Surah al-Ma’arij 70 – Tafsir al-Munir – Marah Labid (4/4)

TAFSĪR AL-MUNĪR
(MARĀḤ LABĪD)
(Judul Asli: At-Tafsīr-ul-Munīru Lima‘ālim-it-Tanzīl)
Penyusun: Al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi (Banten).

(Jilid ke 6 dari Surah al-Aḥqāf s.d. an-Nās)

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar, L.C.
Dibantu oleh: H. Anwar Abu Baka, L.C.

Penerbit: Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir al-Munir - Marah Labid

فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ.

70: 36. Namun mengapa orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu (Muhammad). (al-Ma‘ārij [70]: 36)

(فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ.) “Namun mengapa orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu” yakni apakah yang mendorong orang-orang kafir Makkah itu bersegera datang ke arahmu dengan menjulurkan leher mereka dan menatapkan pandangan mereka ke arahmu?

 

عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِيْنَ.

70: 37. dari kanan dan kiri secara berkelompok. (al-Ma‘ārij [70]: 37)

(عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِيْنَ.) “dari kanan dan kiri secara berkelompok” yakni secara bergerombol. Keempat ini menerangkan isim maushūl.

Diriwayatkan bahwa dahulu orang-orang musyrik mengelilingi Nabi s.a.w. secara berkelompok mendengarkannya dan memperolok-olok kalamnya, seraya mengatakan: “Jika orang-orang itu masuk surga sebagaimana yang dikatakan oleh Muḥammad, maka sesungguhnya kita akan memasukinya sebelum mereka”, lalu turunlah ayat ini.

 

أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ.

70: 38. Apakah setiap orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh kenikmatan? (al-Ma‘ārij [70]: 38)

(أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ.) “Apakah setiap orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh kenikmatan?” sebagaimana orang-orang muslim memasukinya.

 

كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.

70: 39. tidak mungkin! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui. (al-Ma‘ārij [70]: 39)

(كَلَّا) “tidak mungkin!” yakni sama sekali apa yang mereka inginkan itu tidak akan terjadi, karena hal itu sama dengan angan-angan yang kosong.

(إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.) “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui” yakni dari nuthfah yang menjijikkan, sehingga dari manakah mereka berani mengaku-ngaku dan merasa paling dahulu masuk surga, sebagaimana yang telah mereka katakan: “Sesungguhnya kami akan masuk surga sebelum kaum muslim.” Bagaimana pantas mereka dapat masuk surga, sedangkan mereka sama sekali tidak mempunyai iman dan ma‘rifat kepada Allah.

 

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ.

70: 40. Maka Aku bersumpah demi Tuhan Yang Mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami benar-benar Maha Kuasa. (al-Ma‘ārij [70]: 40)

(فَلَا أُقْسِمُ) “Maka Aku bersumpah” yakni apabila duduk perkaranya sebagaimana yang telah disebutkan yaitu bahwa Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui atau air mani – (بِرَبِّ الْمَشَارِقِ) “demi Tuhan Yang Mengatur tempat-tempat terbit” yakni tempat terbitnya matahari pada musim dingin dan panas – (وَ الْمَغَارِبِ) “dan tempat terbenamnya” matahari pada musim dingin dan panas. Tempat terbit pada musim dingin dan panas ada seratus delapan puluh manzilah, demikian pula jumlah yang sama terdapat pada tempat terbenamnya matahari pada musim dingin dan panas.

(إِنَّا لَقَادِرُوْنَ.) “sungguh, Kami benar-benar Maha Kuasa”.

 

عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ.

70: 41. untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami tidak dapat dikalahkan. (al-Ma‘ārij [70]: 41)

(عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ) “untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka” yakni dengan cara membinasakan mereka terlebih dahulu, akan tetapi hal tesebut tidak terjadi. Sesungguhnya Allah mengancam kaum dengan cara ini tidak lain agar mereka mau beriman.

(وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ.) “dan Kami tidak dapat dikalahkan” yakni tidak dapat dilemahkan untuk mengganti mereka dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan penangguhan siksaan terhadap mereka bukan karena kelemahan melainkan karena hikmah yang mendorong ke arah penangguhan itu.

 

فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ.

70: 42. Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kebatilan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka. (al-Ma‘ārij [70]: 42)

(فَذَرْهُمْ) “Maka biarkanlah mereka” yakni biarkanlah mereka dalam kebatilan-kebatilannya – (يَخُوْضُوْا) “tenggelam” yakni bergelimangan di dalamnya (وَ يَلْعَبُوْا) “dan bermain-main” di dunia mereka, atau terhina dalam kekafiran mereka.

(حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ.) “sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka” yaitu hari berbangkit saat sangkakala ditiup untuk kedua kalinya untuk membangkitkan mereka.

 

يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.

70: 43. (yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia). (al-Ma‘ārij [70]: 43)

(يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ) “(yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kuburnya” lafal al-qubūr berkedudukan sebagai badal dari lafal yauma badal kullun min kullin. Menurut qirā’āt lain dibaca dalam bentuk mabnī maf‘ūl menjadi Yukhrajūna – (سِرَاعًا) “dengan cepat” menuju ke arah seruan yang memanggil mereka.

(كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ) “seakan-akan mereka pergi kepada berhala-berhala” mereka sewaktu di dunia. Ibnu ‘Āmir dan Ḥafsh membacanya dengan Nūn yang di-dhammah-kan dan Shād-nya menjadi nushub, yang berarti patung-patung yang dipancangkan untuk disembah selain Allah. Sedangkan ‘ulamā’ yang lain membacanya dengan Nūn yang di-fatḥah-kan dan Shād yang di-sukūn-kan menjadi nashbin yang berarti dongeng. Abū ‘Imrān al-Jūnī dan Mujāhid membacanya dengan di-fatḥah-kan kedua-duanya menjadi nashabin yakni sesuatu yang dipancangkan seperti panji. Al-Ḥasan dan Qatādah menbacanya dengan dhammah lalu sukūn menjadi nushbin yang berarti berhala yang dipancangkan untuk disembah (يُوْفِضُوْنَ) “mereka bersegera” yakni berangkat dengan bergegas.

 

خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.

70: 44. Pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulu diancamkan kepada mereka.

(al-Ma‘ārij [70]: 44)

(خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ) “pandangan mereka tertunduk ke bawah” dan mereka tidak berani mengangkatnya, dan mereka tidak melihat suatu kebaikan pun.

(تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ) “diliputi kehinaan” yakni wajah mereka diliputi oleh warna yang hitam kelam.

(ذلِكَ) “Itulah” yakni terjadinya keadaan yang sangat mengerikan itu – (الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.) “hari yang dahulu diancamkan kepada mereka” semasa mereka di dunia, bahwa sesungguhnya mereka akan mendapatkan ‘adzab pada hari itu. Inilah ‘adzab yang dahulu selalu mereka minta kedatangannya dengan segera.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *