Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Jalalain (2/2)

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Jalalain

وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَا لَيْتَنِيْ لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ.

  1. (وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَا) “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, “Aduhai” wahai; lafal yā’ di sini menunjukkan ma‘na tanbīh (لَيْتَنِيْ لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ.) “alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku.”

وَ لَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ.

  1. (وَ لَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ.) “Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.”

يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ.

  1. (يَا لَيْتَهَا) “Wahai kiranya kematian itulah” kematian di dunia (كَانَتِ الْقَاضِيَةَ.) “yang menyelesaikan segala sesuatu.” Yang memutuskan hidupku dan tidak akan dibangkitkan lagi.

مَا أَغْنَى عَنِّيْ مَالِيَهْ.

  1. (مَا أَغْنَى عَنِّيْ مَالِيَهْ.) “Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.”

هَلَكَ عَنِّيْ سُلْطَانِيَهْ.

  1. (هَلَكَ عَنِّيْ سُلْطَانِيَهْ.) “Telah hilang kekuasaanku dariku”” kekuatanku dan argumentasi atau ḥujjahku. Huruf hā’ yang terdapat dalam lafal kitābiyah, ḥisābiyah, māliyah, dan sulthāniyah, semuanya adalah hā’ saktah yang tetap dibaca baik dalam keadaan Waqaf maupun dalam keadaan Washal. Demikian itu karena mengikut mushḥaf imām/induk dan karena mengikut dalil naqli. Akan tetapi sekali pun demikian, ada pula sebagian ‘ulamā’ yang tidak membacakannya bila di-washal-kan.

خُذُوْهُ فَغُلُّوْهُ.

  1. (خُذُوْهُ) ““Peganglah diakhithāb atau perintah dalam ayat ini ditujukan kepada para malaikat penjaga neraka Jahannam (فَغُلُّوْهُ.) “lalu belenggulah dia.”” Ikatlah kedua tangannya menjadi satu dengan kepalanya ke dalam belenggu.

ثُمَّ الْجَحِيْمَ صَلُّوْهُ.

  1. (ثُمَّ الْجَحِيْمَ) ““Kemudian ke dalam neraka Jahannam” neraka yang apinya menyala-nyala (صَلُّوْهُ.) “masukkanlah dia”” jebloskanlah dia ke dalamnya.

ثُمَّ فِيْ سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوْهُ.

  1. (ثُمَّ فِيْ سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا) ““Kemudian dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta” menurut ukuran hasta malaikat (فَاسْلُكُوْهُ.) “belitlah dia”” lilitlah dia dengan rantai itu sesudah ia dimasukkan ke dalam neraka. Huruf fā’ di sini tidak dapat mencegah hubungan antara fi‘il dan zharaf yang mendahuluinya.

إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ.

  1. (إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ.) ““Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.”

وَ لَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ.

  1. (وَ لَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ.) ““Dan juga dia tidak mendorong untuk memberi makan orang miskin.”

فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيْمٌ.

  1. (فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيْمٌ.) “Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini” maksudnya, pada hari ini tiada kaum kerabat yang bermanfaat bagi dirinya.

وَ لَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِيْنٍ.

  1. (وَ لَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِيْنٍ.) “Dan tiada pula makanan sedikit pun baginya kecuali dari darah dan nanah” yaitu nanah dan darah ahli neraka, atau shadīd, yaitu nama sejenis pohon yang ada di dalam neraka.

لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِؤُوْنَ.

  1. (لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِؤُوْنَ.) “Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa” orang-orang yang kafir.

فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْنَ.

  1. (فَلَا) “Maka” huruf di sini adalah huruf zā’idah (أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْنَ.) “Aku bersumpah dengan apa yang kalian lihat” makhluq-makhluq yang kalian lihat.

وَ مَا لَا تُبْصِرُوْنَ.

  1. (وَ مَا لَا تُبْصِرُوْنَ.) “Dan dengan apa yang tidak kalian lihat” di antara makhluq-makhluq itu.

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ.

  1. (إِنَّهُ) “Sesungguhnya dia” yakni al-Qur’ān itu (لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ.) “adalah benar-benar perkataan utusan yang mulia” yang disampaikan oleh malaikat Jibrīl dari Allah s.w.t.

وَ مَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيْلًا مَا تُؤْمِنُوْنَ.

  1. (وَ مَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيْلًا مَا تُؤْمِنُوْنَ.) “Dan al-Qur’ān itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.”

وَ لَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيْلًا مَا تَذَكَّرُوْنَ.

  1. (وَ لَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيْلًا مَا تَذَكَّرُوْنَ.) “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya” lafal tu’minūna pada ayat di atas dan lafal tadzakkarūna, kedua-duanya dapat pula dibaca yu’minūna dan yadzakkarūna. Huruf -nya merupakan huruf zā’idah yang berfungsi mengukuhkan ma‘na. Ma‘na ayat, bahwasanya mereka itu hanya beriman kepada hal-hal yang sedikit sekali, dan mereka pun hanya ingat sedikit tentang hal-hal yang didatangkan oleh Nabi s.a.w. yaitu berupa kebaikan, silaturahmi, dan memelihara kehormatan. Maka hal-hal tersebut tiada memberi manfaat kepada mereka barang sedikit pun.

تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ.

  1. Bahkan al-Qur’ān itu (تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ.) “diturunkan dari Rabb semesta alam.”

وَ لَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ.

  1. (وَ لَوْ تَقَوَّلَ) “Seandainya dia mengada-adakan” ya‘ni Nabi Muḥammad (عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ.) “sebagian perkataan atas nama Kami” seumpamanya dia mengatakan dari Kami, padahal Kami tidak pernah mengatakannya.

لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ.

  1. (لَأَخَذْنَا) “Niscaya benar-benar Kami pegang” niscaya Kami tangkap (مِنْهُ) “dia” sebagai hukuman baginya (بِالْيَمِيْنِ.) “dengan kekuatan” dan kekuasaan-Ku.

ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ.

  1. (ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ.) “Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya” yang apabila urat itu terputus maka orang itu akan mati.

فَمَا مِنْكُمْ مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِيْنَ.

  1. (فَمَا مِنْكُمْ مِّنْ أَحَدٍ) “Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kalian” lafal min aḥadin adalah isimnya , sedangkan huruf min adalah huruf zā’idah yang mengandung ma‘na mengukuhkan kenafiannya. Dan lafal minkum adalah ḥāl dari lafal aḥadin (عَنْهُ حَاجِزِيْنَ.) “yang dapat menghalang-halangi Kami daripadanya” tiada seorang pun yang dapat mencegah-Ku daripadanya. Lafal ḥājizīna adalah khabar dari , dan ia dijamakkan karena lafal aḥadan di dalam konteks nafi yang ma‘nanya mengandung pengertian jama‘. Dan dhamīr yang terdapat di dalam lafal ‘anhu merujuk kepada Nabi s.a.w.; ya‘ni tiada seorang pun yang dapat mencegah Kami dari hukumannya.

وَ إِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ.

  1. (وَ إِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ) “Dan sesungguhnya dia itu” al-Qur’ān itu (لِّلْمُتَّقِيْنَ.) “benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

وَ إِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ مُّكَذِّبِيْنَ.

  1. (وَ إِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ) “Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui, bahwa di antara kalian” hai manusia (مُّكَذِّبِيْنَ.) “ada orang-orang yang mendustakan” al-Qur’ān dan ada pula yang mempercayainya.

وَ إِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِيْنَ.

  1. (وَ إِنَّهُ) “Dan sesungguhnya dia itu” al-Qur’ān itu (لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِيْنَ.) “menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir” di saat mereka melihat pahala yang diterima oleh orang-orang yang beriman kepadanya, dan hukuman yang diterima oleh orang-orang yang mendustakannya.

وَ إِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِيْنِ.

  1. (وَ إِنَّهُ) “Dan sesungguhnya dia itu” al-Qur’ān itu (لَحَقُّ الْيَقِيْنِ.) “benar-benar perkara hak yang diyakini” atau keyakinan yang hak.

فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.

052. (فَسَبِّحْ) “Maka bertasbihlah” sucikanlah Dia (بِاسْمِ) “dengan menyebut nama” huruf bā’ di sini adalah huruf zā’idah (رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.) “Rabbmu Yang Maha Besar” Maha Suci Dia.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *