Suratu Nuh 71 ~ Tafsir al-Wasith (1/2)

Dari Buku:

Tafsīr al-Wasīth
(Jilid 3, al-Qashash – an-Nās)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penerjemah: muhtadi, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

Rangkaian Pos: Suratu Nuh 71 ~ Tafsir al-Wasith

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

SŪRATU NŪḤ

 

DA‘WAH NŪḤ A.S.

Dalam jangka waktu hampir seribu tahun Nūḥ a.s. menghadapi perlakuan kaumnya yang tidak pernah dihadapi oleh seorangpun nabi yang lain, di mana mereka mendustakan dan menyakitinya, mereka kecuali sangat sedikit orang berpaling dari da‘wahnya untuk mengesakan Allah dan meninggalkan penyembahan patung yang primitif. Mereka menyimpang dalam ketetapan mereka dari da‘wah Nūḥ, betapapun Nūḥ telah menjanjikan kesejahteraan bagi mereka serta limpahan kenikmatan materi yang bermacam-macam meliputi harta benda dan anak-anak. Mereka melupakan fase-fase penciptaan mereka dan pentahapan penciptaan, hingga mereka menjadi kaum yang keras. Sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat berikut pada permulaan surah Nūḥ, surah Makkiyyah secara ijma‘,

إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ. أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اتَّقُوْهُ وَ أَطِيْعُوْنِ. يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَ نَهَارًا. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِيْ إِلَّا فِرَارًا. وَ إِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْا أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ وَ اسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَ أَصَرُّوْا وَ اسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَ أَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا. فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا. وَ يُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَ بَنِيْنَ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَارًا. مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا. وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا.

71: 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ kepada kaumnya (dengan perintah): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya ‘adzab yang pedih.”

71: 2. Dia Nūḥ berkata: “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,

71: 3. (yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertaqwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku,

71-4. niscaya Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui.”

71: 5. Dia (Nūḥ) berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam,

71: 6. tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran).

71: 7. Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri.

71: 8. Lalu sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan.

71: 9. Kemudian sesungguhnya aku menyeru dengan cara terbuka dan dengan diam-diam,

71: 10. maka aku berkata (kepada mereka): “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,

71: 11. niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,

71: 12. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.

71: 13. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?

71: 14. Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian).

(Nūḥ: 1-14).

 

Sungguh Kami telah mengutus – pengutusan untuk berda‘wah – Nūḥ bin Lamik a.s., rasūl pertama yang diutus Allah kepada kaumnya, dan Kami firmankan kepadanya: “Peringatkan kepada kaummu akan hukuman dan adzab Allah, sebelum adzab yang pedih datang kepada mereka, yaitu adzab neraka, atau tenggelam dalam banjir bandang. Apabila mereka bertobat dan kembali, maka adzab itu akan diangkat dari mereka.”

Nūḥ berkata: “Wahai kaumku, aku adalah orang yang memperingatkan dan menakutkan kalian terhadap adzab Allah, dengan peringatan dan pemberitahuan yang jelas. Kandungan da‘wahku: Aku memerintahkan kalian untuk beribadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya, menunaikan hak-hakNya, mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya yang bisa menjerumuskan kalian ke dalam adzab, serta agar kalian menaatiku terkait apa yang aku perintahkan kepada kalian dan aku larang dari kalian.” Taqwa ialah menunaikan perintah dan menjauhi perkara-perkara haram.

Buah dari beban kewajiban adalah dua hal: Allah s.w.t. akan menutupi sebagian dosa kalian dan memperpanjang umur kalian, Dia akan menangguhkan kematian kalian hingga waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. untuk kalian, jika kalian beriman dan taat. Firman Allah: “min dzunūbikum”, kata min di sini adalah untuk menunjukkan makna sebagian, sebagian dosa-dosa kalian. Ini adalah janji mulia akan diberikannya dua perkara atas ketaatan dan peribadahan: menolak bahaya akhirat yaitu dengan ampunan terhadap dosa-dosa, dan mewujudkan manfaat di dunia dengan ditangguhkannya ajal hingga waktu lain. Hal ini tidak berarti, berbeda dengan pendapat Mu‘tazilah, adanya dua ajal bagi manusia, melainkan maksudnya telah ditetapkan semenjak zaman azali bahwa mereka entah termasuk golongan yang ditetapkan untuk beriman dan ditangguhkan ajalnya, atau termasuk golongan yang kufur dan disegerakan ajalnya, dengan dalil firman Allah s.w.t.: “Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda.” Yakni, apabila ketetapan Allah telah datang kepada kalian sedangkan kalian dalam kondisi kafir, ketetapan itu tidak akan ditunda, melainkan terjadi ketika itu juga secara pasti.

Nūḥ berkata setelah panjang usianya dan telah putus harapan dari kaumnya: “Wahai Tuhanku, aku telah menyeru kaumku kepada apa yang Engkau perintahkan kepadaku, yakni aku menyeru mereka menuju keimanan terhadap keberadaan dan keesaan-Mu, dengan seruan tanpa henti, terus-menerus pada malam dan siang hari tanpa ada kelalaian, demi menunaikan perintah-Mu dan mengupayakan ketaatan kepada-Mu. Namun, seruanku kepada Allah dzat yang suci hanya menghindarkan dan menjauhkan mereka dari substansi seruanku.” Firman Allah: “siang dan malam,” merupakan ungkapan terus-menerus da‘wahnya, bahwasanya Nūḥ sama sekali tidak menunda-nunda da‘wahnya.

Setiap kali aku menyeru mereka kepada penyebab ampunan, yaitu keimanan kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, mereka menutupi telinga dengan ujung jari mereka, agar tidak mendengar apa yang aku serukan kepada mereka, mereka juga menutupi wajah dengan baju mereka agar tidak melihatku dan mendengar perkataanku. Mereka terus-menerus dan konsisten dalam kekafiran dan kesyirikan. Mereka sangat sombong terhadap perkataan yang haqq, yakni terlalu sombong untuk menerima dan tunduk kepada kebenaran.

Kemudian aku telah membuat variasi metode da‘wah kepada mereka; aku menyeru mereka kepada keimanan dan ketaatan secara terbuka di hadapan khalayak ramai, yakni dengan menyampaikannya secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Artinya, Nūḥ a.s. menempuh tiga tahapan dalam da‘wahnya: memulai dengan nasihat secara sembunyi-sembunyi siang dan malam, lalu mereka lari darinya, kemudian terang-terangan dalam berda‘wah, sebab nasihat terbuka menimbulkan efek jera, selanjutnya ia menghimpun dua metode: secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Diulanginya sifat da‘wah merupakan penjelasan dan penegasan, serta menunjukkan kesungguhan optimal.

Aku berkata kepada kaum tersebut: Mohonlah ampunan kepada Tuhan kalian atas dosa-dosa kalian terdahulu dengan keikhlasan niat, bertobatlah kepada Allah dari kekafiran dan kemaksiatan. Sesungguhnya Tuhan yang telah menciptakan dan memelihara kalian banyak memberi ampunan kepada para pendosa.

Kemudian Nūḥ menjanjikan lima hal atas tobat mereka dari kekafiran dan kemaksiatan: Diturunkannya hujan secara berturut-turut, deras dan lebat untuk memperbanyak kebaikan dan kesuburan, anugerah berupa harta yang melimpah, diperbanyaknya keturunan dan anak-anak disebabkan keamanan dan kesejahteraan, karunia berupa kebun-kebun nan indah dan penuh dengan pepohonan dan buah-buahan, serta dijadikannya sungai mengalirkan air yang jernih, untuk memperbannyak tanaman, buah-buahan dan hasil pertanian. al-Waqār: keagungan dan kekuasaan. Seakan-akan perkataan Nūḥ ini merupakan ancaman dan penakutan.

Mengapa kalian tidak takut kepada keagungan dan kebesaran Allah, sehingga kalian mengesakan-Nya dan taat kepada-Nya. Padahal Dia-lah yang menciptakan kalian dalam tingkatan-tingkatan atau fase-fase yang berbeda. Perkataan ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbās, merupakan isyarat terhadap proses pentahapan yang dialami manusia di dalam perut ibunya, mulai dari sperma, segumpal darah, segumpal daging, kemudian tulang berlulang lalu dibungkus daging, selanjutnya kesempurnaan ciptaan. Dia juga yang menumbuhkan kalian sebagai makhluk lain; kalian melewati masa kanak-kanak, kemudian fase tamyīz (kecerdasan), lalu fase baligh dan puberitas, fase pemuda fase dewasa, selanjutnya fase tua. Maka bagaimana kalian lalai dari menghormati Dia yang telah menciptakan kalian dalam tingkatan-tingkatan kejadian yang menakjubkan ini?

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *