1-1-6 Ayat-ayat al-Qur’an & Pengaruh Perbuatan Manusia Terhadap Takdir – Memilih Takdir Allah (1/3)

HU.

Diterjemahkan dari buku aslinya:

AL-BADĀ’U FĪ DHAU’-IL-KITĀBI WAS-SUNNAH.
(Memilih Takdir Allah menurut al-Qur’ān dan Sunnah).

Oleh: Syaikh Ja‘far Subhani

Penerjemah: Bahruddin Fannani dan Agus Effendi
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

Rangkaian Pos: 6. Berubahnya Apa Yang Telah Ditakdirkan Karena Perbuatan-perbuatan Tertentu

6. Berubahnya Apa yang Telah Ditakdirkan dan Digariskan karena Perbuatan-Perbuatan Tertentu.

Ayat-ayat al-Qur’ān dan Hadits-hadits yang shaḥīḥ menunjukkan bahwa manusia mampu mengubah perjalanan hidupnya dengan perbuatan-perbuatan baiknya, amal saleh, sedekah, berbuat baik antara sesama manusia, silaturahim, pengabdian kepada kedua orangtua, istighfar, tobat, syukur terhadap nikmat, dan lain sebagainya, yang dapat mengubah perjalanan hidup dan dapat mengganti qadhā’ yang jelek kepada qadhā’ yang baik. Demikian pula, ia mampu mengubah perjalanan hidupnya dari yang baik kepada yang buruk dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan buruk. Sebenarnya, manusia tidak dipaksa menjalani satu perjalanan hidup tertentu dan garis-garis hidup yang tak dapat diganggu gugat. Tidak pula ia harus menjalani ketentuan itu, baik ia mampu atau tidak. Tetapi, perjalanan hidup dan apa yang telah digariskan itu keduanya dapat berubah dan berganti karena amal saleh atau perbuatan buruk yang dilakukan, karena syukur atau ingkar terhadap nikmat, karena takwa atau maksiat, dan lain sebagainya.

Semua permasalahan di atas telah begitu jelas, sampai pun kepada orang-orang yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang al-Qur’ān dan as-Sunnah. Sekiranya ada orang yang mengingkarinya, maka itu hanyalah pernyataan lisannya saja, namun hatinya mengakui kebenaran masalah tersebut. Berikut ini ayat-ayat al-Qur’ān dan Hadits-hadits yang ada kaitannya dengan masalah tersebut.

 

Ayat-Ayat al-Qur’ān dan Pengaruh Perbuatan Manusia terhadap Takdir.

A.

Allah mengisahkan Nabi Nūḥ a.s., dengan firman-Nya:

(فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَ يُمْدِدكُمْ بِأَمْوَالٍ وَ بَنِينَ وَ يَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَ يَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا)

Maka aku katakan kepada mereka: beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun! Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, serta membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan menganugerahkan kepadamu kebun-kebun, dan mengadakan bagimu sungai-sungai.” (71: 10,11,12).

Kita tahu bahwa Nabi Nūḥ a.s. menjadikan istighfar sebagai penyebab yang berpengaruh terhadap turunnya hujan, melimpahnya harta, mengalirnya sungai-sungai, dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Adapun penjelasan bagaimana caranya perbuatan-perbuatan manusia dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa di alam ini, bukanlah termasuk pembahasan kita. Orang yang tidak meyakini adanya pengaruh perbuatan manusia terhadap takdir adalah sama dengan musyrik dan para pendukung mereka. Wahyu Ilahi di atas secara gamblang menunjukan pengaruh doa dan istighfar di dunia ini, dan pengaruhnya terhadap hukum sebab-akibat. Secara mutawatir diriwayatkan dari Nabi s.a.w. dan para Imām Ahl-ul-Bait a.s. bahwa doa dan amal-amal yang sejenisnya dapat mengubah takdir.

B.

(إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (13: 11).

C.

(ذلِكَ بِأَنَّ اللهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ)

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, sehingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (8: 53).

D.

(وَ لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا واتَّقَوا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَ لكِنْ كَذَّبوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)

Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman serta bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (7: 96).

E.

(وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَ يَرزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ)

Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (65: 2,3).

F.

(وَ إِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ)

Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kapadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat)-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”.” (14: 7).

G.

(وَ نُوحًا إِذْ نَادَى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّينَاهُ وَ أَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ)

Dan (ingatlah kisah) Nūḥ, sebelum itu dia berdoa kepada Tuhannya dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (21: 76).

H.

(وَ أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَ أَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ)

Dan (ingatlah kisah) Ayyūb, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya...” (21: 83,84).

I.

(وَ مَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِبَهُمْ وَ أَنْتَ فِيهِمْ وَ كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ)

Dan Allah sekali-kali tidak akan menyiksa mereka, sedang kamu berada di antara mereka, sedang mereka meminta ampun.” (8: 33).

J.

(فَلَوْ لاَ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلى يَوْمِ يُبْعَثُونَ فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ وَ أَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ)

Maka, sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tinggal di perut ikan itu sampai Hari Kebangkitan. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.” (37: 143-146).

K.

(فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَ نَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَ كَذلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ)

Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (21: 88).

L.

(فَلَوْ لاَ كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلاَّ قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ مَتَّعْنَاهُمْ إِلى حِينٍ)

Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yūnus? Tatkala mereka (kaum Yūnus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (10: 98).

Inilah sebagian ayat-ayat al-Qur’ān yang menandaskan kepastian adanya pengaruh doa, istighfar, iman, amal saleh, yang dapat kita lihat dalam berbagai peristiwa di alam ini. Selanjutnya akan kita tinjau hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang berkenaan dengan masalah ini.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *