1-5-2 Sang ‘Alim Rabbani – Kisah Hidup ‘Ali Ibn Abi Thalib

KISAH HIDUP ‘ALĪ IBN ABI THĀLIB
(Judul Asli: ‘Alī ibn Abī Thālib)
Oleh: Dr. Musthafa Murad

Penerjemah dan Penyelaras: Dedi Slamet Riyadi. MA.
Penerbit: ZAMAN

Rangkaian Pos: 1-5 Sang 'Alim Rabbani - Kisah Hidup 'Ali Ibn Abi Thalib

Sang ‘Alim Rabbani

(Bagian 2 dari 2)

 

Ketajaman pikiran dan keluasan ilmunya disempurnakan dengan kecakapannya mengungkapkan pikiran dalam rangkaian kata-kata yang indah. Setiap ceramah dan nasihatnya disampaikan dengan fasih dan memikat. Orang-orang tertunduk khusyu‘ mendengarkan khutbah dan ceramahnya. Mereka menangis saat ‘Ali menangis dan mengerut tertunduk saat ‘Ali menyampaikan nasihat yang keras.

Pengetahuan dan pemahamannya bagaikan samudra yang dalam. Ia ungkapkan pemikirannya dengan jelas dan ringkas. Ia perhatikan setiap lafal yang diucapkan dan setiap kalimat yang dikatakan sehingga semua ucapannya memikat pendengaran setiap orang. Ia gambarkan setiap masalah dengan jelas dan tertata. Ia sampaikan segala nasihat dan peringatan dengan gaya bahasa yang indah serta penuturan yang memikat. Sungguh tidak ada orang yang dapat menandingi kecerdasan dan kefasihan bicaranya.

Suatu ketika, ‘Ali ibn Abi Thalib berkata dengan suara yang lantang di hadapan orang-orang: “Pelajarilah ilmu, niscaya kau dikenal dengannya. Amalkan ilmumu, pasti kau menjadi ahli amal. Kelak, akan datang suatu zaman, yang pada saat itu sembilan dari sepuluh orangnya mengingkari kebenaran. Hanya orang yang bertobat dan tunduklah yang akan selamat dari zaman itu. Merekalah pemimpin yang mendapat petunjuk. Merekalah pelita ilmu. Setiap langkah dan tindak mereka tak pernah tergesa atau sia-sia. Mereka juga tak banyak cakap dan menyia-nyiakan waktu…..

Ketahuilah, dunia ini mulai beranjak meninggalkan, sementara akhirat semakin dekat menghampiri. Setiap manusia punya keturunan. Jadilah keturunan pewaris akhirat, bukan pewaris dunia. Orang yang zuhud hanya mengambil secukupnya dari dunia. Mereka jadikan dunia sebagai hamparan yang sederhana. Bumi adalah pembaringan dan air wewangian mereka. Para pecinta akhirat akan menjauhi syahwat. Mereka yang takut neraka takkan melakukan segala yang diharamkan, dan mereka yang menghasratkan surga bergegas menetapi ketaatan. Para zahid menghadapi setiap musibah dengan tenang. Mereka jalani segala ujian dengan senang.

Ketahuilah, Allah memiliki hamba-hamba yang teramat dekat kepada-Nya. Mereka menghasratkan surga seakan-akan melihat para ahli surga sedang merasakan nikmat yang tak pernah lekang. Ketakutan akan neraka begitu nyata, seakan-akan mereka melihat para penghuninya yang sedang disiksa akibat kejahatan mereka. Hati mereka terjaga dalam ketenangan, jiwa mereka tersucikan, dan hasrat mereka dikendalikan. Mereka bersabar jalani hari-hari dunia yang hanya sekejap demi istirahat yang panjang di akhirat. Ketika malam datang, mereka berdiri khusyu‘ dalam shalat disertai deraian air mata yang mengalir basahi pipi. Mereka hadapkan wajah dengan khusyu‘ dan tunduk memohon kepada Allah. Ketika siang menjelang, mereka tampil sebagai hamba-hamba yang lembut dan penuh kasih. Dalam setiap keadaan mereka selalu menjaga ketakwaan bagaikan pekerja yang terus diawasi tuannya....”

Kata-kata ‘Ali yang sarat kebijaksanaan itu terus meluncur hingga akhirnya ia berkata: “Carilah keridaan karena setiap kaum tidak terbebas dari cela, dan bersiaplah karena kaum ini tengah menghadapi perkara yang besar.

Dalam kesempatan lain ia berkhutbah yang dikenal dengan Khutbah Gharra’. Ia berkata: “Segala puji bagi Allah yang Maha Luhur dengan segala kekuatan-Nya dan yang Maha Kasih dengan segala anugerah-Nya. Dia-lah pemberi segala nikmat dan keutamaan, penyingkap segala masalah dan kesulitan. Aku memuji-Nya dengan seluruh kelembutan dan kemuliaan-Nya. Aku memujanya atas segala kesempurnaan nikmat-Nya. Aku beriman kepada-Nya karena Dia-lah yang Maha Awal dan Maha Tampak. Aku memohon petunjuk-Nya karena Dia-lah yang Maha Dekat dan Maha Memberi Petunjuk. Aku memohon pertolongan kepada-Nya yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Aku bertawakkal kepada-Nya yang Maha Mencukupi dan Maha Menolong.

Aku bersaksi bahwa Muhammad s.a.w. adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus untuk menyampaikan perintah-Nya, menegakkan hujjah-Nya atas seluruh makhluk, dan menegaskan peringatan-Nya, Wahai hamba Allah, aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah yang telah menunjukkan berbagai perumpamaan. Dia telah menetapkan batas waktu untuk kalian, memberi kalian pakaian kemuliaan, dan mengangkat derajat kalian. Bertakwalah kepada-Nya karena Dia meliputi kalian dengan perhitungan dan menjanjikan balasan yang setimpal kepada kalian…..

Barang siapa menjalankan syariat pasti mendapat nikmat. Barang siapa belajar niscaya akan mendapat pemahaman. Siapakah di antara kalian yang diberi penglihatan lalu melalaikan, dan diberi keselamatan lalu melupakan?! Kalian begitu lama abai dan lalai, sedangkan Dia telah memberi kalian nikmat yang begitu banyak dan sempurna. Kalian melupakan-Nya, sedangkan Dia telah memberi kalian peringatan yang tegas dan menjanjikan balasan yang jelas. Jauhilah dosa yang membinasakan. Hindarilah segala cela yang mencelakakan, dan jadilah orang yang memiliki penglihatan, pendengaran, kewarasan, dan kehidupan! Apakah kalian telah memiliki sesuatu untuk menyelamatkan dan membebaskan diri dari azab yang pedih? Apakah kalian memiliki tempat berlari dan menghindar, tempat menepi dan bersembunyi dari nestapa akhirat? Ke manakah kalian akan berlindung? Ke manakah kalian akan berlari?

‘Ali ibn Abi Thalib senantiasa mengingatkan umat akan hari akhir dan kematian yang mengintai perjalanan manusia. Pada suatu hari, seperti dikisahkan oleh Ashbagh ibn Nabatah, ia naik mimbar, kemudian memuji Allah, mengagungkan-Nya, dan berkata: “Wahai hamba Allah, tidak ada tempat berlari dari kematian. Jika kematian telah ditetapkan maka kalian akan direnggutnya. Jika kalian lari menghindari, ia akan mengejar. Maka, selamatkan diri kalian, selamatkan diri kalian. Bergegaslah, bergegaslah, karena di belakang kalian kematian mengejar dan akan menjebloskanmu ke dalam kuburan. Takutlah akan siksa kubur, kegelapannya, dan kegetirannya. Ketahuilah, kuburan adalah lubang dari lubang-lubang neraka, atau taman dari taman-taman surga. Setiap hari kuburan berkata sebanyak tiga kali: “Aku adalah rumah kegelapan, aku adalah rumah cacing dan belatung, aku adalah rumah ketakutan.” Ketahuilah, setelah masa kuburan ada suatu hari ketika anak kecil dimudakan dan orang tua dikembalikan ke masa muda, dan setiap yang hamil mengeluarkan kandungannya, dan kau melihat menusia seperti orang yang mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi sesungguhnya siksa Allah itu sangatlah pedih. (411) Kemudian setelah masa itu ada masa yang lebih keras dan menyakitkan. Manusia menyaksikan neraka yang panasnya bergejolak; keraknya teramat dalam; tiang dan penyangganya adalah besi yang yang berpijar (memancarkan cahaya karena panas atau terbakar); air minumnya adalah cairan timah panas; penjaganya adalah malaikat yang tidak memiliki kasih-sayang....”

Kesedihan dan kegetiran memancar jelas dari wajah ‘Ali ibn Abi Thalib. Ia menangis tersedu-sedu. Semua orang menangis mendengar khutbahnya. Lalu ia melanjutkan kata-katanya: “Ketahuilah, manusia juga akan melihat surga yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan diriku dan kalian di antara orang yang bertakwa, memberi kita balasan dan pahala, serta menjauhkan kita dari azab yang pedih.

Setiap kata-kata yang dilontarkan oleh ‘Ali ibn Abi Thalib terdengar jelas. Setiap kalimat terangkai dengan gaya bahasa yang indah memesona. Kata-kata yang meluncur dari lisannya seakan rangkaian mutiara berharga yang berhamburan lalu diambil dan disimpan oleh setiap orang.

Dalam sebuah kesempatan ia berkata: “Segala puji bagi Allah yang Maha Luhur dan Maha Suci yang tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Suci dan Maha Melampaui penjelasan manusia. Kemuliaan dan keagungan-Nya tampak pada segala keajaiban penciptaan dan pengaturan-Nya. Orang yang mau berpikir dan melihat pasti menyaksikan kemahakuasaan-Nya pada seluruh makhluk. Dia Maha Batin dengan kemuliaan dan kesucian-Nya. Dia Maha Suci dari pikiran orang-orang yang bimbang. Dia Maha Mengetahui tanpa perantara; dengan ilmu yang tanpa diraih atau diupayakan; Dia Maha Menentukan semua perkara tanpa keraguan; Di tidak disesatkan kegelapan dan Dia tidak membutuhkan cahaya; tidak dibimbangkan oleh malam dan tidak diarahkan oleh siang. Dia tak dapat dicerna penglihatan dan tidak diketahui melalui penuturan.” (422)

Amirul Mu’minin ‘Ali ibn Abi Thalib selalu memelihara rasa takutnya kepada Allah sehingga tampak jelas dari setiap tingkah, tindakan, dan kata-katanya. Pada suatu hari ia berkata: “Sesungguhnya dunia telah berpaling. Saat perpisahan semakin dekat. Sesungguhnya akhirat sangatlah dekat dan siap menyambut kedatangan kita. Hari ini akan segera berlalu. Kita jalani hari-hari dengan tenang sedangkan kematian mengejar di belakang. Barang siapa membangun harapannya hanya untuk hari ini maka segala amalnya sia-sia. Beramallah untuk Allah disertai kecintaan kepada-Nya dan takut akan azab-Nya. Orang yang mengharapkan surga tidak akan pernah tidur. Orang yang menghindari neraka tidak akan pernah lalai. Orang yang tidak mengutamakan kebenaran niscaya binasa oleh kebatilan. Dan barang siapa tidak dikukuhkan oleh hidayah niscaya hancur oleh kesesatan. Sesungguhnya kalian telah diperintahkan untuk berbekal dengan bekal yang baik. Wahai manusia, dunia adalah hidangan terbuka yang makan darinya orang yang baik maupun yang jahat, dan akhirat adalah janji yang benar yang berkuasa di dalamnya Hakim Yang Maha Agung. Sesungguhnya setan menjanjikan kefakiran dan memerintahkan kejahatan kepada kalian, sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan keutamaan, dan Allah Maha Luas kasih-sayangNya dan Maha Mengetahui. Wahai manusia, perbaikilah amal kalian niscaya masa depan kalian akan terjaga dan terlindungi. Sesungguhnya Allah menjanjikan surga bagi siapa saja yang menaati-Nya dan menyiapkan neraka bagi siapa yang mengingkari-Nya. Api nereka selalu bergejolak dan siksanya tidaklah ringan. Ia tak dapat dipadamkan dan panasnya sangat membakar. Air minumnya adalah cairan timah panas. Di antara penghuninya adalah orang yang selalu mengikuti nafsu dan orang yang berpanjang angan.” (433).

Itulah beberapa khutbahnya yang indah, memikat, dan menggetarkan. Masih banyak khutbahnya yang lain seperti yang terdapat dalam Nahj al-Balāghah. (444)

 

Catatan:


  1. 41). Al-Ḥadīd: 2. 
  2. 42). Nahj al-Balāghah, hal. 386. 
  3. 43). Al-Bidāyah wa al-Nihāyah, jilid 8, hal. 8-10; lihat juga Nahj al-Balāghah, ibid
  4. 44). Kendati demikian, banyak khutbah yang terdapat dalam Nahj al-Balaghah merupakan khutbah yang tidak dapat disandarkan kepada ‘Ali ibn Abi Thalib, terutama khutbah yang berkaitan dengan fitnah. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *