Surah al-Kautsar 108 ~ Tafsir ath-Thabari (2/3)

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Surah al-Kautsar 108 ~ Tafsir ath-Thabari

Menurut saya, pendapat yang benar di antara pendapat-pendapat tadi adalah pendapat yang menyebukan bahwa al-Kautsar merupakan nama sungai yang diberikan kepada Rasulullah s.a.w. di surga. Allah menyebutkan dengan sebutan katsrah (banyak) karena keberadaannya yang agung.

Kami katakan bahwa pendapat itu yang paling ulama, karena banyaknya khabar dari Rasulullah s.a.w. yang menyatakan demikian, antara lain:

  1. Ahmad bin al-Miqdam al-‘Ajali menceritakan kepada kami, ia berkata: al-Mu‘tamir menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar ayahku menceritakan dari Qatadah, dari Anas, ia berkata: Ketika Nabiyullah s.a.w. naik ke surga – atau sebagaimana ia katakan – ditampakkan kepadanya sebuah sungai yang kedua tepinya mutiara yang berlubang – atau ia berkata: yang dilubangi -. Lalu malaikat yang bersamanya memukul dengan tangannya sehingga mengeluarkan misik. Nabiyullah lalu berkata kepada malaikat yang bersamanya: “Apa ini?” Malaikat menjawab: “Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Allah kepadamu.” Nabiyullah lalu berkata: “Aku lalu diangkat ke Sidrat-ul-Muntaha, dan aku melihat padanya bekas yang besar.” Atau sebagaimana yang beliau katakan. (23531).
  2. Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa‘id menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

بَيْنَمَا أَنَا أَسِيْرُ فِي الْجَنَّةِ، إِذْ عَرَضَ لِيَ نَهْرٌ، حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ الْمُجَوَّفِ، فَقَالَ الْمَلَكُ الَّذِيْ مَعَهُ: أَتَدْرِيْ مَا هذَا؟ هذَا الْكَوْثَرُ الَّذِيْ أَعْطَاكَ اللهُ إِيَّاهُ، وَ ضَرَبَ بِيَدِهِ إِلَى أَرْضِهِ، فَأَخْرَجَ مِنْ طِيْنِهِ الْمِسْكَ

Ketika aku berjalan di surga, tiba-tiba tampak olehku sebuah sungai yang kedua tepinya merupakan susunan mutiara yang dilubangi. Malaikat yang bersamaku lalu berkata: “Tahukah engkau, apakah ini? Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Allah kepadamu”. Lalu malaikat itu memukulkan tangannya pada tanahnya, maka dari tanahnya itu keluarlah misik.” (23542).

  1. Ibnu ‘Auf menceritakan kepada kami, ia berkata: Adam menceritakan kepada kami, ia berkata: Syaibah menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Anas, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

لَمَّا عُرِجَ بِيْ إِلَى السَّمَاءِ، أَتَيْتُ عَلَى نَهْرٍ حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ الْمُجَوَّفِ، قُلْتُ: مَا هذَا يَا جِبْرِيْلُ؟ قَالَ: هذَا الْكَوْثَرُ الَّذِيْ أَعْطَاكَ رَبُّكَ. فَأَهْوَى الْمَلَكُ بِيَدِهِ، فَاسْتَخْرَجَ طِيْنَهُ مِسْكًا أَذْفَرَ.

Ketika aku dinaikkan ke langit, aku mendatangi sebuah sungai yang kedua tepinya merupakan susunan mutiara berlubang. Aku berkata: “Apa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini adalah al-Kautsar yang diberikan kepadamu oleh Tuhanmu”. Malaikat itu lalu merunduk dengan tangannya, kemudian mengeluarkan misik yang beraroma tajam dari tanahnya.” (23553).

  1. Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Abi ‘Adi menceritakan kepada kami dari Humaid, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

دَخَلْتُ الْجَنَّةَ، فَإِذَا أَنَا بِنَهْرٍ حَافَتَاهُ خِيَامُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ بِيَدِيْ إِلَى مَا يَجْرِيْ فِيْهِ، فَإِذَا مِسْكٌ أَذْفَرُ. قَالَ: قُلْتُ: مَا هذَا يَا جِبْرِيْلُ؟ قَالَ: هذَا الْكَوْثَرُ الَّذِيْ أَعْطَاكَهُ اللهُ.

Aku memasuki surga, dan tiba-tiba aku berada di dekat sungai yang kedua tepinya merupakan susunan mutiara. Aku lalu memukul dengan tanganku ke arah alirannya, dan ternyata itu misik yang beraroma tajam. Aku pun berkata: “Apa ini, wahai Jibril?” Ia menjawab: “Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Allah kepadamu”.” (23564).

  1. Ibn-ul-Mutsanna menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Abd-ush-Shamad menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammam menceritakan kepada kami, ia berkata: Qatadah menceritakan kepada kami dari Anas, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda, lalu dikemukakan menyerupai hadits Yazid dari Sa‘id yang diceritakan kepada kami oleh Bisyr.
  2. Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Ahmad bin Abi Suraij menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Ayyub-il-‘Abbas menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibrahim bin Sa‘d menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin ‘Abdillah bin Muslim putra saudaranya Ibnu Syihab menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Anas, ia berkata: Rasulullah s.a.w. ditanya tentang al-Kautsar, beliau pun bersabda:

هُوَ نَهْرٌ أَعْطَانِيْهِ اللهُ فِي الْجَنَّةِ، تُرَابُهُ مِسْكٌ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، تَرِدُهُ طَيْرٌ أَعْنَاقُهَا مِثْلُ أَعْنَاقِ الْجُزُرِ.

Itu adalah sungai yang diberikan Allah kepadaku di surga. Tanahnya adalah misik, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Sungai itu di datangi oleh burung-burung yang lehernya seperti leher unta.

Abu Bakar lalu berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh sangat nikmat.” Beliau bersabda:

آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا.

Yang memakannya lebih nikmat lagi.” (23575).

  1. Khallad bin Aslam menceritakan kepada kami, ia berkata: An-Nadhr mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin ‘Amr bin ‘Alqamah bin Abi Waqqash-il-Laitsi mengabarkan kepada kami dari Katsir, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

دَخَلْتُ الْجَنَّةَ حِيْنَ عُرِجَ بِيْ، فَأُعْطِيْتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ، عُضَادَتَاهُ بُيُوْتٌ مَجَوَّفَةٌ مِنْ لُؤْلُؤٍ.

Aku memasuki surga ketika aku dinaikkan (ke langit), lalu aku diberi al-Kautsar. Ternyata itu adalah sebuah sungai di surga. Tepi-tepinya adalah rumah-rumah berlubang yang terbuat dari mutiara.” (23586).

  1. Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abd-il-Hakam menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku dan Syu‘aib bin al-Laits menceritakan kepada kami dari al-Laits, dari Yazid bin al-Had, dari ‘Abdullah bin Muslim bin Syihab, dari Anas, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: “Wahai Rasulullah, apa itu al-Kautsar?” Beliau menjawab:

نَهْرٌ أَعْطَانِيْهِ اللهُ فِي الْجَنَّةِ، لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيْهِ طُيُوْرٌ أَعْنَاقَهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ.

Sungai yang diberikan Allah kepadaku di surga. Sungguh, itu lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Di dalamnya terdapat burung-burung yang lehernya seperti leher unta.

‘Umar lalu berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh ni‘mat.”

Beliau berkata:

آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا.

Yang memakannya lebih ni‘mat lagi.” (23597).

  1. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Yahya bin ‘Abdillah menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Laits menceritakan kepadaku dari Ibn-ul-Had, dari ‘Abd-ul-Wahhab, dari ‘Abdullah bin Muslim bin Syihab, dari Anas, bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi s.a.w., lalu disebutkan riwayat yang sama.” (23608).
  2. ‘Umar bin ‘Utsman bin ‘Abd-ir-Rahman-iz-Zuhri menceritakan kepada kami, bahwa saudaranya, ‘Abdullah, mengabarkan kepadanya, bahwa Anas Ibnu Malik, sahabat Nabi s.a.w., mengabarkan kepadanya: “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi s.a.w., ia berkata: “Apa itu al-Kautsar?” Rasulullah s.a.w. menjawab:

هُوَ نَهْرٌ أَعْطَانِيْهِ اللهُ فِي الْجَنَّةِ، مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيْهِ طُيُوْرٌ أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ.

Yaitu sungai yang diberikan Allah kepadaku di surga. Airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Di dalamnya terdapat burung-burung yang lehernya seperti leher unta.

‘Umar lalu berkata: “Itu sungguh ni‘mat, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab:

آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا.

Yang memakannya lebih ni‘mat lagi.” (23619).

  1. …..lalu ‘Umar bin ‘Utsman berkata: Ibnu Abi Uwais berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari putranya saudara az-Zuhri, dari ayahnya, dari Anas, dari Nabi s.a.w., tentang al-Kautsar, riwayat yang sama.
  2. Ibn-ul-Mutsanna menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Atha’ menceritakan kepada kami dari Muharib bin Ditsar, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:

الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ، حَافَتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَ مَجْرَاهُ عَلَى الْيَاقُوْتِ وَ الدُّرِّ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، مَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، وَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ.

Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga, kedua tepinya adalah emas, alirannya di atas permata dan mutiara, tanahnya lebih wangi daripada misik, airnya rasanya lebih manis daripada madu, dan airnya warnanya lebih putih daripada salju.” (236210).

  1. Ya‘qūb menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu ‘Ulayyah menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Athā’ bin as-Sā’ib mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muḥārib bin Ditsār mengabarkan kepadaku: “Apa yang dikatakan oleh Sa‘īd bin Jubair tentang al-Kautsar?” Aku menjawab: “Ia menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata: “Yaitu kebaikan yang banyak.” Ia lalu menimpali: “Ia benar, demi Allah. Sungguh, itu adalah untuk kebaikan yang banyak. Akan tetapi Ibnu ‘Umar menceritakan kepada kami, ia berkata: “Ketika diturunkannya ayat (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.) “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga,” Rasulullah s.a.w. bersabda:

الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ، حَافَتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، يَجْرِيْ عَلَى الدُّرِّ وَ الْيَاقُوْتِ.

Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga, kedua tepinya dari emas, mengalir di atas mutiara dan permata.” (236311).

  1. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma‘mar, dari Qatadah, dari Anas Ibnu Mālik, bahwa Nabi s.a.w. bersabda:

الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ.

Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga.

Nabi s.a.w. juga bersabda:

رَأَيْتُ نَهْرًا حَافَتَاهُ اللُّؤْلُؤُ، فَقُلْتُ: يَا جِبْرِيْلُ مَا هذَا؟ قَالَ: هذَا الْكُوْثَرُ الَّذِيْ أَعْطَاكُهُ اللهُ.

Aku melihat sebuah sungai yang kedua tepinya mutiara, maka aku berkata: “Wahai Jibril, apa ini?” Jibril menjawab: “Ini adalah al-Kautsar yang diberikan Allah kepadamu.”” (236412).

  1. Ibn-ul-Barqi menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Abi Maryam menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ja‘far bin Abi Katsir menceritakan kepada kami, ia berkata: Haram bin ‘Utsman mengabarkan kepada kami dari ‘Abd-ur-Rahman-il-A‘raj, dari Usamah bin Zaid, bahwa pada suatu hari Rasulullah s.a.w. mendatangi Hamzah bin ‘Abd-il-Muththalib, namun beliau tidak menemukannya, maka beliau menanyakannya kepada istrinya – yang berasal dari Bani an-Najjar – . Istrinya menjawab: “Sedang keluar. Ayahku terbusannya. Sungguh, tadi ia menuju ke arahmu, aku kira ia selisih jalan denganmu di gang-gang Bani an-Najjār. Tidakkah engkau masuk, wahai Rasulullah?” Beliau pun masuk. Ia lalu menyuguhkan bubur, dan beliau memakannya. Ia berkata lagi: “Wahai Rasulullah, selamat untukmu, sungguh engkau telah datang, dan sesungguhnya aku ingin mendatangimu serta mengucapkan selamat kepadamu. Abu ‘Umārah memberitahuku bahwa engkau diberi sebuah sungai di surga yang bernama al-Kautsar.” Beliau lalu bersabda:

أَجَلْ، وَ عَرْضُهُ – يَعْنِيْ أَرْضُهُ – يَاقُوْتٌ وَ مَرْجَانٌ وَ زَبَرْجَدٌ وَ لُؤْلُؤٌ.

Benar, dan tanahnya adalah intan, berlian, permata, serta mutiara.” (236513).

Firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang shalat yang diperintahkan Allah kepada Nabi-Nya s.a.w. untuk dilaksanakan dalam khitbah ini. Juga tentang makna lafazh (وَ انْحَرْ) “dan berqurbanlah.”

Sebagian mengatakan bahwa Allah menganjurkannya untuk senantiasa memelihara shalat fardhu dan memelihara pelaksanaannya pada waktunya, dengan firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:

  1. ‘Abd-ur-Rahman bin al-Aswad ath-Thafawi menceritakan kepadaku, ia berkata: Muhammad bin Rabi‘ah menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Abi Ziyad bin Abil-Ja‘d menceritakan kepadaku dari ‘Ashim-ul-Jahdari, dari ‘Uqbah bin Zhahir, dari ‘Ali r.a., mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Meletakkan yang kanan di atas yang kiri di dalam shalat.” (236614).
  2. Ibnu Basysyār menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Abd-ur-Rahman menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari ‘Ashim-ul-Jahdari, dari ‘Uqbah bin Zhibyan, dari ayahnya, dari ‘Ali r.a., mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Meletakkan tangan di atas tangan.” (236715).
  3. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Ḥammād bin Salamah, dari ‘Ashim-ul-Jahdari, dari ‘Uqbah bin Zhibyan, dari ayahnya, dari ‘Ali r.a. mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Meletakkan tangan kanannya di tengah pergelangan tangan kirinya, kemudian menempatkannya di atas dadanya.” (236816).
  4. Ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Hammad bin Salamah, dari ‘Ashim-ul-Ahwal, dari asy-Sya‘bi, riwayat yang sama. (236917).
  5. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abi Ziyad, dari ‘Ashim-ul-Jahdari, dari ‘Uqbah bin Zhahir, dari ‘Ali r.a., mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Meletakkan yang kanan di atas yang kiri di dalam shalat.” (237018).
  6. Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami, dikatakan: ‘Auf menceritakan kepada kami dari Abul-Qamūsh, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Meletakkan tangan di atas tangan di dalam shalat.” (237119).
  7. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Shāliḥ-il-Khurasani menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammad menceritakan kepada kami dari ‘Ashim-ul-Jahdari, dari ayahnya, dari ‘Uqbah bin Zhibyan, bahwa ‘Ali bin Abi Thalib r.a. berkata tentang firman Allah: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Meletakkan tangan kanan di tengah pergelangan tangan kiri, kemudian menempatkannya di atas dadanya.” (237220).

Ada yang mengatakan bahwa maksud lafazh: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu” adalah shalat fardhu, dan yang dimaksud lafazh (وَ انْحَرْ) “dan berqurbanlah,” adalah mengangkat kedua tangannya hingga an-naḥr (bagian di atas dada; tenggorokan).

  1. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘ menceritakan kepada kami dari Isra‘il, dari Jabir, dari Abu Ja‘far, tentang ayat: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Maksudnya adalah shalat. (وَ انْحَرْ) adalah mengangkat kedua tangannya ketika pertama kali bertakbir pada pembukaan (shalat).” (237321).

Ada yang mengatakan bahwa maksud lafazh (فَصَلِّ لِرَبِّكَ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu” adalah shalat fardhu, dan maksud lafazh (وَ انْحَرْ) “Dan berqurbanlah,” adalah menyembelih hewan Qurban. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:

  1. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Hakkam bin Salm dan Harun bin al-Mughirah menceritakan kepada kami dari Anbasah, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah) shalat fardhu dan menyembelih hewan Qurban.” (237422).
  2. Ya‘qub menceritakan kepadaku, ia berkata: Husyaim menceritakan kepada kami dari ‘Atha’ bin as-Sa’ib, dari Sa‘id bin Jubair dan Hajjaj, dari ‘Atha’, keduanya berkata mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” bahwa (maksudnya adalah) shalat Shubuh di Jam‘ dan menyembelih hewan Qurban di Mina.” (237523).
  3. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘ menceritakan kepada kami dari Fithr, dari ‘Atha’, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah) shalat fardhu. An-naḥr adalah menyembelih hewan Qurban pada hari Adhha (‘Id-ul-Adhha).” (237724).

38349. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur, dari al-Hakam, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Shalat Shubuh.” (237825).

*Missing (237626)

Catatan:

  1. 2353). Ath-Thabrani dalam al-Ausath (3/188), Abu Daud dalam as-Sunnah (4748) secara ringkas, dan Tafsīru Mujāhid. (756).
  2. 2354). Ibnu Hibban dalam ash-Shaḥīḥ (14/319).
  3. 2355). Al-Bukhari pada kitab: Tafsir-ul-Qur’an (4964), Ahmad dalam al-Musnad (3/207), Tafsīru Mujāhid (hal. 756), dan al-Baihaqi dalam al-I‘tiqād (1/212).
  4. 2356). Ahmad dalam al-Musnad (3/103), Abu Ya‘la dalam al-Musnad (6/383), dan Hannad dalam az-Zuhd (1/109).
  5. 2357). Ahmad dalam al-Musnad (3/236) dan al-Hakim dalam al-Mustadrak (2/585).
  6. 2358). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (5/190).
  7. 2359). Ahmad dalam al-Musnad (3/236).
  8. 2360). Ahmad dalam al-Musnad (3/220).
  9. 2361). At-Tirmidzi pada kitab: Sifat Surga (2542), Ahmad dalam al-Musnad (3/220), dan As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/680).
  10. 2362). At-Tirmidzi dalam as-Sunan (5/449, no. 3361), ia berkata: “Hadits ini ḥasan shaḥīḥ.” Ibnu Majah dalam as-Sunan (2/1450), dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (6/306).
  11. 2363). Al-Hakim dalam al-Mustadrak (3/625), ath-Thayalisi dalam al-Musnad (1/261), dan Ibn-ul-Mubarak dalam az-Zuhd (1/562).
  12. 2364). ‘Abd-ur-Razzaq dalam tafsir (3/401).
  13. 2365). Ath-Thabrani dalam al-Kabīr (3/151), Ibnu Katsir dalam tafsir (4/559), dan as-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/649).
  14. 2366). Ad-Daraquthni dalam as-Sunan (1/285) dan al-Baihaqi dalam as-Sunan dari Ibnu ‘Abbas (2/31).
  15. 2367). Al-Mawardi dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/355) riwayat yang menyerupainya.
  16. 2368). Al-Bukhari dalam at-Tārīkh-ul-Kabīr (6/437), ‘Abd-ur-Razzaq dalam tafsir (3/467), dan al-Baihaqi dalam as-Sunan (2/29).
  17. 2369). Lihat asy-Syaukani dalam Fatḥ-ul-Qadīr (5/504).
  18. 2370). Ad-Daraquthni dalam al-Musnad (1/285) dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (1/343).
  19. 2371). Lihat Al-Mawardi dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/355).
  20. 2372). Al-Bukhari dalam at-Tārīkh-ul-Kabīr (6/437), dan As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/650), dan al-Mubarakfuri dalam Tuḥfat-ul-Aḥwadzī (2/78).
  21. 2373). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/649).
  22. 2374). Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (10/3470) dan as-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/651).
  23. 2375). Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (10/3470).
  24. 2377). Al-Baihaqi dalam as-Sunan-ul-Kubrā (9/259) riwayat yang menyerupainya, dan asy-Syaukani dalam Fatḥ-ul-Qadīr (5/504).
  25. 2378). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/651).
  26. 2376). ‘Abd-ur-Razzaq dalam tafsirnya (2/402) riwayat yang menyerupainya.

Unduh Rujukan:

  • [download id="19209"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *