Surah ke 106; 4 ayat
Quraisy
(suku Quraisy).
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Pembuka Surah Quraisy.
Orang yang memahami rahasia ibadah, yang mengharuskan adanya berbagai macam ketundukan, kepatuhan, dan kekhusyu‘an yang total; pasti mengetahui bahwa motif dan pendorong ibadah adalah untuk mendapatkan kenikmatan umum dan kebaikan sempurna yang berfungsi untuk memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh identitas kemanusiaan, di mana kebutuhan ini merupakan elemen utamanya dan pelanggeng esensinya.
Tidak diragukan lagi bahwa pihak yang menjamin kebutuhan semua makhluk adalah Allah s.w.t. Dzat Yang Maha Esa, menjadi tempat bergantung, Maha Mampu, Maha Menguasai semua kekuatan berdasarkan keindependenan dan pilihan-Nya Sendiri, dan Yang Maha Memelihara semuanya dengan berbagai macam kelembutan dan kemuliaan. Karena itu, Dialah yang berhak ditaati dan dipatuhi, baik secara dzat maupun sifat-Nya.
Bagaimana tidak demikian, sedang tidak ada yang berhak disembah selain Allah s.w.t. dan tidak ada tuhan selain Dia. Karena itulah Allah s.w.t. memerintahkan kekasih-Nya, Muhammad s.a.w., dalam surah ini untuk beribadah dan tunduk kepada-Nya. setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang menciptakan semua makhluk dari ketiadaan, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada semuanya dengan memberikan berbagai macam kemuliaan, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada mereka dengan mewajibkan ibadah dan tanggung jawab.
Ayat 1.
Wahai orang-orang yang dapat mengambil pelajaran, merasa kagumlah kalian (لِإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ) [terhadap kebiasaan orang-orang Quraisy], yakni kagum dengan persatuan mereka dan kesepakatan mereka untuk berpaling dari sekitar bait-ul-ḥarām:
Ayat 2.
Pada saat (إِيْلاَفِهِمْ) [kebiasaan mereka] dan kesepakatan mereka untuk (رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَ الصَّيْفِ) [bepergian pada musim dingin dan musim panas]. Maksudnya, mereka bepergian setiap tahun sebanyak dua kali; yakni pada musim dingin menuju Yaman dan pada musim panas menuju Syam. Adapun yang mendorong mereka untuk melakukan ini adalah karena minimnya bekal makanan di Makkah. Sebab Makkah terletak di sebuah lembah yang tandus dan kondisi ini menyulitkan mereka. Maha dari itu, mereka bepergian untuk berniaga sebanyak dua kali dalam setahun. Namun Allah s.w.t. membenci tindakan mereka ini. Karena itu Dia memerintahkan mereka untuk tetap tinggal dan bermukim di Makkah dengan berfirman:
Ayat 3.
(فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هذَا الْبَيْتِ) [Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik rumah ini (Ka‘bah)], beri‘tikaf di sekitarnya, bertawakal kepada-Nya, dan tidak bepergian untuk berniaga.
Ayat 4.
Sebab Allah s.w.t. adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Mampu (الَّذِيْ أَطْعَمَهُمْ) [yang telah memberi makanan kepada mereka] dan mengenyangkan mereka (مِّنْ جُوْعٍ) [dari kelaparan] yang menimpa mereka hingga mereka terpaksa memakan bangkai dan tulang yang terbakar, (وَ آمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ) [dan mengamankan mereka dari ketakutan] yang datang akibat serangan musuh-musuh mereka yang berkali-kali, dengan keberkahan Ka‘bah. Mereka harus tetap tinggal di sekitar Ka‘bah dan bertawakkal kepada-Nya, maka Dia akan mencukupi kebutuhan rezeki mereka dengan daya dan kekuatan-Nya, sebagaimana Dia telah memberikan kecukupan kepada mereka sebelumnya.
Penutup Surah Quraisy.
Wahai orang berjalan menuju Allah s.w.t. dan bergantung pada kedermawanan dan kebaikan-Nya, kamu harus mengerjakan semua yang diperintahkan-Nya kepadamu, menyerahkan semua urusanmu kepada-Nya, ridha’ dengan segala ketentuan-Nya, dan meyakini bahwa segala perkara berada dalam genggaman-Nya. Dia bebas melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya dan menghukumi sesuai dengan keinginan-Nya. Dia tidak ditanya tentang perbuatan-Nya karena Dialah Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.