Hati Senang

Suratu Nuh 71 ~ Tafsir al-Wasith (2/2)

Dari Buku:

Tafsīr al-Wasīth
(Jilid 3, al-Qashash – an-Nās)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili


Penerjemah: muhtadi, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

PERINGATAN NŪḤ DENGAN DALIL-DALIL AKAN KEESAAN ALLAH DAN SIKAP KAUMNYA TERHADAPNYA.

Nūḥ a.s. tidak membiarkan satu dalil pun kecuali ia sampaikan kepada kaumnya sebagai bukti keberadaan, keesaan dan kekuasaan Allah, meliputi penciptaan langit dan bumi, penciptaan manusia dan ditumbuhkannya tanaman. Akan tetapi, mereka adalah kaum yang dungu lagi bodoh, mereka tetap saja komitmen dengan penyembahan patung, kesesatan dan penyesatan. Maka Allah mengancam mereka, Dia ilhamkan Nūḥ a.s. untuk melaknat mereka berikut anak keturunan mereka, memohon ampunan untuk diri sendiri, orang tua dan ahli keimanan, serta memohon dibinasakannya orang-orang zhalim lagi musyrik. Seperti dijelaskan di dalam beberapa ayat berikut.

 

أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا. وَ جَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَ جَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا. وَ اللهُ أَنْبَتَكُمْ مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا. ثُمَّ يُعِيْدُكُمْ فِيْهَا وَ يُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا. وَ اللهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا. لِتَسْلُكُوْا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا. قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِيْ وَ اتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَ وَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا. وَ مَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا. وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا. وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلَالًا. مِمَّا خَطِيْئَاتِهِمْ أُغْرِقُوْا فَأُدْخِلُوْا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللهِ أَنْصَارًا. وَ قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِيْنَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَادَكَ وَ لَا يَلِدُوْا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا. رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا تَبَارًا.

71: 15. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?

71: 16. Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?

71; 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur),

71: 18. kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan mengeluarkan kamu (pada hari Kiamat) dengan pasti.

71: 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,

71: 20. agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas”.

71: 21. Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya,

71: 22. dan melakukan tipu-daya yang amat besar,

71: 23. dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwā‘, Yaghūts, Ya‘ūq dan Nasr”.

71: 24. Dan sungguh, mereka telah menyesatkan banyak orang; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan.

71: 25. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain Allah.

71: 26. Dan Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

71: 27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.

71: 28. Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kehancuran”.

(Nūḥ: 15-28).

 

Ayat-ayat pertama menjelaskan beragam dalil atas keesaan dan kekuasaan Allah: Tidakkah kalian melihat ke atas kalian, bagaimana Allah menciptakan langit berlapis-lapis yang satu di atas yang lain? Bagaimana Dia menciptakan bulan di langit memancarkan cahaya ke muka bumi tanpa hawa panas? Dan bagaimana Dia menciptakan matahari sebagai sumber cahaya laksana pelita; yaitu lampu yang memancarkan cahaya, menghapus kegelapan dan menyebarkan panas serta kehangatan?

– Allah s.w.t. telah menciptakan bapak kalian, Ādam, dari tanah, dan menjadikannya tumbuh dan membesar seperti tanaman. Allah menjadikan pertumbuhan kalian bersandar kepada makanan sebagai sumber bumi, yang telah merubahnya menjadi tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Ini adalah bentuk metafora, dari sisi penciptaan Ādam a.s. dari tanah, kemudian seluruh umat manusia “tumbuh” darinya. “Nabātan”, adalah mashdar yang berfungsi bukan sebagai mashdar. Penjelasannya: maka kalian tumbuh dengan pertumbuhan (berangsur-angsur).

Kemudian Allah mengembalikan kalian ke dalam tanah dengan dimakamkannya kalian di dalamnya setelah kalian meninggal, pemakaman yang telah menjadi tradisi manusia, sehingga kalian kembali menjadi tanah dan melebur di dalam bumi. Lalu Allah mengeluarkan kalian darinya dengan kebangkitan pada hari kiamat, dalam satu kali pengeluaran sekaligus untuk digiring menuju mauqif penghamparan dan penghitungan, bukan untuk penumbuhan secara berangsur-angsur seperti pada kali pertama.

– Di antara nikmat Allah kepada manusia; bahwasanya Dia telah menciptakan bumi untuk kalian dalam keadaan terbentang dan terhampar laksana tikar, agar memungkinkan tinggal dan menetap pada permukaannya. Allah mengokohkan bumi dengan gunung-gunung, menjadikan kalian mencari rezeki di dalamnya, dan mengadakan bagi kalian jalan-jalan yang luas di antara gunung, lembah dan daratan.

– Nūḥ berkata memanjatkan doa kepada Rabbnya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku mendustakanku, mereka tidak memenuhi da‘wahku, mereka hanya mengikuti para pembesar dan orang-orang kaya di antara mereka, yang mana banyaknya harta dan anak hanya menambah kesesatan mereka di dunia dan hukuman di akhirat, sehingga mereka merugi di dunia dan akhirat.

Dan mereka merancang tipu-daya yang besar.” Yakni, menghalang-halangi manusia dari da‘wah Nūḥ a.s. menuju agama yang ḥaqq dan keesaan Tuhan, serta membujuk kalangan awam untuk menyakiti dan membunuh Nūḥ a.s.

– Para pemimpin berkata kepada para pengikut agar menyelisihi Nūḥ dan membantah perkataannya: “Janganlah kalian meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kalian untuk kemudian menyembah Tuhan Nūḥ. Janganlah kalian meninggalkan penyembahan patung-patung – yang tradisi penyembahannya berpindah kepada bangsa ‘Arab – ini, yaitu Wadd, Suwā‘, Yaghūts, Ya‘ūq, dan Nasr. Kemudian Wadd menjadi tuhan kabilah Kilāb, Suwā‘ menjadi tuhan kabilah Hudzail, Yaghūts menjadi tuhan kabilah Ghathafan, Ya‘ūq menjadi tuhan penduduk Himyar keturunan Dzī Kalā’. Pada mulanya nama-nama itu adalah nama orang-orang shalih di antara kaum Nūḥ a.s.

Pembesar-pembesar mereka telah menyesatkan banyak orang, maka Nūḥ melaknat mereka seraya berkata: “Janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang kafir itu selain kebingungan dan jauh dari kebenaran, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk menuju kebenaran dan petunjuk.”

Faktor penyebab balasan: disebabkan banyaknya kejahatan dan dosa mereka, serta terus-menerusnya mereka di dalam kekafiran. Kemudian mereka dimasukkan ke dalam neraka di akhirat, maka mereka tidak menjumpai penolong selain Allah yang bisa mencegah mereka dari adzab dan menolaknya dari mereka.

Nūḥ berdoa ketika telah berputus-asa dari keimanan mereka: “Wahai Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara mereka tetap berada di muka bumi menghuni negeri-negeri. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tetap tinggal, mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu yang datang sesudah mereka dari jalan kebenaran. Dan mereka hanya akan melahirkan anak keturunan yang kafir dan banyak berbuat dosa, dengan meninggalkan ketaatan kepada-Mu dan banyak menyimpan di dalam hati sikap durhaka terhadap nikmat-Mu.” Nūḥ mengatakan demikian karena pengalamannya dengan mereka.

Kemudian Nūḥ berdoa untuk dirinya, kedua orang tuanya dan segenap ahli iman, seraya berkata: “Wahai Tuhanku, tutuplah dosa-dosaku, tutuplah dosa kedua orang tuaku dan orang-orang yang beriman kepada risalahku. Ampunilah setiap orang yang memasuki rumahku dalam keadaan beriman, juga laki-laki dan perempuan yang membenarkan dan mempercayai keberadaan dan keesaan-Mu, dari umat dan generasi mendatang. Dan janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang yang menzhalimi diri sendiri dengan kekafiran kecuali kebinasaan, kerugian dan kehancuran.”

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.