Suratu Nuh 71 ~ Tafsir asy-Syaukani (1/5)

Dari Buku:
TAFSIR FATHUL-QADIR
(Jilid 12, Juz ‘Amma)
Oleh: Imam asy-Syaukani

Penerjemah: Amir Hamzah, Besus Hidayat Amin
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Suratu Nuh 71 ~ Tafsir asy-Syaukani

SURAH NŪḤ

Surah ini meliputi dua puluh sembilan ayat atau dua delapan ayat.

Surah ini Makkiyyah (diturunkan di Makkah).

Diriwayatkan oleh Ibn-udh-Dhurais, an-Naḥḥās, Ibnu Mardawaih dari ‘Abdullāh bin Zubair, ia berkata: Diturunkan surah “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ….” (surah Nūḥ) di Makkah.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ. قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ. أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اتَّقُوْهُ وَ أَطِيْعُوْنِ. يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَ نَهَارًا. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِيْ إِلَّا فِرَارًا. وَ إِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوْا أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ وَ اسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَ أَصَرُّوْا وَ اسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا. ثُمَّ إِنِّيْ أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَ أَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا. فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا. وَ يُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَ بَنِيْنَ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَ يَجْعَلْ لَّكُمْ أَنْهَارًا. مَّا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا. وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا. أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا. وَ جَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَ جَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا. وَ اللهُ أَنْبَتَكُمْ مِّنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا. ثُمَّ يُعِيْدُكُمْ فِيْهَا وَ يُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا. وَ اللهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا. لِتَسْلُكُوْا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا.

71: 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya ‘adzab yang pedih.”

71: 2. Nūḥ berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,

71: 3. (yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertaqwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku.

71-4. Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.

71: 5. Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,

71: 6. maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).

71: 7. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.

71: 8. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan,

71: 9. kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,

71: 10. maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,

71: 11. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dari langit kepadamu,

71: 12. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

71: 13. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?

71: 14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.

71: 15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?

71: 16. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?

71; 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,

71: 18. kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.

71: 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,

71: 20. supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu”.

(Qs. Nūḥ [71]: 1-20).

Firman Allah: (إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ) “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nūḥ kepada kaumnya.” Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Nūḥ a.s. adalah rasūl pertama yang diutus oleh Allah, yaitu Nūḥ bin Lāmik bin Matūsyalakh bin Akhnūkh bin Qīnān (/Qainān) bin Syīth bin Ādam. Juga telah dijelaskan sebelumnya berapa lama Nūḥ a.s. tinggal bersama kaumnya, tentang usianya, dan pada usia berapa beliau diangkat menjadi rasūl orang Allah, di dalam surah al-‘Ankabūt.

(أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ) “(dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan.” Yakni (بِأَنْ أَنذِرْ) “Hendaklah engkau memperingatkan), ini adalah (أَنْ) mashdariyyah, dan boleh juga diposisikan sebagai penjelasan, karena dalam pengutusan tersimpan makna perkataan (معنى القول). Ibnu Mas‘ūd membaca: (أَنذِرْ) tanpa (أَنْ), hal ini dengan asumsi perkataan (على تقدير القول), yakni langsung pada perkataan yang dimaksud.

(مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ) “Sebelum datang kepadanya ‘adzab yang pedih.” Yakni siksa yang sangat menyakitkan, yaitu siksa api neraka. Al-Kalbī berkata: Itu adalah air bah yang menimpa mereka.”

Kalimat (قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ.) “Nūḥ berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu.” Sebagai kalimat permulaan yang menjelaskan untuk asumsi adanya pertanyaan, seakan-akan dikatakan: “Apa yang dikatakan oleh Nūḥ?” maka dijawab: “Nūḥ berkata…..” dan maknanya: Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian dari hukuman Allah, menakut-nakuti kalian dan menjelaskan kepada kalian apa-apa yang dapat menyelamatkan kalian.

(أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اتَّقُوْهُ وَ أَطِيْعُوْنِ.) “(yaitu) sembahlah Allah olehmu, bertaqwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku,” lafazh (نَذِيْرٌ) sebagai penjelasan untuk (أَن) “pemberi peringatan”, atau sebagai mashdariyyah, yakni hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan yang lain. (وَ اتَّقُوْهُ) “bertaqwalah kepada-Nya” yakni hindarilah apa-apa yang dapat menjerumuskanmu ke dalam siksa-Nya, dan taatilah apa yang aku perintahkan kepada kalian, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian.

(يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ) “Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu.” Ini merupakan penimpal perintah (jawāb-ul-‘amr). (مِنْ) di sini untuk menunjukkan sebagian (tab‘īdh), yakni sebagian dosa-dosa kalian, yaitu dosa-dosa yang telah lalu, sebelum kalian menaati rasūl dan menyambut panggilannya.

As-Suddī berkata: Maknanya “niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu”, dan (مِنْ) di sini hanya sebagai tambahan. Pendapat lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sebagian di sini adalah yang tidak berkaitan dengan hak-hak hamba. Pendapat lain menyatakan sebagai penjelasan jenis. Pendapat lain lagi menyatakan: “Mengampuni sebagian dosa-dosa kalian yang telah kalian mintakan ampunan kepada-Nya.”

(وَ يُؤَخِّرْكُمْ إِلىَ أَجَلٍ مُّسَمًّى) “dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan.” Yakni menunda kematian kamu sampai batas maksimum yang Allah tetapkan atas kamu dengan syarat beriman dan taat, melebihi ketentuan yang ditetapkan Allah dengan perkiraan masa hidup kamu dalam kekufuran dan kedurhakaan. Pendapat lain menyebutkan penundaan di sini berarti keberkahan dalam usia mereka jika mereka beriman, dan tidak ada keberkahan dalam umur mereka jika mereka tidak beriman. Muqātil mengatakan: “Menunda hingga batas ajal kalian.” Az-Zajjāj berkata: “Yakni menunda adzab dari kalian hingga kalian mati dengan kematian yang tidak langsung mendapatkan adzab.” Al-Farrā’ berkata: “Maknanya adalah tidak mematikan kalian dalam keadaan tenggelam, terbakar, atau terbunuh.”

(إِنَّ أَجَلَ اللهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ) “Sesungguhnya ketetapan Allah apabila datang tidak dapat ditangguhkan.” Yakni, ketetapan Allah untuk mendatangkan adzab atas kalian, jika kalian masih tetap dalam kekufuran, maka Dia tidak akan menundanya, melainkan pasti akan menimpa kalian, oleh karena itu bersegeralah kepada keimanan dan ketaatan kepada-Nya. Pendapat lain menyebutkan maknanya bahwa ketetapan Allah, yaitu kematian, jika ia telah datang maka kalian tidak mungkin lagi untuk beriman. Pendapat lain lagi menyebutkan maknanya jika kematian telah datang, maka tidak dapat lagi ditunda, baik dengan adanya adzab atau tidak adanya adzab.

(لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ) “kalau kamu mengetahui.” Yakni jika kalian mengetahui sedikit saja tentang hal di atas, tentu kalian akan segera melaksanakan apa yang aku perintahkan. Atau, jika kalian mengetahui bahwa apabila ketetapan Allah telah datang, maka ia tidak dapat ditunda.

(قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَ نَهَارًا.) “Nūḥ berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang.” Yakni, Nūḥ berkata kepada Tuhan-nya mencoba menceritakan apa yang terjadi antara dia dan kaumnya, padahal Dia Maha Tahu dan lebih Mengetahui daripada dirinya, bahwa aku telah menyeru kaumku kepada apa yang Engkau perintahkan kepadaku, dan aku selalu menyeru mereka untuk beriman sepanjang siang dan malam dan tidak pernah lalai.

(فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِيْ إِلَّا فِرَارًا.) “maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” Lari dari seruanku dan menjauh darinya. Muqātil berkata: “Semakin jauh dari keimanan.” Penyandaran “bertambah” kepada seruan, karena seruan itu menjadi sebab bertambah jauhnya mereka, sebagaimana dalam firman Allah: (زَادَتْهُمْ إيْمَانًا) “Bertambahlah iman mereka (karenanya)”, (Qs. al-Anfāl [8]: 2). Jumhur ulama membaca (دُعَاءِيْ) “seruanku” dengan harakat fatḥah pada huruf yā’, sementara orang-orang Kūfah, Ya‘qūb, dan ad-Daurī dari Abū ‘Amr men-sukūn-kannya, dan istitsnā’ (pengecualian) di sini diikutkan.”

Unduh Rujukan:

  • [download id="16590"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *