan akhirat.

Kelompok pertama bagaikan orang yang diberi sebidang tanah yang luas, dan juga diberi berbagai alat pertaniaan yang diperlukan beserta benih dan juga biaya yang dibutuhkan untuk pengairan dan penggarapan tanah itu. Kemudian ia menyiapkan tanah itu dengan sungguh-sungguh, membajaknya, menebarkan pupuk yang dibutuhkan, mengatur sistem pengairannya, dan kemudian menanamkan benih yang telah disiapkan. Dengan hati-hati dan penuh kesungguhan ia tanami lahan yang luas itu dengan berbagai macam bibit tanaman yang dibutuhkan manusia. Ia juga menanami di setiap sisi tanahnya itu pohon-pohon yang berdaun rindang sebagai pagar yang melindungi tanahnya dari hewan pengganggu. Tidak cukup sampai di situ, ia juga menugaskan beberapa penjaga khusus untuk memelihara, mengairi, dan menjaga tanamannya dari kerusakan, hama, penyakit, dan dari ulah orang-orang yang suka berbuat kerusakan.

Lalu, dengan telaten ia memeriksa, membenahi, menyiangi rerumputan dari sekitar tanamannya, mengobati tanaman yang berpenyakit, dan mengganti tanaman yang layu atau yang jelek pertumbuhannya dengan tanaman baru yang masih segar. Setiap kali melihat semak, rerumputan, atau ilalang tumbuh di dekat tanamannya, ia segera mencabut dan membersihkannya. Ia gunakan sampah organik berupa rerumputan dan ilalang itu untuk menyuburkan tanahnya. Tentu saja, dengan begitu, ia akan mendapatkan panenan yang berlimpah, segar, dan memberi banyak manfaat untuk dirinya dan orang lain.

Golongan kedua bagaikan orang yang juga diberi tanah, perlengkapan, dan berbagai kebutuhan yang sama dengan yang diberikan kepada kelompok pertama. Tak ada yang berbeda, baik dari sisi luas lahan, kualitas benih, sistem pengairan, maupun pupuk yang diberikan. Hanya saja, ia tidak mengelola dan menggarap tanah itu dengan baik. Alih-alih, ia menjadikan lahan yang subur dan luas itu untuk menangkar dan memelihara hewan buas dan binatang berbisa. Tidak hanya itu, ia juga menjadikan sebagian lahannya sebagai tempat pembuangan bangkai dan sampah yang busuk. Lebih jauh, ia menjadikan lahan itu sebagai tempat persembunyian, yang di dalamnya bersarang orang yang gemar melakukan kerusakan, suka mengganggu orang lain, dan para pencuri.

Rahasia dan inti shalat ialah menghadapkan hati kepada Allah dan menghadirkan diri secara penuh di hadapan-Nya. Apabila seorang hamba mendirikan shalat tetapi tidak menghadapkan hatinya kepada Allah, malah sibuk memikirkan segala sesuatu selain Dia, dan terbawa hanyut dalam bisikan hatinya, maka kedudukannya sama dengan seorang utusan yang lalai ketika menghadap seorang raja.

Semua bantuan dan biaya yang diberikan kepadanya untuk menggarap dan mengolah lahan pertanian itu ia pergunakan untuk membiayai kebutuhan para pencoleng dan penjahat yang tinggal dan bersembunyi di sana. Ia gunakan semua uang itu bukan untuk menyuburkan dan mengolah tanah, melainkan untuk menyuburkan kejahatan dan menghidupkan keburukan.

Kelompok ketiga pun mendapatkan lahan dan berbagai perangkat yang dibutuhkan untuk mengolah lahan seperti yang didapatkan kelompok pertama dan kedua. Namun, berbeda dari kelompok pertama, ia membiarkan lahannya terbengkalai terlantar, dan dibiarkan kering meranggas. Air yang telah tersedia ia biarkan mengalir sia-sia ke tanah yang tandus dan sahara, sementara ia lebih banyak duduk, tidur, dan bermalas-malas dalam keadaan yang merana, kecewa, dan tercela.

Dan pembahasan berikut ini menggambarkan dan memperjelas keadaan orang yang sadar, orang yang lalai, dan orang yang khianat.

Kelompok Orang Sadar, Yang Khianat, dan Yang Lalai.

Bagian pertama menjelaskan keadaan orang yang sadar. Bagian kedua menggambarkan keadaan orang yang khianat, dan bagian terakhir menjelaskan keadaan orang yang lalai. Orang yang sadar selalu memberi manfaat dalam keadaan apa pun, baik ketika ia sedang melakukan aktivitas atau pun tidak, ketika berdiri atau pun duduk, ketika makan atau minum, dan juga ketika tidur, berpakaian, berbicara, atau pun saat ia diam tanpa melakukan apa-apa. Semua yang dilakukannya mengandung manfaat bagi dirinya, tidak merusak, dan tidak membahayakan dirinya. Penyebabnya, ia tidak pernah melupakan zikir ketika melakukan semua itu, selalu mengamalkan ketaatan, dan mengerjakan berbagai amal – baik yang wajib maupun sunnah – untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.

Kelompok kedua adalah orang yang khianat. Berbanding terbalik dari kelompok pertama, mereka melakukan berbagai aktivitas tanpa kesadaran dan melupakan ketaatan. Karenanya, semua aktivitas yang mereka lakukan merusak dan membahayakan diri mereka serta orang-orang yang ada di sekitar mereka. Karenanya, mereka pantas diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah. Setiap perbuatan yang mereka lakukan menjerumuskan mereka dalam kehinaan dan kerugian.

Dan keadaan kelompok ketiga, yaitu orang yang lalai, sama dengan keadaan kelompok kedua. Mereka melakukan berbagai aktivitas dalam keadaan lalai, banyak melamun, dan berbuat melampaui batas.

Kelompok pertama menjalankan semua aktivitasnya atas dasar ketaatan dan dengan tujuan untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Kelompok kedua menjalankan aktivitasnya mengikuti ambisi, nafsu, dan hasrat pribadinya. Mereka ini suka berkhianat, tidak menepati janji, dan kerap melakukan perbuatan yang melampaui batas. Maka, Allah tidak akan menjadikan mereka orang yang dapat menggunakan apa yang mereka miliki dengan baik. Mereka tidak akan bisa menguasai apa yang mereka miliki, karena mereka sering kali menggunakan kekuatan dan potensi yang mereka miliki untuk menentang Allah. Mereka adalah orang yang jahat, melampaui batas, dan khianat kepada Allah. Mereka menyalahgunakan nikmat yang telah Dia anugerahkan. Di dunia dan di akhirat mereka akan mendapatkan balasan buruk dan hukuman karena menggunakan nikmat-Nya bukan untuk mengerjakan amal ketaatan kepada-Nya. Dan kelompok yang ketiga melakukan berbagai hal dengan lalai karena hanya ingin memenuhi keinginan hawa nafsu, selera, dan ambisi pribadinya. Ia tidak menggunakan nikmat-Nya untuk meraih rida Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Kelompok ini pun merugi dan terhina karena menyia-nyiakan usia mereka hanya untuk melakukan berbagai hal yang tidak berguna dan tidak ada harganya.

Karena itulah Allah menyeru hamba-hambaNya yang beriman lagi mengesakan-Nya untuk mengerjakan shalat lima waktu. Dan sebagai tanda kasih sayang-Nya kepada mereka, Dia mempersiapkan bagi mereka dalam ibadah shalat itu berbagai macam ibadah lain yang melibatkan ucapan, tindakan, dan aktivitas hati. Melalui shalat, seorang hamba akan mendapatkan bagian dari karunia yang telah Allah sediakan untuknya dalam setiap ucapan, perbuatan, gerak, dan diamnya ketika mendirikan shalat.