‘ABASA (CEMBERUT)
Surat ke-80
Banyak ayatnya 42
Semuanya turun di Makkah (Makkiyyah)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillāhir raḥmānir raḥīm(i)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.
عَبَسَ و َتَوَلَّى.
‘Abasa wa tawallā.
- Dia cemberut, lalu melengah (berpaling).
أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى.
An jā’ahul a‘mā.
- Karena kedatangan seorang tuna-netra. (11)
وَ مَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى.
Wa mā yudrīka la‘allahū yazzakkā.
- Engkau belum tahu (apa-apa tentang) keadaannya! Mungkin dia ingin meningkatkan kesucian dirinya.
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى.
Au yadzdzakkaru fa tanfa‘hudz dzikrā.
- atau hendak mendengarkan ajaranmu, untuk kemudian memanfaatkan pengajaranmu itu.
أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى.
Ammā manistaghnā.
- Adapun orang-orang itu (12), adalah orang-orang yang telah merasa cukup tentang dirinya.
فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى.
Fa anta lahū tashaddā.
- namun engkau melayaninya.
وَ مَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى.
Wa mā ‘alaika allā yazzakkā.
- Apa kerugiannya bagimu, jika orang-orang itu tetap tidak mau meningkatkan kesucian dirinya? (13)
HIDAYAH ALLAH
وَ أَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى.
Wa ammā man jā’aka yas‘ā.
- Adapun terhadap orang yang sengaja datang kepadamu dengan segera (ingin mendapat petunjuk),
وَ هُوَ يَخْشَى.
Wa huwa yakhsyā.
- dan dia penuh semangat bermawas-diri kepada Allah.
فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى.
Fa anta ‘anhu talahhā.
- engkau bersikap acuh tak acuh kepadanya.
كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ.
Kallā innahā tadzkirah(tun).
- Jangan begitu! Bahwasanya petunjuk Allah itu adalah suatu penyadaran,
فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ.
Fa man syā’a dzakarah(ū).
- Bagi yang menginginkannya, tentu dapat mengingatnya.
فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ.
Fī shuḥufim mukarramah(tin).
- (Ia terdapat) pada lembaran-lembaran suci.
مَّرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ.
Marfū‘atim muthahharah(tin).
- Dan kemurniannya dijunjung tinggi.
بِأَيْدِيْ سَفَرَةٍ.
Bi’aydī safarah(tin).
- Diwahyukan dengan perantaraan malaikat.
كِرَامٍ بَرَرَةٍ.
Kirāmim bararah(tin).
- Yang mulia lagi budiman.
KENALILAH DIRIMU UNTUK DAPAT MENGENAL TUHANMU
قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ.
Qutilal insānu mā akfarah(ū).
- Keterlaluan amat manusia itu! Betapa besar keingkarannya (terhadap karunia yang dilimpahkan kepadanya.)
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ.
Min ayyi syai’in khalaqah(ū).
- Dari unsur apa ia diciptakan (oleh Tuhannya?).
مِنْ نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ.
Min nuthfatin, khalaqahū fa qaddarah(ū).
- Dari setetes air mani, lalu diatur-Nya tahap perkembangannya. (14).
ثُمَّ السَّبِيْلَ يَسَّرَهُ.
Tsammas sabīla yassarah(ū).
- Kemudian dimudahkan pula jalan hidupnya. (15)
ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ.
Tsumma amātahū fa aqbarah(ū).
- Lalu dimatikan-Nya, terus dikebumikan.
ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ.
Tsumma idzā syā’a ansyarah(ū).
- Selanjutnya bila dikehendaki-Nya, dibangkitkan-Nya kembali.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ.
Kallā lammā yaqdhī mā amarah(ū).
- Keterlaluan (sekali manusia) itu! Ia belum juga melaksanakan apa yang diperintahkan Tuan kepadanya.
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ.
Falyanzhuril insānu ilā tha‘āmih(ī).
- Coba manusia itu memperhatikan masalah makanannya!
أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا.
Annā shababnal mā’a shabbā(n).
- Bahwa Kamilah yang mencurahkan hujan (ke bumi (16) dari mendung, setelah membeku seketika.)
ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا.
Tsumma syaqaqnal ardha syaqqā(n).
- Kemudian bumi itu Kami buat aus berlubang-lubang. (17)
فَأَنْبَتْنَا فِيْهَا حَبًّا.
Fa ambatnā fīhā ḥabbā(n).
- Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di muka bumi ini.
وَ عِنَبًا وَ قَضْبًا.
Wa ‘inabaw wa qadhbā(n).
- Anggur dan sayur-sayuran.
وَ زَيْتُوْنًا وَ نَخْلًا.
Wa zaitūnaw wa nakhlā(n),
- Pohon zaitun dan pohon kurma.
وَ حَدَائِقَ غُلْبًا.
Wa ḥadā’iqa ghulbā(na).
- Kebun-kebun yang lebat.
وَ فَاكِهَةً وَ أَبًّا.
Wa fākihataw wa abbā(n).
- Buah-buahan dan rumput-rumputan.
مَّتَاعًا لَّكُمْ وَ لِأَنْعَامِكُمْ.
Matā‘al lakum wa li’an‘āmikum.
- Untuk krida (olah; perbuatan; tindakan; rekreasi, bersenang-senang sambil mengerjakan apa yang berguna.) (18) hidupmu dan binatang ternakmu.
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ.
Fa idzā jā’atish shākhkhah(tun).
- Dan bila datang suara gemuruh yang memekakkan telinga,
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيْهِ.
Yauma yafirrul mar’u min akhīh(i).
- pada hari manusia lari dari sanak saudaranya,
وَ أُمِّهِ وَ أَبِيْهِ.
Wa ummihī wa abīh(i).
- dari ibu bapaknya,
وَ صَاحِبَتِهِ وَ بَنِيْهِ.
Wa shāḥibatihī wa banīh(i).
- dari istri dan anak-anaknya,
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ.
Likullimri’im minhum yauma’idzin sya’nuy yughnīh(i).
- sebab masing-masing orang pada hari itu sibuk dengan urusannya sendiri.
وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ.
Wujūhuy yauma’idzim musfirah(tun).
- Pada hari itu ada orang yang mukanya berseri-seri,
ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ.
Dhāḥikatum mustabsyirah(tun).
- tertawa, gembira-ria,
وَ وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ.
Wa Wujūhuy yauma’idzin ‘alaihā ghabarah(tun).
- Namun ada pula yang mukanya penuh debu nista,
تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ.
Tarhaquhā qatarah(tun).
- diliputi hitam pekat (kesedihan),
أُولئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ
Ulā’ika humul kafaratul fajarah(tu).
- mereka itulah orang-orang kafir durhaka.
Catatan:
- 1). Suatu hari ketika Rasūlullāh s.a.w. sedang bercakap-cakap dengan para pembesar Quraisy yang diharapkan mau masuk Islam, tiba-tiba seorang buta datang mendekati Rasūlullāh hendak meminta pengajaran-pengajaran tentang Islam. Percakapan beliau terputus oleh karena kedatangan orang buta itu yang kemudian ternyata bernama ‘Abdullāh bin Ummi Maktūm. Beliau jadi jengkel, lalu melengah sambil cemberut. Maka turunlah ayat-ayat ini sebagai teguran.
- 1). Maksudnya, pembesar-pembesar Quraisy yang diharapkan masuk Islam oleh Rasūlullāh s.a.w. Padahal mereka tidak membutuhkan keimanan lagi, sebab sudah merasa kuat dan kaya.
- 1). Baca: Apa kerugiannya bagimu Muḥammad kalau pembesar Quraisy itu tidak mau masuk Islam? Mengapa kamu terlalu ingin agar mereka beriman, padahal yang betul-betul mau, tidak engkau pedulikan?
- 1). Secara terhadap dari nama ke masa sampai sempurna kejadiannya. Lalu dikaruniai-Nya akal dan pikiran untuk menentukan jalan hidupnya ke arah yang dicita-citakan. Lihat juga 71: 14.
- 1). Mufassirin lain mengatakan: jalan kelahirannya.
- 1). Secara lestari, sehingga bumi ini menjadi dingin tidak lagi merupakan bola api.
- 1). Karena curahan hujan secara terus-menerus itu, sementara bumi atau bagian-bagian yang membentuk bumi menjadi dingin, kiranya terjadilah erosi (aus berlobang-lobang) pada bumi. Setelah berlalu berjuta-juta tahun, maka dzat asam bersenyawa dengan hampir semua dzat pada lobang-lobang kulit bumi disebabkan pengausan (erosi) tadi menjadi unsur-unsur hayati yang pokok. Segala macam tumbuh-tumbuhan, hutan belantara, padang rumput, kebun buah-buahan, menyusun perkembangannya terutama dari dzat arang dan air, sebagai diuraikan dalam ayat 27 s/d 31 berikutnya. Lanjut juga 10: 24.
- 1). Sekarang barulah bumi ini dapat menerima adanya kehidupan, dapat didiami oleh manusia dan binatang. Lihat juga 79: 33.
Komentar
Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?