Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir al-Wasith (1/3)

Dari Buku:

Tafsīr al-Wasīth
(Jilid 3, al-Qashash – an-Nās)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penerjemah: muhtadi, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

Rangkaian Pos: Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir al-Wasith

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

SŪRAT-UL-JINN

 

Surah al-Jinn, surah al-Makkiyyah secara ijma‘, mengandung beberapa perkara dan berita menakjubkan tentang jinn, yang mungkin bisa dikelompokkan menjadi lima bagian:

I. Bagian pertama, berita tentang enam hal terkait bangsa jinn, di antaranya keimanan mereka kepada al-Qur’ān-ul-Karīm dan yang menurunkannya, yaitu Allah s.w.t.

II. Bagian kedua, penyampaian tujuh perkara tentang jinn yang berkaitan dengan rahasia-rahasia langit dan kondisi keimanan mereka.

III. Bagian ketiga, kedudukan masjid.

IV. Bagian keempat, prinsip-prinsip dakwah Nabi s.a.w.

V. Bagian kelima, waktu terjadinya kiamat.

BAGIAN PERTAMA: BERITA TENTANG ENAM HAL TERKAIT BANGSA JINN.

Surah al-Jinn turun ketika Rasūlullāh s.a.w. berada di wilayah Bathnu Nakhlah, tatkala beliau hendak menuju pasar ‘Ukkāzh. Beliau menunaikan shalat Shubuḥ bersama para sahabatnya. Tatkala serombongan jinn mendengar bacaan al-Qur’ān, mereka menyimaknya, lalu berkata: “Demi Allah, ini adalah yang menghalangi antara kalian dengan berita langit.” Kemudian mereka kembali kepada kaum mereka dan berkata: “Wahai kaum kami, kami telah mendengar bacaan yang menakjubkan.” Maka Allah menurunkan kepada Nabinya: “Katakanlah (Muḥammad): “Telah diwahyukan kepadaku….” Yang diwahyukan kepada beliau adalah perkataan jinn. Berikut ini enam berita tentang jinn pada permulaan surah al-Jinn:

قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا. يَهْدِيْ إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَ لَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا. وَ أَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَ لَا وَلَدًا. وَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللهِ شَطَطًا. وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْإِنْسُ وَ الْجِنُّ عَلَى اللهِ كَذِبًا. وَ أَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا. وَ أَنَّهُمْ ظَنُّوْا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَّنْ يَبْعَثَ اللهُ أَحَدًا.

072: 1. Katakanlah (hai Muḥammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jinn telah mendengarkan (bacaan), lalu mereka berkata: “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (al-Qur’ān).”
072: 2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami.
072: 3. dan sesungguhnya Maha Tinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak.”
072: 4. Dan sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami dahulu selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah,
072: 5. dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jinn itu tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah,
072: 6. dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jinn, tetapi mereka (jinn) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.
072: 7. Dan sesungguhnya mereka (jinn) mengira seperti kamu (orang musyrik Makkah) yang juga mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat),
(al-Jinn: 1-7).

Berikut ini disampaikan enam berita tentang jinn:

Pertama:berimannya satu golongan dari mereka kepada al-Qur’ān dan yang menurunkannya. Kandungan berita tersebut: Katakanlah Wahai Nabi untuk memberitahukan kepada umatmu, bahwa segolongan jinn telah mendengarkan al-Qur’ān lalu mereka beriman kepadanya, membenarkannya dan tunduk terhadapnya. Mereka berkata kepada kaum mereka ketika mendengar bacaan surah al-Jinn: “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (al-Qur’ān).” Yakni setelah kepulangan mereka kepada kaum mereka; Kami telah mendengar perkataan yang dibaca yang memicu rasa takjub dalam hal kefasihan dan retorikanya, nasihah-nasihat dan keberkahannya. Bangsa jinn: alam yang tertutup dari kita, kita tidak mengetahuinya kecuali yang diberitakan oleh wahyu, mereka tercipta dari api.

Bacaan (al-Qur’ān) ini memberi petunjuk atau membimbing kepada kebenaran dan pengetahuan tentang Allah s.w.t., maka kami membenarkannya bahwa ia berasal dari sisi Allah s.w.t. Kami tidak akan menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan lain dari makhluk-Nya, kami pun tidak akan menjadikan tuhan-tuhan lain. Ini menunjukkan bahwa hal teragung di dalam dakwah Nabi s.a.w. adalah mengesakan Allah s.w.t. dan memerangi kesyirikan berikut pelakunya.

Kedua: Bahawasanya Maha Agung kebesaran dan keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak, karena Dia tidak membutuhkannya. Maknanya: Bahwa sebagaimana mereka manafikan kesyirikan kepada Allah dari diri mereka, mereka juga menyucikan Allah s.w.t. – ketika mereka masuk Islam dan beriman kepada al-Qur’ān – dari memiliki istri dan anak. Jadi, mereka telah menetapkan keesaan Allah dan menolak keberadaan sekutu bagi-Nya, kemudian mereka menetapan kekuatan dan keagungan bagi Allah, menyucikan-Nya dari kebutuhan dan kelemahan dengan mengangkat istri dan anak.

Ketiga: Bahwa beberapa kalangan bodoh dari bangsa jinn, sebelum keislaman mereka, mengatakan perkataan yang melampaui batas, jauh dari petunjuk dan kelurusan, dari kebenaran dan keadilan.

Keempat: Sungguh kami mengira bahwa sebagian manusia dan jinn tidak akan mengada-adakan kedustaan atas nama Allah, ketika mereka mengatakan, bahwa Dia memiliki sekutu, istri atau anak. Lalu kami membenarkan mereka terkait perkataan tersebut. Setelah kami mendengar al-Qur’ān, menjadi jelas bagi kami kedustaan mereka dan batilnya perkataan mereka.

Kelima: Kami melihat bahwa sebagian manusia meminta perlindungan kepada sebagian jinn ketika berada di padang pasir, atau mereka memohon keselamatan dan pertolongan. Sehingga bangsa manusia itu hanya menambahkan sikap sewenang-wenang, sesat, sombong dan angkuh kepada beberapa laki-laki dari bangsa jinn. Jumhur ahli tafsir meriwayatkan bahwa apabila seorang laki-laki hendak bermalam atau singgah di suatu lembah, ia berteriak dengan suara paling keras: “Wahai penguasa lembah ini, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari orang-orang bodoh yang berada di dalam ketaatan kepadamu.” Dengan tindakan tersebut si laki-laki meyakini bahwa jinn yang berada di lembah tersebut akan melindungi dan menjaga dirinya. Pada saat demikian, jinn berkata: “Kami tidak memiliki kuasa sedikitpun untuk melindungimu bahkan diri kami dari (hukuman) Allah.” Muqātil berkata: “Yang pertama kali memohon perlindungan kepada bangsa jinn adalah satu kaum dari penduduk Yaman, kemudian Banu Ḥanīfah, selanjutnya hal itu menyebar di kalangan bangsa ‘Arab.” Qatādah menambahkan: “Karena tindakan itu bangsa jinn merendahkan anak cucu Ādam dan berdusta kepada mereka, karena mereka melihat kebodohan bangsa manusia. Maka mereka semakin menambah ketakutan bangsa manusia, berusaha sekuat tenaga untuk membangkitkan khayalan mereka, dan menyesatkan mereka dalam keinginan-keinginan mereka, sebab mereka melihat rapuhnya mimpi-mimpi bangsa manusia tersebut. Inilah kesesatan yang ditambahkan bangsa jinn kepada amal cucu Ādam.”

Keenam: Bahwa kaum kafir di antara bangsa manusia anak cucu Ādam menduga sebagaimana kalian menduga wahai bangsa jinn bahwa tidak ada kebangkitan maupun pembalasan, atau bahwa setelah masa ini Allah tidak akan mengutus seorang rasūl yang menyerukan keesaan dan keimanan kepada Allah, rasūl-rasūlNya dan hari akhir. Kata an di dalam firman Allah: “an layyab‘atsa (bahwa Allah tidak akan membangkitkan),” adalah bentuk sederhana dari kata anna, Ia menempati posisi dua obyek dari kata kerja zhanna (mengira).

Enam berita tentang jinn ini mengandung prinsip akidah: Yang pertama keimanan kepada al-Qur’ān-ul-Karīm berikut nasihat-nasihatnya yang memberi petunjuk kepada kebenaran perkara, kemudian mengimani keesaan Allah dan menyucikan-Nya dari kesyirikan serta dari mengangkat istri dan anak. Selanjutnya, berita-berita tersebut mengandung beberapa informasi tentang Iblīs dan jinn sebelum keislaman mereka, terkait dengan kedustaan dan tindakan melampuai batas dalam kezhaliman. Juga memuat beberapa informasi lain tentang manusia dan jinn, di mana sebagian manusia yang masih primitif memohon perlindungan kepada sebagian bangsa jinn ketika mereka berada di padang pasir atau lembah, agar jinn melindungi mereka gangguan golongan jinn yang jahat, kemudian terdapat kedustaan yang dinyatakan bangsa manusia dan jinn bahwa Allah mengangkat istri dan anak, dan kedua golongan tersebut mengira bahwa tidak ada kebangkitan ataupun akhirat, tidak ada pembalasan maupun perhitungan. Yang demikian itu merupakan kesesatan dan kesalahan yang nyata. Tidak ada pilihan lain bagi kaum Quraisy selain mengambil pelajaran dari tindakan bangsa jinn, hendaknya mereka segera beriman kepada kebenaran sebagaimana sekelompok jinn telah beriman kepada al-Qur’ān, Allah dan rasūl.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *