Surah at-Tin 95 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 095; 8 ayat
At-Tin
(buah tin/ara).

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah at-Tin.

Orang yang diperlihatkan ketinggian martabat manusia dan dijelaskan kemuliaan diri-Nya serta keagungan petunjuk-Nya; pasti mengetahui bahwa orang yang turun dan jatuh dari martabat kemanusiaan – di mana martabat ini merupakan bentuk khilafah ilahiyah – ; berarti ia telah berada di martabat dan tempat yang paling hina, seperti yang dikatakan Allah s.w.t. sebagai tempat yang serendah-rendahnya. Karena itulah Dia bersumpah dengan sebagian besar ciptaan-Nya untuk memastikan bahwa manusia bisa berada di lapisan neraka yang paling dasar setelah ia turun dan terjatuh dari kamar-kamar surga yang paling tinggi. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepadanya dengan memberikan berbagai macam keagungan dan kemuliaan, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepadanya dengan cara mengantarkannya ke taman-taman surga Na‘īm.

Ayat 1.

(وَ التِّيْنِ وَ الزَّيْتُوْنِ) [Demi Tin dan Zaitun], keduanya adalah dua buah yang berasal dari sebuah gunung yang berada di tanah yang disucikan, yang memiliki banyak pepohonan dengan buahnya yang berlimpah.

Ayat 2.

(وَ طُوْرِ سِيْنِيْنَ) [Dan demi bukit Sinai], yaitu gunung tempat Nabi Mūsā a.s. bermunajat dan berbicara kepada Rabbnya.

Ayat 3.

(وَ) [Dan] terutama (هذَا الْبَلَدِ الْأَمِيْنِ) [demi kota ini yang aman], yaitu kota Makkah yang dimuliakan oleh Allah s.w.t. Dinamai “kota yang aman” karena setiap orang yang memasuki kota ini dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan ridha-Nya, maka ia akan aman dari siksaan yang sangat pedih.

Ayat 4.

Ringkasnya, atas nama semua media sumpah yang agung ini, (لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ) [sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia], yaitu jenisnya, (فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ) [dalam bentuk yang sebaik-baiknya] dan paling proporsional. Sebab secara zhahir maupun bathin, tidak ada makhluk yang lebih baik dan lebih proporsional dari manusia. Karena itulah Kami memilihnya sebagai khalifah Kami di antara makhluk ciptaan Kami yang lain.

Ayat 5.

(ثُمَّ) [Kemudian] setelah keinginan Kami berkaitan dengan perbuatannya yang buruk, (رَدَدْنَاهُ) [Kami kembalikan] dan Kami turunkan ia dari martabat yang tinggi dan derajat yang luhur (أَسْفَلَ سَافِلِيْنَ) [ke tempat yang serendah-rendahnya]; yaitu kebutuhan-kebutuhan dunia, rantai angan-angannya, dan belenggu harapannya yang sudah pasti bisa menjatuhkan manusia ke dasar neraka.

Ayat 6.

(إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا) [Kecuali orang-orang yang mengimani] keesaan Allah s.w.t. (وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ) [dan mengerjakan amal shaleh] yang dapat menyelamatkan mereka dari belenggu dunia, dan mendekatkan mereka kepada cakrawala kewajiban: (فَلَهُمْ) [maka bagi mereka], setelah mereka sampai di alam ketuhanan, (أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ) [pahala yang tidak ada putus-putusnya], yaitu kenikmatan yang terus mengalir yang belum pernah diberikan kepada mereka sama sekali.

Setelah Allah s.w.t. mengingatkan manusia dengan peringatan yang jelas dan menguatkan peringatan-Nya itu, Dia menganjurkan semua manusia untuk beriman dan mendorong mereka untuk berada dalam keyakinan yang lurus dan berpengetahuan. Dengan nada penuh celaan dan kecaman, Dia bertanya:

Ayat 7.

(فَمَا يُكَذِّبُكَ) [Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan] maksudnya: apa yang membuatmu terjerumus dalam kekufuran, kesewenangan-wenangan, kedustaan, dan pengingkaran, wahai manusia yang diciptakan dalam keadaan fitnah tauhid dan berpengetahuan: (بَعْدُ) [sesudah] tampak kebenaran dan muncul dalil-dalil pembenar serta isyarat-isyarat yang meyakinkan tentang adanya (بِالدِّيْنِ) [agama] yang benar dan jalan yang lurus?!

Ayat 8.

(أَلَيْسَ اللهُ) [Bukankah Allah] yang Maha Kuasa lagi Maha Mampu untuk membalas dan menciptakan kembali hal semacam ini dengan keinginan dan pilihan-Nya, adalah (بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِيْنَ) [Hakim yang seadil-adilnya] atas segala sesuatu yang Dia kehendaki dan Dia inginkan – baik yang Dia kehendaki itu merupakan sesuatu yang baru pertama kali Dia inginkan, maupun sesuatu yang sebelumnya sudah Dia kehendaki, lalu Dia menghendakinya kembali. Dia memiliki hak untuk melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya dan menghukumi sesuatu yang diinginkan-Nya. Perbuatan-Nya tidak ditanya karena Dia adalah Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

 

Penutup Surah at-Tīn.

Wahai pengikut Muḥammad s.a.w. yang mencari ketenangan dan keteguhan hati di atas jalan tauhid yang merupakan jalan paling lurus dan paling baik bagi manusia; kamu harus merenungkan surah ini dengan sebaik-baiknya dan menanamkan faidah terpenting yang terkandung ini dalamnya, ke dalam jiwamu. Kamu harus bertobat kepada Allah s.w.t., menjalankan amal shaleh dan menjauhi semua kerusakannya.

Berhati-hatilah! Jangan sampai dirimu ternodai oleh kotoran dunia dan tenggelam dalam angan-angannya. Karena kondisi yang demikian dapat mengembalikanmu ke martabat paling hina yang dapat menarik dirimu menuju ke lapisan neraka yang paling rendah serta menipumu dengan berbagai macam kesia-siaan dan kehinaan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *