Surah az-Zalzalah 99 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-99

AZ-ZALZALAH

Surat az-Zalzalah bermakna keguncangan. Diturunkan di Makkah sesudah surat an-Nisa’. Surat az-Zalzalah juga dinamakan surat az-Zilzāl, dan terdiri dari 8 ayat.

A. SEJARAH TURUN

Ada yang mengatakan bahwa surat ini diturunkan di Makkah. Ketika itu, orang kafir kerapkali menanyakan masalah hari hisab. Untuk menjelaskan tanda-tanda hari kiamat, yang di dalamnya terdapat adanya hari hisab itu Allah menurunkan ayat ini (11).

B. KANDUNGAN ISI

Surat ini menandaskan bahwa pada suatu ketika Allah memerintahkan bumi supaya berguncang hingga hancur binasa. Ketika itu timbullah ketakutan yang tidak ada taranya dalam hati manusia.

Semua manusia akan digiring ke padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan semua amalan dan perbuatannya yang dilakukan di dunia. Pada saat itu, masing-masing mereka mendapatkan pembalasan yang setimpal.

C. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat yang telah lalu, Tuhan menjelaskan tentang pembalasan yang diperoleh oleh orang-orang mu’min dan orang kafir. Sedangkan dalam surat ini, Tuhan menerangkan bahwa waktu manusia menerima pembalasan hampir tiba dan menjelaskan tanda-tandanya.

D. TAFSIR SURAT AZ-ZALZALAH

1. Tanda-tanda Kiamat.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا.

Idzā zulzilatil ardhu zilzālahā.

“Apabila bumi diguncang dengan guncangan yang hebat.” (22)

(az-Zalzalah [99]: 1)

Bumi terombang-ambing dan berguncang keras, ketika Allah berkehendak mengakhiri umur dunia dan mendatangkan hari kiamat. Peristiwa itu terjadi setelah tiupan sangkakala yang pertama.

وَ أَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا.

Wa akhrajatil ardhu atsqālahā.

“Dan bumi mengeluarkan beban-beban berat yang ada di dalamnya.”

(az-Zalzalah [99]: 2)

Ketika itu bumi pun memuntahkan semua isinya, baik yang berupa bahan-bahan yang tersimpan di dalamnya maupun berupa bangkai. Kejadian ini tidak ubahnya dengan letusan gunung berapi, yang mengeluarkan lahar yang memusnahkan kota dan semua isinya. Ini terjadi sesudah tiupan kedua.

وَ قَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا.

Wa qālal insānu mā lahā.

“Manusia pun bertanya: “Mengapa bumi diguncang?”

(az-Zalzalah [99]: 3)

Manusia yang bisa menyaksikan guncangan gempa yang sangat berbeda dengan guncangan biasa akan saling bertanya: “Apakah gerangan yang telah terjadi atas bumi ini, dan apakah yang menyebabkan keguncangan sedemikian dahsyat ini?”

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا.

Yauma’idzin tuhadditsu akhbārahā.

“Pada hari itu bumi memberitahukan beritanya.”

(az-Zalzalah [99]: 4)

Pada waktu gempa sedang menghebat, bumi pun menceritakan keadaannya. Menurut pendapat ath-Thabarī, hal ini merupakan tamtsīlan (contoh) untuk memberikan pengertian bahwa apa yang sudah terjadi bukan karena satu sebab biasa. Tetapi karena perintah Tuhan yang akan mengakhiri perjalanan alam.

بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا.

Bi anna rabbaka auhā lahā.

“Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memberikan wahyu kepadanya.”

(az-Zalzalah [99]: 5)

Apa yang telah dialami oleh bumi adalah berdasar perintah Tuhan yang khusus, yaitu perintah supaya bumi hancur-lebur. Semua apa yang terjadi di alam ini sebenarnya masuk ke dalam perintah Allah. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tanpa sesuatu sebab yang nyata, disandarkan kepada perintah Allah.

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ.

Yauma’idziy yashdurun nāsu asytātal li yurau a‘mālahum.

“Pada hari itu, manusia berangkat dalam beberapa kelompok yang terpisah-pisah, supaya kepada mereka diperlihatkan perbuatan-perbuatannya.”

(az-Zalzalah [99]: 6)

Ketika bumi hancur-lebur dan berganti alam baru, maka manusia pergi dengan terpisah-pisah. Masing-masing mempunyai tanda sendiri-sendiri. Orang yang baik tidak dikumpulkan dengan orang-orang jahat. Masing-masing menerima pembalasan atas amalannya.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَ مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Fa may ya‘mal mitsqāla dzarratin khairay yarah. Wa may ya‘mal mitsqāla dzarratin syarray yarah.

“Maka, barang siapa mengerjakan kebaikan, sekalipun hanya seberat dzarrah, niscaya dia akan melihatnya. Barang siapa mengerjakan kejahatan (kemaksiatan), sekalipun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihatnya.”

(az-Zalzalah [99]: 7-8)

Pada hari itu, masing-masing manusia mendapat pembalasan atas amalannya, betapa pun kecilnya amal itu. Tidak ada perbedaan antara manusia yang mu’min dan yang kafir. Hanya saja, kebaikan-kebaikan orang kafir tidak dapat melepaskan mereka dari ‘adzab kekafiran. Sebab, mereka memang kekal di dalam kekafiran.

Dengan demikian dapatlah kita ketahui bahwa arti amal-amal orang kafir dipandang sia-sia dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Artinya, amal itu tidak dapat melepaskan mereka dari ‘adzab kekafiran, walaupun dapat meringankan sebagian ‘adzab.

E. KESIMPULAN SURAT

Ayat-ayat ini menerangkan bahwa betapa pun kecilnya kebaikan atau kejahatan yang diperbuat oleh seseorang, semuanya akan mendapatkan pembalasan dari Allah. Selain itu juga menjelaskan bahwa sebelum kiamat terjadi, dunia akan mengalami kehancuran terlebih dahulu.

Catatan:

  1. 1). Baca at-Tirmidzī 42: 10.
  2. 2). Kaitkan dengan bagian awal QS. al-Ḥajj [22], QS. al-Insyiqāq [84], QS. al-Qamar [54], QS. al-‘Ādiyāt [100], QS. al-Ma‘ārij [70], QS. Yāsīn [36], QS. Saba’ [34], QS. Yūnus [10], QS. al-Anbiyā’ [21]: 47, QS. Luqmān [31], QS. an-Nisā’ [4]: 40, 42, QS. al-Qāri‘ah [101]. Baca QS. al-Ḥajj [22].

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *