Hati Senang

Surah ath-Thariq 86 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

086

SŪRAT-UTH-THĀRIQ.

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-uth-Thāriq termasuk surat-surat Makkiyyah. Isinya membahas beberapa hal berkaitan dengan akidah Islamiyyah. Inti surat berkisar pada iman kepada hari kebangkitan dan kehidupan kedua. Surat ini menampilkan bukti yang akurat atas kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia setelah mati. Yang mampu menciptakan manusia dari ketiadaan pasti mampu untuk menciptakannya kembali setelah matinya.

Surat ini pertama dimulai dengan sumpah demi langit yang memiliki banyak bintang bersinar. Ia terbit di malam hari untuk menerangi jalan umat manusia agar mereka memperoleh petunjuk dalam kegelapan darat dan laut. Ini mengandung pelajaran bahwa setiap manusia diawasi oleh malaikat yang menjaganya dan memperhatikan urusannya. “Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari, (yaitu) bintang yang cahayanya menembus, tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya.

Kemudian surat ini memaparkan bukti-bukti kekuasaan Tuhan semesta alam untuk menghidupkan kembali manusia setelah mati. “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).

Lalu Sūrat-uth-Thāriq menjelaskan bahwa seluruh tabir dan rahasia akan terbongkar di akhirat. Manusia tidak mempunyai penolong pada saat itu. “Pada hari dinampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.

Surat ini ditutup dengan pembicaraan mengenai al-Qur’ān, mu‘jizat Muḥammad dan argumen sempurna bagi seluruh umat manusia. Surat ini menjelaskan bahwa al-Qur’ān adalah kebenaran dan mengancam orang kafir dengan siksa pedih. “Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan, sesungguhnya al Qur’ān itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.

 

TAFSĪR SŪRAT-UTH-THĀRIQ.

Sūrat-uth-Thāriq: Ayat: 1-17.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

وَ السَّمَاءِ وَ الطَّارِقِ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ. النَّجْمُ الثَّاقِبُ. إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ. فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ. خُلِقَ مِنْ مَّاءٍ دَافِقٍ. يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَ التَّرَائِبِ. إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ. يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ. فَمَا لَهُ مِنْ قُوَّةٍ وَ لَا نَاصِرٍ. وَ السَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ. وَ الْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ. إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ. وَ مَا هُوَ بِالْهَزْلِ. إِنَّهُمْ يَكِيْدُوْنَ كَيْدًا. وَ أَكِيْدُ كَيْدًا. فَمَهِّلِ الْكَافِرِيْنَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

086: 1. Demi langit dan yang datang pada malam hari,
086: 2. tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari,
086: 3. (yaitu) bintang yang cahayanya menembus,
086: 4. tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya.
086: 5. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
086: 6. Dia diciptakan dari air yang terpancar,
086: 7. yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
086: 8. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).
086: 9. Pada hari dinampakkan segala rahasia,
086: 10. maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.
086: 11. Demi langit yang mengandung hujan,
086: 12. dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan,
086: 13. sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil,
086: 14. dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau.
086: 15. Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya.
086: 16. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.
086: 17. Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.

Tinjauan Bahasa:

(الطَّارِقِ): makna asalnya memukul dengan keras. Di ayat ini maknanya, segala sesuatu yang datang di malam hari.

(دَافِقٍ): tertuang dengan kuat dan keras.

(التَّرَائِبِ): tulang-tulang dada. Imri’-il-Qais bersyair:

تَرَائِبُهَا مَصْقُوْلَةٌ كَالسَّجَنْجِلَ

Tulang-tulang dada wanita itu mengkilat bagai kaca cemin.” (9831).

(الرَّجْعِ): hujan. Hujan disebut demikian, sebab ia kembali ke bumi dengan bertubi-tubi.

(الصَّدْعِ): tumbuh-tumbuhan yang ditumbuhkan tanah.

(رُوَيْدًا): sebentar atau dekat.

Tafsir Ayat:

Demi langit dan yang datang pada malam hari”; Aku bersumpah demi langit dan bintang-bintang yang bersinar yang tampak di malam hari serta bersembunyi di siang hari. Ulama tafsir berkata: “Bintang disebut “yang datang pada malam hari” sebab hanya tampak di malam hari dan bersembunyi di siang hari. “tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari”; istifhām (pertanyaan) untuk mengagungkan dan membesarkan. Makanya, hai Muḥammad apa yang kamu ketahui, apa hakikat bintang itu? Lalu Allah menjelaskannya, “(yaitu) bintang yang cahayanya menembus”; bintang bersinar yang sinarnya menembus kegelapan. Ash-Shāwī berkata: “Di dalam al-Qur’ān, Allah sering menyebut matahari, bulan dan bintang, sebab sifat, bentuk, peredarannya dan tempat terbit serta tempat terbenamnya yang mengagumkan menjadi bukti bahwa Penciptanya adalah satu-satunya yang sempurna. Sebab, penciptaan yang mengagumkan menunjukkan kesempurnaan Penciptaannya. (9842) “tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya”; inilah inti sumpah. Tidak ada jiwa sama sekali, kecuali ada penjaganya dari bangsa malaikat yang mencatat amal perbuatan baik maupun buruk mereka. Ini semakna dengan ayat: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu).” (al-Infithār: 10). Ibnu Katsīr berkata: “Maknanya, setiap manusia mempunyai penjaga dari Allah yang melindunginya dari petaka.” (9853).

Kemudian Allah menyuruh untuk berpikir dan merenungi penciptaan manusia untuk mengingatkan bahwa hari kebangkitan dan kehidupan kedua adalah hal yang pasti terjadi: “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?”; hendaknya manusia memikirkan proses awal kejadiannya dari apa dia diciptakan? “Dia diciptakan dari air yang terpancar”; dia diciptakan dari sperma yang keluar dan tertuang dengan kuat dan memancar dari lelaki dan wanita. Lalu terbentuklah anak dengan izin Allah. “yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada”; sperma tersebut keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk lelaki dan wanita. (9864) “Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati)”; Allah yang menciptakan manusia pertama kali pasti mampu menciptakannya kembali setelah matinya. Ibnu Katsīr berkata: “Allah mengingatkan manusia, bahwa materi asal kejadiannya adalah materi yang lemah. Allah mengajarkan agar dia mengakui adanya akhirat. Sebab Allah Yang Maha Mampu menciptakan pertama kali sudah pasti mampu menciptakan kembali untuk kedua kali dan itu lebih mudah.

Pada hari dinampakkan segala rahasia”; pada saat hati diuji. Pada saat isi hati berupa keyakinan dan niat dikeluarkan oleh Allah. Kemudian dibedakan dan dipisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. “maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong”; pada saat itu tidak ada kekuatan bagi manusia yang menolak siksa darinya dan tidak ada penolong yang menyelamatkannya. Dalam at-Tasḥīl disebutkan: “Karena pada saat di dunia, seseorang bisa menolak keburukan dengan kekuatannya atau dengan pertolongan orang lain, di akhirat Allah menghilangkannya.” (9875) Tidak ada kekuatan baginya untuk menolong dirinya sendiri dan tidak seorang pun yang menolongnya dari siksa Allah.

Setelah menyebutkan masalah penciptaan pertama dan kedua (setelah mati), Allah kembali bersumpah bahwa al-Qur’ān ini adalah benar. “Demi langit yang mengandung hujan”; Aku bersumpah demi langit yang mempunyai hujan yang sering menurunkan air kepada para hamba dari waktu ke waktu. Ibnu ‘Abbās berkata: “ar-raj‘u maknanya hujan. Seandainya tidak ada hujan, tentu binasalah umat manusia dan ternak mereka.” (9886) “dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan”; dan Aku bersumpah demi bumi yang terbelah. Lalu darinya keluar pepohonan. Tumbuh-tumbuhan dan bunga. Ibnu ‘Abbās berkata: “Maknanya membelahnya bumi lalu keluar tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan.” (9897) Allah bersumpah demi langit yang melimpahkan air kepada kita dan demi bumi yang mengeluarkan tumbuhan dan buah untuk kita. Bagi makhluk langit bagaikan seorang ayah dan bumi bagai seorang ibu bagi mereka. Dari keduanya, timbullah nikmat-nikmat yang besar dan kebaikan yang merata yang menyebabkan kehidupan manusia hewan berkesinambungan. “sesungguhnya alQur’ān itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang batil”; Al-Qur’ān ini sungguh merupakan firman yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Penjelasan, hukum, perundang-undangannya. Kemu‘jizatannya sangat agung. “Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau”; di dalam al-Qur’ān tidak ada sesuatu yang tiada berguna, main-main maupun kebatilan. Semua yang ada di dalamnya perkara sungguh-sungguh. Sebab, al-Qur’ān adalah firman Allah Yang Maha Bijaksana yang paling adil. Karena itu, manusia layak mengambil pelajaran dari ayatnya dan mengambil petunjuk dari arahan dan bimbingannya.

Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya”; orang-orang musyrik dari kaum kafir Makkah membuat makar dan muslihat untuk memadamkan cahaya Allah dan menghancurkan syariat Muḥammad s.a.w. “Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya”; dan Aku membalas makar dengan memberi kesempatan kepada mereka. Lalu menghukum mereka sebagaimana hukuman Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Ini semakna dengan ayat: “Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur.” (al-A‘rāf: 182). Abū Su‘ūd berkata: “Yakni Aku (Allah) tandingi mereka dengan rencana yang kuat dan tidak mungkin dilawan yakni dengan menyeret mereka kepada kebinasaan tanpa mereka tahu dan sadari.” (9908) “Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar”; jangan kamu ingin mereka segera dihukum dan dibinasakan. Berilah mereka sedikit waktu, maka kamu akan melihat apa yang akan Aku perbuat terhadap mereka. Ini tingkatan ancaman dan peringatan tertinggi.

Aspek Balaghah:

Dalam Sūrat-uth-Thāriq mengandung sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama, istifhām untuk mengagungkan dan membesarkan obyek pembicaraan:

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ.

Apa yang kamu ketahui tentang thāriq.”

Kedua, thibāq antara (السَّمَاءِ) langit dan (الْأَرْضِ) bumi dan antara (فَصْلٌ) hari pemisahan dan (الْهَزْلِ) sia-sia.

Ketiga, jinās isytiqāq (dua kata sejenis dan satu akar kata) (يَكِيْدُوْنَ كَيْدًا).

Keempat, ithnāb (merinci) dengan mengulang-ulang fi‘il untuk menunjukkan kesungguhan ancaman:

فَمَهِّلِ الْكَافِرِيْنَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

Kelima, kināyah (sindiran) lembut:

يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَ التَّرَائِبِ.

Yang dimaksud tulang sulbi adalah tulang punggung laki-laki dan yang dimaksud tulang rusuk adalah tulang rusuk perempuan. Ini termasuk kināyah yang lembut.

Keenam, saja‘ murashsha‘ yang menambah keindahan ayat. Misalnya: (وَ السَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ، وَ الْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ.) dan (إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ، وَ مَا هُوَ بِالْهَزْلِ).

Catatan:

  1. 983). Rūḥ-ul-Ma‘ānī (30/115).
  2. 984). Ash-Shāwī, 4/309.
  3. 985). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/629).
  4. 986). Sulbi adalah tulang punggung. Sedangkan dari perempuan adalah tulang rusuk. Yang dimaksudkan tulang sulbi adalah lelaki dan tulang dada adalah perempuan.
  5. 987). At-Tasḥīl, 4/192.
  6. 988). Mukhtasharu Ibni Katsīr (3/628).
  7. 989). Tafsīr-uth-Thabarī, 30/95.
  8. 990). Tafsīru Abī Su‘ūd, 8/438.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.