Surah at-Takwir 81 ~ Tafsir adz-Dzikra

ADZ-DZIKRĀ
Terjemah & tafsir
AL-QUR’AN
dalam
huruf ‘Arab & Latin
Juz 26-30

Disusun oleh: Bachtiar Surin.
 
Penerbit: ANGKASA BANDUNG

AT-TAKWIR (MENGGULUNG)

Surat ke-81
Banyak ayatnya 29
Semuanya turun di Makkah (Makkiyyah)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir raḥmānir raḥīm(i)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

PERISTIWA-PERISTIWA ALAM PADA WAKTU
BERAKHIRNYA HARI-HARI DUNIA

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ.

Idzasy syamsu kuwwirat.

  1. Bila matahari telah digulung. (11).

وَ إِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْ.

Wa idzan nujūmunkadarat.

  1. bila bintang-bintang sudah berguguran,

وَ إِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ.

Wa idzal jibālu suyyirat.

  1. bila gunung-gunung sudah dihancur-leburkan,

وَ إِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ.

Wa idzal ‘isyāru ‘uththilat.

  1. bila unta-unta bunting (12) sudah dibiarkan berkeliaran,

وَ إِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْ.

Wa idzal wuḥūsyu ḥusyirat.

  1. bila binatang-binatang liar sudah bergelimpangan,

وَ إِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ.

Wa idzal biḥāru sujjirat,

  1. bila lautan sudah diluapkan,

وَ إِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْ.

Wa idzan nufūsu zuwwijat.

  1. bila nyawa sudah disatukan kembali dengan raganya,

وَ إِذَا الْمَوْؤُوْدَةُ سُئِلَتْ.

Wa idzal mau’ūdatu su’ilat.

  1. bila (perkara) si upik (13) yang dikubur hidup-hidup sudah diperiksa (berhadapan dengan orang-orang yang menguburkannya.)

بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ.

Bi’ayyi dzambin qutilat.

  1. Karena dosa apakah dia dibunuh?

وَ إِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ.

Wa idzash shuḥufu nusyirat.

  1. Dan bila catatan-catatan (‘amal sudah) diperlihatkan,

وَ إِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ.

Wa idzas samā’u kusyithat.

  1. Dan bila angkasa raya sudah diselumuri. (14).

وَ إِذَا الْجَحِيْمُ سُعِّرَتْ.

Wa idzal jaḥīmu su‘‘irat.

  1. Dan bila neraka Jaḥīm sudah dinyalakan,

وَ إِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ.

Wa idzal jannatu uzlifat.

  1. dan bila surga sudah didekatkan (kepada orang-orang yang taqwā),

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا أَحْضَرَتْ.

‘Alimat nafsum mā aḥdharat.

  1. (ketika itu barulah) setiap orang mengetahui ‘amal apa yang telah dikerjakannya.

MUHAMMAD BUKAN ORANG GILA SEBAGAIMANA
YANG DITUDUHKAN KAFIR QURAISY
TETAPI DIA ADALAH SEORANG RASŪL

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ.

Falā uqsimu bil khunnās(i).

  1. Aku tidak (15) merasa perlu bersumpah dengan gugusan bintang-bintang,

الْجَوَارِ الْكُنَّسِ.

Al jawāril kunnas(i)

  1. yang timbul dan tenggelam.

وَ اللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ.

Wal laili idzā ‘as‘as(a).

  1. Demi malam bila telah berlalu.

وَ الصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ.

Wash shubḥi idzā tanaffas(a).

  1. Demi shubuḥ bila fajarnya telah menyingsing.

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ.

Innahū laqaulu rasūlin karīm(in).

  1. Sesungguhnya (al-Qur’ān) itu adalah firman Tuhan yang disampaikan (Jibrīl) utusan yang mulia.

ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِيْنٍ.

Dzī quwwatin ‘inda dzil ‘arsyi makīn(in).

  1. (Jibrīl itu) berdaya-ingat sangat kuat, di samping berkedudukan tertinggi di sisi Tuhan yang mempunyai ‘Arsy. (16)

مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِيْنٍ.

Muthā‘in tsamma amīn(in).

  1. disegani antara sesama malaikat, bahkan sangat dipercaya.

وَ مَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُوْنٍ.

Wa mā shāḥibukum bimajnūn(in).

  1. Sedangkan (Muḥammad) kawan kalian itu bukanlah orang gila.

وَ لَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِيْنِ.

Wa laqad ra’āhu bil ufuqil mubīn(i).

  1. Dia benar-benar telah melihat Jibrīl dengan jelas di kaki langit. (17)

وَ مَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِيْنٍ.

Wa mā huwa ‘alal ghaibi bidhanīn(in).

  1. Sedikit pun ia tidak bersikap ragu-ragu untuk menampilkan berita-berita ghaib (yang ada dalam al-Qur’ān),

وَ مَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيْمٍ.

Wa mā huwa biqauli syaithānir rajīm(in).

  1. sebab berita itu bukanlah kata-kata yang dibisikkan syaithan terkutuk (kepadanya).

فَأَيْنَ تَذْهَبُوْنَ.

Fa aina tadzhabūn(a).

  1. Lalu ke mana lagi kamu hendak pergi? (18).

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِيْنَ.

In huwa illā dzikrul lil ‘ālamīn(a).

  1. Jelaslah bahwa (al-Qur’ān) itu suatu penyadaran bagi seluruh umat manusia,

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيْمَ.

Liman syā’a minkum ay yastaqīm(a).

  1. terutama bagi orang yang menempuh jalan yang lurus.

وَ مَا تَشَاؤُوْنَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ

Wa mā tasyā’ūna illā ay yasyā’allahu rabbul ‘ālamīn(a).

  1. Namun tidak akan terlaksana kehendakmu itu kecuali dengan kehendak Allah jua, ya‘ni Tuhan semesta alam.

Catatan:

  1. 1). Maksudnya, terpelanting dari bidang-edarnya, berputar-putar tidak keruan, lalu pudar cahayanya bagai kehabisan bahan bakar. Dengan peputarannya yang tidak keruan itu, tidak mustahil terjadi persilangan dan benturan dengan benda angkasa lainnya. Yang demikian terjadi pada waktu berakhirnya hari-hari dunia.
  2. 1). Unta bunting di kalangan orang-orang ‘Arab adalah harta yang sangat dibanggakan.
  3. 1). Sebutan kepada anak perempuan yang masih kecil. Lawannya si Buyung. Kebiasaan buruk orang ‘Arab sebelum Islam, antara lain menguburkan hidup-hidup anak perempuannya yang masih kecil, dan tidak berdosa apa-apa, karena takut miskin dsb.
  4. 1). Maksudnya tidak ada lagi langit, tidak ada lagi alam semesta yang lama, karena sudah berganti dengan gaya baru sebagai alam semesta baru, ibarat ular yang berselumur (berganti kulit baru).
  5. 1). Kata “Tidak” di sini bukan berarti sangkalan, tapi sebaliknya, ya‘ni pengukuhan. Sudah menjadi kebiasaan orang ‘Arab untuk mempergunakan kata “Tidak” ini dalam bersumpah, jika yang disumpahinya adalah hal (peristiwa) yang sudah pasti, atau tidak memerlukan sumpah untuk menerangkannya. Misalnya Pak Guru berkata kepada anak-anak didiknya, sebagai berikut: “Bapak tidak merasa perlu bersumpah kepada kalian untuk menerangkan bahwa 2×2 = 4” Maka yang tersirat pada perkataan Pak Guru, ialah pengukuhan 2×2 itu memang 4.
  6. 1). Singgasana.
  7. 1). Lihat 53: 11.
  8. 1). Pertanyaan ini ditujukan kepada kaum Quraisy yang mengatakan Muḥammad orang gila tatkala beliau menjelaskan berita ghaib tentang kiamat. Setelah jelas bahwa yang dituduhkan mereka tidak benar, semua jalan untuk berbohong sudah tertutup, sedangkan yang benar sudah mengepung dari segala jurusan, ke mana lagi kalian hendak lari? Atau dengan kata lain: Benang basah mana lagi yang akan kamu tegakkan?

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *