099
Sūrat-uz-Zalzalah adalah surat Madaniyyah. Namun metodenya mirip dengan metode surat Makkiyyah, sebab surat ini menjelaskan prahara dan petaka hari kiamat. Sūrat-uz-Zalzalah membicarakan gempa bumi dahsyat yang terjadi ketika kiamat hampir tiba. Saat itu seluruh gedung yang tinggi hancur dan gunung yang menjulang lebur. Saat itu terjadilah hal-hal aneh yang membingungkan manusia. Misalnya; bumi mengeluarkan orang-orang mati, bumi mengeluarkan tambang-tambang mahal; emas perak dari perutnya, kesaksian bumi atas manusia atas apa yang dia lakukan di atasnya. Bumi berkata: “Kamu berbuat anu dan anu pada hari anu.” Semua hal tersebut termasuk keajaiban hari yang mengerikan itu. Surat ini juga berbicara mengenai berangkatnya semua makhluk dari bumi Maḥsyar menuju surga atau neraka dan terbaginya mereka menjadi dua kelompok; orang yang celaka dan orang yang beruntung.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا. وَ أَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا. وَ قَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا. يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا. بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا. يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ. فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
099:1. Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat),
099:2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya,
099:3. dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?”,
099:4. pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
099:5. karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
099:6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
099:7. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.
099:8. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.
Tinjauan Bahasa:
(زُلْزِلَتِ): digerakkan dan diguncangkan dengan hebat.
(أَثْقَالَهَا): orang-orang mati yang ada di dalam perutnya. Termasuk arti ini adalah: (و تحمل أثقالكم). Makna atsqal; bentuk jama‘ dari tsaql; beban. Al-Akhfasy berkata: “Jika orang mati ada di dalam perut bumi, maka ia menjadi beban bagi bumi. Jika dia berada di atasnya, maka ia menjadi beban bagi bumi.” (11061).
(يَصْدُرُ): berangkat dan keluar.
(أَشْتَاتًا): bercerai-berai.
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat)”; jika bumi diguncangkan dengan hebat dan dahsyat sampai memutuskan hati dan mengejutkan jantung. Ini senada dengan ayat: “Bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).” (al-Ḥajj: 1). Ulama tafsir berkata: “Guncangan bumi untuk menciptakan perasaan takut. Seolah Allah berfirman: “Guncangan yang sesuai dengan besarnya badan bumi, yaitu ketika hari kiamat tiba. Bumi guncang dengan guncangan bertubi-tubi serta mengguncangkan orang yang ada di atasnya. Bumi tidak tenang, sampai ia melemparkan apa yang ada di atasnya, yaitu gunung, pohon, bangunan dan benteng.” (11072). “dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya”; dan bumi mengeluarkan apa yang ada di dalam perutnya, yaitu harta benda dan orang mati. Ibnu ‘Abbās berkata: “Yakni, bumi mengeluarkan orang-orang mati.” Mundzir bin Sa‘īd berkata: “Yakni, bumi mengeluarkan harta bendanya dan orang matinya.” (11083). Dalam hadits disebutkan: “Bumi melemparkan potongan-potongan isinya bagaikan tiang dari emas dan perak. Maka pembunuh berkata: “Untuk ini kami memutuskan rahimku.” Dan datanglah pencuri lalu berkata: “Untuk hal ini tanganku dipotong.” Kemudian mereka meninggalkannya, lalu mereka tidak mengambil sesuatu darinya.” (11094) “dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?””; manusia bertanya: “Kenapa bumi tergungang dengan guncangan yang besar ini dan memuntahkan apa yang ada di perutnya?” Manusia berkata demikian karena bingung dan terheran akan apa yang terjadi dengan bumi yang aneh itu.
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya”; pada hari hari kiamat yang berat itu, bumi menceritakan apa yang diperbuat di atasnya, baik maupun buruk dan bumi bersaksi atas manusia apa yang dia lakukan di atas punggungnya. Abū Hurairah r.a. meriwayatkan, bahwa Nabi s.a.w. membaca ayat ini, lalu bersabda: “Tahukah kalian, apa berita-berita bumi?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi bersabda: “Maka sesungguhnya berita-beritanya adalah ia bersaksi atas setiap hamba lelaki atau hamba wanita apa yang ia perbuat di atas punggungnya. Ia berkata: “Ia berbuat anu dan anu pada hari anu. Inilah berita-beritanya.” (11105). Dalam hadits disebutkan: “Berhati-hatilah kalian kepada bumi, karena sesungguhnya ia ibu kalian. Dan sesungguhnya tidak seorangpun berbuat baik atau buruk di atasnya, kecuali ia menceritakannya.” (11116). “karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya”; bumi berbuat demikian karena Allah menyuruhnya berbuat demikian dan Allah mengizinkan bumi untuk mengucapkan segala yang terjadi di atasnya. Bumi mengadukan orang yang durhaka dan bersaksi atas dia, dia berterima kasih kepada orang yang taat dan memujinya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam”; pada saat itu, para makhluk kembali dari padang Maḥsyar dan mereka bubar menjadi beberapa kelompok. Ada yang termasuk golongan kanan menuju surga dan ada yang termasuk golongan kiri menuju neraka. “supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka”; supaya mereka memperoleh balasan amal perbuatan mereka, baik maupun buruk. “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”; barang siapa berbuat kebaikan seberat butir debu, maka dia menjumpainya di lembaran amal perbuatannya pada hari kiamat dan dia memperoleh balasannya. Al-Kalabī berkata: “Zarah adalah semut paling kecil.” Ibnu ‘Abbās berkata: “Jika kamu meletakkan tapak tangan di tanah, lalu kamu angkat, maka setiap benda yang menempel padanya dari debu disebut zarah.” (11127) “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”; barang siapa berbuat keburukan seberat zarah dari debu, maka demikian juga dia mendapati balasannya. Al-Qurthubī berkata: “Ini perumpamaan yang dibuat Allah untuk menunjukkan, bahwa Dia tidak lupa perbuatan anak Adam, baik kecil maupun besar.” Ini semakna dengan ayat: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah.” (11138) (an-Nisā’: 40).
Dalam Sūrat-uz-Zalzalah terdapat sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:
Pertama, idhāfah (menggandengkan guncangan kepada bumi (untuk membuat menciptakan perasaan takut dan merinding:
زِلْزَالَهَا
Kedua, isim zhahīr (kata nama jelas) padahal seharusnya dhamīr (kata ganti):
وَ أَخْرَجَتِ الْأَرْضُ
“Dan bumi mengeluarkan.”
Ini bertujuan agar lebih kuat dan mantap.
Ketiga, istifhām (pertanyaan) dengan tujuan menyuruh takjub dan kagum:
وَ قَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا.
“Dan manusia mengataka: apa yang terjadi dengan bumi?”
Keempat, jinās isytiqāq:
زُلْزِلَتِ زِلْزَالَهَا
Kelima, perbandingan antara:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
dan
وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا
Keenam, saja‘ murashsha‘ bagaikan emas atau mutiara atau yaqut yang disusun. Misalnya:
زِلْزَالَهَا. أَثْقَالَهَا. أَوْحَى لَهَا. أَخَبَارَهَا. مَا لَهَا.
Nabi s.a.w. menyebut ayat: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun….” sebagai ayat yang komplit dan tiada duanya. Yaitu ketika beliau ditanya tentang zakat keledai, maka beliau menjawab: “Tentangnya, Allah tidak menurunkan sesuatu, kecuali ayat yang tiada duanya dan komplit ini: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula” (H.R. Bukhārī).