Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir al-Wasith (3/3)

Dari Buku:

Tafsīr al-Wasīth
(Jilid 3, al-Qashash – an-Nās)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penerjemah: muhtadi, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir al-Wasith

ANCAMAN TERHADAP ORANG-ORANG YANG MENDUSTAKAN RISALAH NABAWIYYAH.

Kaum kafir yang mendustakan da‘wah Nabi s.a.w. begitu cepat fanatisme mereka kepada kekafiran dan sesembahan-sesembahan batu berupa patung dan berhala. Maka Allah mengancam mereka dengan penghancuran dan pembinasaan, kemudian memerintahkan Rasūl-Nya untuk berpaling dari mereka hingga hari kiamat, hari ketika pandangan mata mereka tertunduk ke bawah, mereka diliputi oleh kehinaan dan kerendahan, juga disebabkan oleh pendustaan mereka terhadap hari kiamat.

Ahli tafsir berkata: “Kaum musyrikin berkumpul di sekeliling Nabi s.a.w. untuk mendengarkan perkataan beliau, namun mereka tidak mengambil manfaat darinya, bahkan mendustakan dan mengolok-oloknya, seraya berkata: “Sekiranya mereka masuk surga, tentu kita akan memasukinya lebih dahulu sebelum mereka, tentu bagian kita di dalamnya lebih banyak dari bagian mereka.” Maka Allah menurungkan ayat ini: “Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh keni‘matan?” Ayat-ayat sebelum dan sesudahnya adalah sebagai berikut:

فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ. عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِيْنَ. أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ. كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ. فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ. فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ. يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.

70: 36. Maka mengapa orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu (Muḥammad),
70: 37. dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok?
70: 38. Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh keni‘matan?
70: 39. Tidak mungkin! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.
70: 40. Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang); sungguh Kami pasti mampu,
70: 41. untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami tidak dapat dikalahkan.
70: 42. Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kesesatan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,
70: 43. (yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),
70: 44. pandangannya mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.

(Al-Ma‘ārij [70]: 36-44)

Mengapakah orang-orang kafir itu kamu dapati mereka begitu cepat durhaka, mendustakan dan mengolok-olokmu? Dan kamu lihat mereka wahai Nabi berada di sebelah kananmu dan sebelah kirimu dalam kelompok-kelompok yang berbeda-beda dan saling terpisah. Firman Allah: “qibalaka,” maknanya; ke hadapanmu. Al-Muhthi‘: orang yang berjalan dengan cepat kepada sesuatu yang telah dilihat oleh pandangan matanya. ‘Izīn: kelompok-kelompok kecil, tiga-tiga, atau empat-empat orang.

Ayat ini turun karena acak kali Rasūlullāh s.a.w. mendirikan shalat di Ka‘bah dan membaca al-Qur’ān. Lalu banyak orang kafir yang berdiri dari tempat duduknya dan bersegera ke arah beliau untuk mendengar bacaan beliau. Kemudian mereka berkata satu sama lain: Dia seorang penyair, pembual dan sebutan-sebutan yang lain.

Kemudian Allah memupus harapan orang-orang kafir itu untuk masuk surga, dengan firman-Nya yang maknanya: Apakah kaum musyrikin yang mendustakan risalah Rasūl s.a.w. itu berhasrat untuk masuk surga penuh keni‘matan?! Sama sekali tidak, melainkan tempat tinggal mereka adalah neraka jahannam. Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari air yang hina lagi lemah, karena fisik penciptaan semata tidak memasukkan mereka ke dalam surga, melainkan karena amal shāliḥlah – jika ada – mereka masuk ke dalamnya. Ini adalah penetapan terjadinya hari akhirat berikut ‘adzab yang diancamkan kepada mereka pada hari itu, yang mereka ingkari kejadiannya, atau mereka anggap mustahil keberadaannya. Ayat ini: “Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh keni‘matan?” turun sebagaimana dijelaskan di muka karena kaum kafir berkata: “Jika memang ada akhirat dan surga, maka kami adalah penghuninya dan berada di dalamnya, sebab Allah tidak melimpahkan ni‘mat kepada kami di dunia, berupa harta benda dan anak-anak, kecuali karena ridha-Nya kepada kami.”

Kemudian Allah memperingatkan mereka dengan kebinasaan bila mereka tetap dalam kekafiran, dan mengancam diciptakannya umat lain untuk menduduki posisi mereka agar umat lain itu beriman, Allah befirman: “Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang); sungguh Kami pasti mampu,” Yakni, sungguh Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenam matahari, bulan dan bintang tiap-tiap hari dalam setahun, bahwa Kami Maha Kuasa untuk menciptakan kaum lain yang lebih baik dari mereka, lebih taat kepada Allah daripada mereka yang mendurhakai-Nya, lalu Kami membinasakan mereka. Tidak ada sesuatupn yang melemahkan Kami, Kami pun tidak tertundukkan bila Kami menghendaki hal tersebut. Bahkan Kami melakukan apa saja yang Kami kehendaki. Akan tetapi, kehendak dan hikmah Kami menginginkan ditangguhkannya hal tersebut. Ini menjadi dalil kesempurnaan kuasa Allah untuk mengadakan dan meniadakan, disertai penegasan dengan sumpah. Ini juga menjadi kecaman terhadap mereka dan peringatan akan kontradiksi perkataan mereka, di mana mereka mengingkari hari kebangkitan, lalu mereka mengharapkan masuk surga. Mereka juga mengakui bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, dan Pencipta mereka dari apa yang mereka ketahui, kemudian mereka tidak menyakini bahwa Allah Maha Kuasa untuk menciptakan mereka untuk kedua kali. Al-masyāriq dan al-maghārib: tempat terbit matahari, bulan dan seluruh bintang, dan tempat terbenamnya, sebab tempat terbit dan terbenam itu berbeda-beda ketika dirincikan, karenanya lafazhnya disebutkan dengan bentuk jama‘.

Kemudian Allah memerintahkan Rasūlullāh s.a.w. untuk berpaling dari mereka hingga hari kebangkitan, sebagai tambahan ancaman. Yang demikian itu adalah makna firman Allah: “Wahai Muḥammad, biarkanlah mereka berbicara dalam keyakinan batil mereka, bersenang-senang di dunia mereka, membangkang dalam pendustaan dan pengingkaran terhadap hari kebangkitan, hingga mereka bertemu hari kiamat berikut berbagai kengerian di dalamnya, mereka pun mendapat balasan atas amal perbuatan pada hari itu. Ayat ini merupakan ancaman, sedangkan berbagai makna perjanjian di dalamnya terhapus (mansūkh) dengan ayat tentang peperangan dengan pedang.

Ingatkanlah wahai Nabi hari ketika mereka bangkit dari dalam kubur dengan seruan Allah s.w.t. menuju tempat (mauqif) perhitungan amal, mereka berjalan dengan cepat dan berlomba. Seakan-akan bersicepatnya mereka menuju mauqif seperti tindakan mereka du dunia yang berlari-lari kecil atau berjalan cepat menuju sesuatu yang ditegakkan, berupa panji atau bendera. Al-ajdāts: kubur. An-nushub: apa yang ditegakkan untuk manusia, sehingga ia bersegera menuju ke arahnya, seperti halnya bendera, bangunan, atau patung bagi para penyembah patung. Kata ini banyak digunakan untuk patung, hingga sering kali patung disebut dengan kata al-anshāb.

Ketika mereka keluar dari dalam kubur, pandangan mata mereka tertunduk ke bawah, mereka diliputi oleh kehinaan yang besar, disebabkan ‘adzab yang menyambut mereka dan sebagai balasan atau kesombongan mereka untuk taat di dunia. Hari yang mengandung kengerian-kengerian besar tersebut: adalah hari yang diancamkan Allah kepada mereka dan telah Allah peringatkan perumpamaan mereka dengannya, namun mereka mendustakannya. Seandainya saja mereka mau beriman, tentu mereka akan selamat dari ‘adzab. Kedatangan waktu ‘adzab diungkapkan dengan kata kerja bentuk lampau, “kānū yū‘adūn,” sebab apa yang dijanjikan oleh Allah pasti akan datang, tidak bisa tidak.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *