Surah al-Kautsar 108 ~ Tafsir ath-Thabari (3/3)

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Surah al-Kautsar 108 ~ Tafsir ath-Thabari

Ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah, laksanakanlah shalat ‘Id pada hari Naḥr dan sembelihlah hewan Qurbanmu. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:

  1. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Harun bin al-Mughirah menceritakan kepada kami dari Anbasah, dari Jabir, dari Anas bin Malik, ia berkata: “Dulunya Nabi s.a.w. menyembelih (hewan Qurban) sebelum shalat (‘Id), lalu beliau diperintahkan untuk shalat (lebih dulu), kemudian menyembelih.” (23791).
  2. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘ menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Jabir, dari ‘Ikrimah, ia berkata: “(Maksudnya adalah), maka dirikanlah shalat dan sembelihlah hewan Qurban.” (23802).
  3. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘ menceritakan kepada kami dari Tsabit bin Abi Shafiyah, dari Abu Ja‘far, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu” ia berkata: “(Maksudnya adalah) shalat.”

‘Ikrimah berkata: “(Maksudnya adalah) shalat dan menyembelih hewan Qurban.” (23813).

  1. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Hakkam menceritakan kepada kami dari Abu Ja‘far, dari ar-Rabi‘, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Apabila engkau telah selesai shalat pada hari Adhha, maka berqurbanlah (sembelihlah hewan Qurban).” (23824).
  2. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Yahya bin Wadhih menceritakan kepada kami, ia berkata: Qithr menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Atha’ mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia lalu berkata: “Engkau shalat dan menyembelih (hewan Qurban).” (23835).
  3. Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Auf menceritakan kepada kami dari al-Hasan, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah), sembelihlah.” (23846).
  4. ….. ia berkata: ‘Abd-ur-Rahman menceritakan kepada kami, ia berkata: Aban bin Khalid menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar al-Hasan berkata tentang ayat: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” bahwa (maksudnya adalah), sembelihlah.” (23857).
  5. Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa‘id menceritakan kepada kami dari Qatadah, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah), menyembelih hewan Qurban dan shalat pada hari Nahar.” (23868).
  6. Ibnu ‘Abd-il-A‘la menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma‘mar, dari Qatadah, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah), shalat Adhha. An-Naḥr adalah menyembelih hewan Qurban. (23879).
  7. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘ menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Penyembelihan hewan Qurban di Mina.” (238810).
  8. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Jabir, dari ‘Ikrimah, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Penyembelihan hewan Qurban.” (238911).
  9. ‘Ali menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Shalih menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu‘awiyah menceritakan kepada kami dari ‘Ali, dari Ibnu ‘Abbas, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Sembelihlah pada hari Nahar.” (239012).
  10. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkata mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “Menyembelih hewan Qurban.” (239113).

Ada yang mengatakan bahwa ini dikatakan kepada Nabi s.a.w., karena ada orang-orang yang melaksanakan shalat untuk selain Allah dan menyembelih untuk selain-Nya, maka dikatakan kepadanya: “Jadikanlah shalatmu dan qurbanmu untuk Allah, karena orang yang kufur terhadap Allah menjadikannya untuk selain-Nya.” Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat berikut ini:

  1. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Shakhr menceritakan kepadaku dari Muhammad bin Ka‘b al-Qarazhi, tentang ayat: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah), sesungguhnya ada orang-orang yang melaksanakan shalat untuk selain Allah dan menyembelih untuk selain Allah. Dikarenakan Kami telah memberimu sebuah sungai di surga, hai Muhammad, maka janganlah engkau menjadikan shalat dan berqurbanmu kecuali untuk-Ku.” (239214).

Ada yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan pada peristiwa Hudaibiyah, yaitu ketika Nabi s.a.w. dan para sahabatnya dihadang dan dicegah memasuki Masjid-il-Haram, maka Allah memerintahkannya untuk shalat dan menyembelih hewan Qurban, lalu kembali, dan beliau pun melaksanakannya. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat berikut ini:

  1. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Shakhr mengabarkan kepadaku, ia berkata: Abu Mu‘awiyah al-Bajali menceritkan kepadaku dari Sa‘id bin Jubair, ia berkata: Ayat ini: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” (diturunkan pada peristiwa) Hudaibiyah. Jibril a.s. mendatangi beliau lalu berkata: “Sembelihlah (hewan Qurban) lalu kembalilah.” Rasulullah s.a.w. pun berdiri lalu menyampaikan khutbah Fithr dan Nahar, kemudian shalat dua rakaat, kemudian menuju hewan Qurban dan menyembelihnya. Itulah ketika Allah berfirman: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (239315).

Ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah, maka shalatlah dan berdoalah kepada Tuhanmu serta mohonlah kepada-Nya. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat berikut ini:

  1. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Abu Sinan, dari Tsabit, dari adh-Dhahhak, mengenai firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah,” ia berkata: “(Maksudnya adalah), shalatlah karena Tuhanmu, dan memohonlah.” (239416).

Seorang ahli bahasa ‘Arab mengatakan bahwa firman-Nya: (وَ انْحَرْ) “dan berqurbanlah” maknanya adalah, dan menghadapkan ke arah Qiblat dengan hewan Qurbanmu.

Disebutkan bahwa ia mendengar sebagian orang ‘Arab berkata: “Manāziluhum tatanāḥar,” yakni, rumah-rumah ini saling berhadapan. Disebutkan juga bahwa seorang Bani Asad bersenandung:

أَبَا حَكَمٍ هَلْ أَنْتَ عَمُّ مُجَالِدٍ وَ سَيِّدُ أَهْلِ الْأَبْطَحِ الْمُتَنَاحِرِ؟

Wahai Abu Hakam, apakah engkau pamannya Mujahid,

Sementara pemuka warga Abthah saling berhadapan.” (239517).

Menurut saya, pendapat yang lebih tepat di antara pendapat-pendapat ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa maknanya adalah, maka jadikanlah semua shalatnya murni untuk Tuhanmu, bukan untuk sekutu-sekutu dan tuhan-tuhan selain-Nya. Begitu juga Qurbanmu, jadikanlah itu untuk-Nya, bukan untuk berhala-berhala, sebagai ungkapan kesyukuran kepada-Nya atas anugerah kemuliaan dan kebaikan kepadamu yang tidak ada taranya dan dikhususkan untukmu pemberian al-Kautsar (sebuah sungai di surga).

Saya katakan bahwa inilah yang paling benar mengenai ini, karena Allah s.w.t. mengabarkan kepada Nabi-Nya s.a.w. tentang penghormatan-Nya terhadap beliau yang berupa pemberian-Nya dan pemuliaan-Nya, serta pemberian al-Kautsar kepadanya. Kemudian ini disusul dengan firman-Nya: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ.) “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” Dengan begitu, diketahui bahwa Allah mengkhususkannya dengan shalat untuk-Nya dan berqurban sebagai bentuk syukur kepada-Nya, yaitu setelah diberitahukan-Nya tentang kenikmatan yang dianugerahkan kepadanya, yakni dengan pemberian al-Kautsar kepadanya. Di sini Allah tidak mengkhususkan suatu shalat dengan mengesampingkan yang lainnya, dan tidak mengkhususkan suatu Qurban dengan mengesampingkan yang lainnya, karena ini sebagai anjuran untuk mensyukuri nikmat.

Jadi, takwilnya adalah, sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kautsar (sebuah sungai di surga) kepadamu, hai Muhammad, sebagai nikmat dari Kami kepadamu dan penghormatan kami untukmu, maka murnikanlah ibadah untuk Tuhanmu dan khususkanlah shalatmu serta qurbanmu untuk-Nya, tidak seperti yang dilakukan oleh orang yang kufur terhadap-Nya dan menyembah selain-Nya, serta menyembelih untuk para berhala.

Firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” Maksud lafazh: (إِنَّ شَانِئَكَ) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu” adalah, sesungguhnya orang yang membenci dan memusuhimu, ini Muhammad, (هُوَ الْأَبْتَرُ) “dialah yang terputus.” Maksud al-abtar adalah, yang lebih sedikit, lebih hina dan terputus, serta tidak ada penerusnya.

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksudnya. Sebagian mengatakan bahwa maksudnya adalah al-‘Ash bin Wail-is-Sahmi. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:

  1. ‘Ali menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Shalih menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu‘awiyah menceritakan kepadaku dari ‘Ali, dari Ibnu ‘Abbas, mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “(Maksudnya adalah) musuhmu.” (239618).
  2. Muhammad bin Sa‘d menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, ia berkata: Pamanku menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbas, mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Maksudnya adalah al-‘Ash bin Wail.” (239719).
  3. Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Abd-ur-Rahman menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Hilal bin Khabbab, ia berkata: Aku mendengar Sa‘id bin Jubair berkata mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Maksudnya adalah al-‘Ash bin Wail.” (239820).
  4. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Mahran menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Hilal, ia berkata: Aku bertanya kepada Sa‘id bin Jubair mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Musuhmu, al-‘Ash bin Wail, terputus dari kaumnya.” (239921).
  5. Muhammad bin ‘Amr menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Isa menceritakan kepada kami, al-Harits menceritakan kepadaku, ia berkata: Al-Hasan menceritakan kepada kami, ia berkata: Warqa menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Maksudnya adalah al-‘Ash bin Wail, ia berkata: “Aku pembenci Muhammad, sedangkan orang yang dibenci manusia akan terputus.” (240022).
  6. Ibnu ‘Abd-ul-A‘la menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma‘mar, dari al-Hasan, mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Maksudnya adalah al-‘Ash bin Wail, ia berkata: “Aku pembenci Muhammad, dia terputus, tidak punya penerus”.” Allah berfirman: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (240123).
  7. Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa‘id menceritakan kepada kami dari Qatadah, tentang ayat: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Maksudnya adalah al-‘Ash bin Wail. Telah sampai kepada kami bahwa ia berkata: “Aku pembenci Muhammad.” (240224).
  8. Yunus menceritakan kepadaku, ia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkata mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: “Ada orang yang berkata: “Sesungguhnya Muhammad adalah orang yang terputus, sebagaimana kalian lihat, dia tidak punya penerus”. Allah berfirman: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (240325).

Ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah ‘Uqbah bin Abi Mu‘ith. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat berikut ini:

  1. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Ya‘qub-ul-Qummi menceritakan kepada kami dari Hafsh bin Humaid, dari Syimr bin ‘Athiyyah, ia berkata: ‘Uqbah bin Abi Mu‘ith berkata: “Tidak ada anak laki-laki Nabi s.a.w. yang hidup, maka dia terputus.” Allah lalu menurungkan ayat: (إِنَّ شَانِئَكَ) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu.” (yaitu) ‘Uqbah bin Abi Mu‘ith (هُوَ الْأَبْتَرُ.) “dialah yang terputus.”(240426).

Ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah sekelompok orang Quraisy. Riwayat-riwayat yang sesuai dengan pendapat ini adalah:

  1. Ibn-ul-Mutsanna menceritakan kepada kami, ia berkata: ‘Abd-ul-Wahhab menceritakan kepada kami, ia berkata: Daud menceritakan kepada kami dari ‘Ikrimah, tentang ayat: (أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ أُوْتُوْا نَصِيْبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُوْنَ بِالْجِبْتِ وَ الطَّاغُوْتِ وَ يَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا سَبِيْلًا.) “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (an-Nisā’ [4]: 51). Ia berkata: Diturunkan berkenaan dengan Ka‘b bin al-Asyraf. Ia datang ke Makkah lalu berkata kepada penduduknya: “Kamikah yang lebih baik, ataukah orang yang terputus dari kaumnya itu? Kami adalah orang-orang yang biasa berhaji, dan kami juga punya tempat penyembelihan hewan Qurban.” Lalu dijawab: “Kalianlah yang lebih baik.” Berkenaan dengan itulah Allah menurunkan ayat ini, dan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan apa yang dikatakan tentang Nabi s.a.w. itu, Allah menurunkan ayat: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (240527).
  2. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki‘menceritakan kepada kami dari Badr bin ‘Utsman, dari ‘Ikrimah, mengenai firman-Nya: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” ia berkata: Ketika diturunkan wahyu kepada Nabi s.a.w., orang-orang Quraisy berkata: “Muhammad telah terputus dari kita.” Lalu turunlah ayat: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (Maksudnya adalah, Allah) berkata: “Orang yang menuduhmu terputus adalah orang yang terputus.” (240628).
  3. Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Abi ‘Adi menceritakan kepada kami, ia berkata: Daud bin Abi Hind memberitahukan kepada kami dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Ketika Ka‘b-ul-Asyraf datang ke Makkah, orang-orang menemuinya, lalu berkata: “Kami adalah orang-orang yang biasa memberi minum dan tempat (bagi jamaah haji), sementara engkau pemuka warga Madinah. Jadi, kami yang lebih baik ataukah orang yang terputus dari kaumnya itu, yang menyatakan bahwa lebih baik daripada kami?” Ka‘b menjawab: “Kalian lebih baik darinya.” Lalu turunlah ayat kepada beliau: (إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.) “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” Diturunkan pula kepada beliau: (أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ أُوْتُوْا نَصِيْبًا مِنَ الْكِتَابِ) “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab?” Hingga firman-Nya: (نَصِيْرًا) “Penolong”.” (240729) (an-Nisā’ [4]: 51-52).

Menurut saya, pendapat yang benar mengenai ini adalah, Allah ta‘ala mengabarkan bahwa orang yang membenci Rasulullah s.a.w. adalah orang yang lebih sedikit, hina, dan terputus. Itulah sifat setiap orang yang membenci beliau, walaupun ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang tertentu.

Catatan:

  1. 2379). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/651). Lihat juga Tafsīr-ul-Qurthubī (20/218).
  2. 2380). Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (10/3470), Al-Mawardi dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/355), dan al-Baghawi dalam Ma‘ālim-ut-Tanzīl (4/354).
  3. 2381). Ibid.
  4. 2382). Ibid.
  5. 2383). Ibn-ul-Jauzi dalam Zād-ul-Masīr (9/249).
  6. 2384). Ibid.
  7. 2385). Ibid.
  8. 2386). al-Baghawi dalam Ma‘ālim-ut-Tanzīl (4/534).
  9. 2387). ‘Abd-ur-Razzaq dalam tafsirnya (3/467).
  10. 2388). Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (10/3470) riwayat yang menyerupainya, dan kami tidak menemukannya dalam Tafsīru Mujāhid.
  11. 2389). Lihat Tafsīr-ul-Baghawī (5/504).
  12. 2390). Al-Baihaqi dalam as-Sunan-ul-Kubrā (9/259) riwayat yang menyerupainya.
  13. 2391). Ibn-ul-Jauzi dalam Zād-ul-Masīr (9/249).
  14. 2392). Ibn-ul-Jauzi dalam Zād-ul-Masīr (9/249) dan al-Qurthubi dalam al-Jāmi‘ li Aḥkām-il-Qur’ān (20/220).
  15. 2393). As-Suyuthi dalam Lubāb-ul-Nuqūl (11/236), ia berkata: “Di dalamnya terdapat kejanggalan yang sangat.” Sementara itu, dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/651), ia menyandarkannya kepada pengarang (Ibnu Jarir ath-Thabari) dan Ibnu Mardawaih.
  16. 2394). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/651), menisbatkannya kepada Ibnu Abi Hatim.
  17. 2395). Silakan lihat Ma‘ān-il-Qur’ān karya al-Farra’ (2/296).

    Bait syair yang dicantumkan oleh al-Farra’ adalah:

    أَبَا حَكَمٍ هَا أَنْتَ عَمُّ مُجَالِدٍ

    Wahai Abu Hakam, engkau ini pamannya Mujahid.”

    Lihat Lisān-ul-‘Arab (entri: نحر).

  18. 2396). Ibnu Abi Hatim dalam tafsir (10/3471) dan al-Mawardi dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/356).
  19. 2397). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/653).
  20. 2398). Al-Mawardi dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/356) dari ‘Ikrimah.
  21. 2399). Ibid.
  22. 2400). Mujahid dalam tafsir (1/757).
  23. 2401). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (3/402).
  24. 2402). ‘Abd-ur-Razzaq dalam tafsirnya (3/402).
  25. 2403). Lihat Tafsīru ‘Abd-ur-Razzāq (3/402).
  26. 2404). As-Suyuthi dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/653).
  27. 2405). Ibnu Hibban dalam ash-Shaḥīḥ (14/534) dan al-Baihaqi dalam Ma‘ālim-ut-Tanzīl (4/534).
  28. 2406). Al-Mawardi dalam an-Nukatu wal-‘Uyūn (6/356).
  29. 2407). Al-Haitsami dalam Mawārid-uzh-Zham‘ān (1/428).

Unduh Rujukan:

  • [download id="19209"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *