Suratu Nuh 71 ~ Tafsir ath-Thabari (4/5)

Dari Buku:
Tafsir ath-Thabari
(Jilid 26, Juz ‘Amma)
(Oleh: Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir ath-Thabari)
(Judul Asli: Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta’wīli Āy-il-Qur’ān)

Penerjemah: Amir Hamzah
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Suratu Nuh 71 ~ Tafsir ath-Thabari

وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا. وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلاَلًا.

71: 23. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr”.

71: 24. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan.”

(Qs. Nūḥ [71]: 23-24).

Ta’wīl firman Allah: (وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا. وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلاَلًا.) “Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr”. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan.

Allah s.w.t. memberitahukan kabar Nūḥ dan [tentang] (10361) kaumnya: (وَ قَالُوْا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr”.” Mereka adalah sekelompok orang dari anak Ādam, sebagaimana disebutkan, yang menyembah banyak tuhan. Adapun di antara berita tentang mereka yang sampai kepada kami adalah:

35158. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari Mūsā, dari Muḥammad bin Qais, tentang ayat: (وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا) “Ya‘ūq dan nasr”, dia berkata: “Mereka adalah kaum yang shalih dari anak Ādam, dan mereka mempunyai pengikut yang meneladaninya. Ketika mereka telah meninggal, para sahabatnya yang mengikuti jejaknya berkata: “Bagaimana jika kita buatkan patung untuk mereka sehingga kita lebih bersemangat untuk beribadah ketika ingat mereka?” Mereka pun membuat patung. Namun ketika para sahabatnya meninggal dan datang generasi yang lain, Iblīs membisikkan kepada mereka dan berkata: “Generasi sebelumnya menyembah patung-patung itu, dan berkat patung-patung itu mereka diberkati hujan.” Mereka pun menyembah patung-patung itu.” (10372).

35159. Ibnu Ḥumaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Mahrān menceritakan kepada kami dari Sufyān, dari bapaknya, dari ‘Ikrimah, dia berkata: “Jarak antara Ādam dengan Nūḥ adalah sepuluh abad, mereka semua memeluk agama Islam.” (10383).

Pakar ta’wil yang lain berkata: “Ini adalah nama-nama berhala kaum Nūḥ.” Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:

35160. Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazīd menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‘īd menceritakan kepada kami dari Qatādah, tentang firman-Nya: (لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr.” Dia berkata: “Wadd adalah berhala milik Bani Kalb di Daumah al-Jundal. Suwā‘ adalah berhala milik Bani Hudzail di Rumath. Yaghūts adalah berhala milik Bani ‘Uthaif dari Murād di al-Jauf, Saba’. Ya‘ūq adalah berhala milik Bani Ḥamdān di Balkhā. Nasr adalah berhala milik Bani Kala dari Ḥumair. Tuhan-tuhan ini disembah oleh kaum Nūḥ, kemudian disembah oleh orang ‘Arab setelah itu. Demi Allah, itu selain berhala-berhala lainnya yang terbuat dari kayu, tanah, dan batu.” (10394).

35161. Ibnu ‘Abd-il-A‘lā menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Tsaur menceritakan kepada kami dari Mu‘ammar, dari Qatādah, tentang ayat: (لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr.” Dia berkata: “Ini adalah tuhan-tuhan yang disembah oleh kaum Nuh, kemudian disembah oleh orang ‘Arab setelah itu. Wadd adalah berhala milik Bani Kalb di Daumah al-Jundal. Suwā‘ adalah berhala milik Bani Hudzail. Yaghūts adalah berhala milik Bani ‘Uthaif dari Murād di al-Jauf, Saba’. Ya‘ūq adalah berhala milik Bani Ḥamdān. dan Nasr adalah berhala milik Bani Kala dari Ḥumair. (10405).

35162. ‘Alī menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Shāliḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu‘āwiyah menceritakan kepadaku dari ‘Alī r.a., dari Ibnu ‘Abbās r.a., tentang firman-Nya: (لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwā‘, yaghūts, ya‘ūq dan nasr.” dia berkata: “Berhala-berhala ini dijadikan sesembahan pada masa Nūḥ a.s.” (10416).

35163. Aku diceritakan dari al-Ḥusain, ia berkata: Aku mendengar Abū Mu‘ādz berkata: ‘Ubaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar adh-Dhaḥḥāk berkata tentang firman-Nya: (لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَ لَا سُوَاعًا وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “jangan pula yaghūts, ya‘ūq dan nasr.” dia berkata: “Berhala-berhala ini disembah pada masa Nūḥ a.s.” (10427).

35164. Aku diceritakan dari al-Ḥusain, ia berkata: Aku mendengar Abū Mu‘ādz berkata: ‘Ubaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar adh-Dhaḥḥāk berkata tentang firman-Nya: (وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “jangan pula yaghūts, ya‘ūq dan nasr.” dia berkata: “Yaitu tuhan-tuhan dari berhala yang ada di Yaman.” (10438).

35165. Yūnus menceritakan kepadaku, dia berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya: (وَ لَا يَغُوْثَ وَ يَعُوْقَ وَ نَسْرًا.) “jangan pula yaghūts, ya‘ūq dan nasr.” dia berkata: “Ini adalah tuhan-tuhan yang mereka sembah.” (10449
).

Ada pendapat bacaan dalam membaca firman-Nya, (وَدًّا) “dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd.” (104510).

Bacaan Madīnah pada umumnya adalah wuddan dengan dhammah pada huruf wāwu.

Bacaan Kūfah dan Bashrah pada umumnya (وَدًّا) dengan fatḥah pada huruf wāwu.

Pendapat yang benar menurut kami dalam hal itu adalah, keduanya merupakan bacaan yang dikenal oleh semua penduduk negeri Islam, maka dengan bacaan manapun dari keduanya, telah dianggap benar.

 

Firman-Nya: (وَ قَدْ أَضَلُّوْا كَثِيْرًا) “Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia),” maksudnya adalah, mereka telah sesat dengan menyembah berhala-berhala ini, yang digambar sebagai patung orang-orang shalih. Dikatakan sesat apabila orang yang menyembahnya menjadi sesat karenanya, sebab berhala-berhala itu menyesatkan.

 

Firman-Nya: (وَ لَا تَزِدِ الظَّالِمِيْنَ إِلَّا ضَلاَلًا.) “dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan,” maksudnya yaitu, janganlah kamu tambahkan kepada orang-orang zhalim itu kekufuran terhadap ayat-ayat Kami, karena itu (إِلَّا ضَلاَلًا) “Selain kesesatan,” tidak lain akan menambah sesat hatinya, sehingga tidak mendapatkan petunjuk kepada kebenaran.

Catatan:

  1. 1036). Redaksi yang terdapat di antara dua tanda kurung tidak ada dalam manuskrip, dan kami ambil dari kitab lain.
  2. 1037). Al-Qurthubī dalam tafsirnya (18/308) dan Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/143).
  3. 1038). Ibnu Abī Syaibah dengan sedikit perbedaan redaksi dalam al-Mushannaf (7/19): Yaḥyā menceritakan kepada kami dari Sa‘īd, dari Sufyān, dengan sanad yang sama.
    Atsar ini juga disebutkan oleh Ibnu Sa‘ad, dengan sedikit perbedaan redaksi dalam ath-Thabaqāt-ul-Kubrā (1/42 dan 1/150): Qubaishah menceritakan kepada kami, Sufyān mengabarkan kepada kami dengan sanad yang sama.
    Al-Qurthubī dalam tafsirnya (6/122).
  4. 1039). Lihat Tafsīru ‘Abd-ir-Razzāq (3/349, 350).
  5. 1040). ‘Abd-ur-Razzāq dalam tafsirnya (3/349, 350).
  6. 1041). As-Suyūthī dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (8/293), disandarkan kepada ‘Abd bin Ḥumaid dan Ibn-ul-Mundzir.
  7. 1042). Atsar semisalnya disebutkan oleh Ibnu Katsīr dalam tafsirnya (14/142, 143).
  8. 1043). Ibid.
  9. 1044). Kami tidak mendapatkan atsar ini dalam referensi-referensi yang ada pada kami.
  10. 1045). Bacaan Nāfi‘ satu-satunya adalah wuddan, sedangkan lainnya membacanya waddan.

Unduh Rujukan:

  • [download id="16976"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *