Hati Senang

Surah at-Takatsur 102 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

102

SŪRAT-UT-TAKĀTSUR.

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ut-Takātsur adalah surat Makkiyyah. Ia berbicara mengenai kesibukan manusia dalam hidupnya dan semangatnya untuk mengumpulkan materi, sampai kematian memutuskan harapan mereka, secara mendadak mendatangi mereka dan mengalihkan mereka ke dalam kubur.

Mati datang mendadak,
Kubur adalah kotak amal.

Dalam surat ini berkali-kali disebutkan larangan dan peringatan bagi umat manusia. Ini untuk mengingatkan kesalahan mereka karena sibuk dengan duniawi dan tidak mengurusi akhirat: “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.”

Sūrat-ut-Takātsur ditutup dengan penjelasan prahara dan petaka yang akan mereka alami di akhirat. Hanya orang-orang mu’min yang beramal saleh yang selamat dari prahara dan petaka tersebut.

 

TAFSĪR SŪRAT-UT-TAKĀTSUR

Sūrat-ut-Takātsur: Ayat: 1-8.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ. كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَ. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِ. ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ

102:1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
102:2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
102:3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).
102:4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
102:5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
102:6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahīm,
102:7. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ain-ul-yaqīn,

102:8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Tinjauan Bahasa.

(أَلْهَاكُمُ): melalaikan, melupakan hal yang penting dan mengurusi kesenangan yang diinginkan. Makna asalnya membuat lupa, lalu diartikan setiap yang menyibukkan. Ar-Raghib berkata: “Yakni sesuatu yang melupakanmu terhadap hal yang penting.

(التَّكَاثُرُ): saling membanggakan harta benda dan kedudukan.

(الْمَقَابِرَ): kuburan. Bentuk jama‘ dari maqbarah. Seorang pujangga berkata:

أَرَى أَهْلَ الْقُصُوْرِ إِذَا أمِيْتُوْا بِنَؤا فَوْقَ الْمَقَابِرِ بِالصُّخُوْرِ

أَبوا إِلَّا مباهَاة وَ فخرا عَلى الْفُقَرَاءِ حَتَّى فِي الْقُبُوْرِ

Kami melihat jika pemilik gedung mati,
Kubur mereka dibangun dengan batu besar.
Mereka selalu membanggakan diri kepada miskin,
Termasuk dalam hal kuburan.

Tafsir Ayat:

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”; hai umat manusia, kalian disibukkan oleh saling membanggakan harta benda dan anak-anak. Sehingga kelian tidak taat kepada Allah dan tidak bersiap-siap untuk menghadapi akhirat. “Sampai kamu masuk ke dalam kubur”; sampai kalian dijemput oleh maut dan dikebumikan di dalam kuburan. Redaksi ayat berbentuk khabar namun maksudnya nasihat dan celaan. Al-Qurthubī berakta: “Yakni kalian dilupakan oleh saling membanggakan banyaknya harta dan anak, sehingga kalian tidak taat kepada Allah, sampai kalian mati dan dikebumikan di dalam kubur.” (11231).

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)”; ini larangan sekaligus ancaman. Yakni, hai manusia, hentikanlah dan janganlah kalian sibuk oleh sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak berfaedah, sebab kalian akan tahu akibat kebodohan kalian dan kesalahan kalian kepada Allah serta kesibukan kalian dengan hal yang fanā’, bukan yang baqā’. “Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”; ini ancaman setelah ancaman agar larangannya lebih mengena. Yakni, kalian akan tahu akibat saling membanggakan diri kalian ketika kematian terjadi pada kalian dan kalian menyaksikan prahara serta petakanya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui; apa yang menimpa kalian di dalam kubur. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui di akhirat ketika siksa menimpa kalian.” (11242).

Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”; hendaknya kalian berhenti dan jangan demikian, sebab jika kalian tahu dengan tahu hal yang sebenarnya tanpa ada kebimbangan maupun kesangsian. Jawab kata (لَوْ) dibuang untuk menciptakan perasaan takut. Yakni seandainya kalian tahu hal itu, niscaya tidak dilalaikan oleh bermegah-megahan harta dari taat kepada Allah dan kalian tidak tertipu oleh materi dari prahara akhirat. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi s.a.w.: “Seandainya kalian tahu apa yang kami tahu, tentu kalian tertawa sedikit dan tentu kalian menangis banyak.” (11253). Dalam at-Tasḥīl, disebutkan, jawab (لَوْ) dibuang. Kalimat lengkapnya adalah: “Seandainya kalian tahu, tentu kalian berhenti dan bersiap-siap untuk akhirat. Jawab itu dibuang untuk menciptakan perasaan takut. Sehingga pembaca al-Qur’ān membayangkan hal terbesar yang terbersit di dalam pikirannya.” (11264). Ini senada dengan ayat: “Dan jika kamu (Muḥammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka.” (al-An‘ām [6]: 27). “Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahīm”; Aku (Allah) bersumpah dan menegaskan kepada kalian, bahwa kalian akan menyaksikan neraka dengan nyata dan yakin. Al-Alūsī berkata: “Ini jawab sumpah yang dibuang dan dengannya Allah menguatkan janji serta menegaskan ancaman. Dengan firman ini, Allah menjelaskan apa yang Dia peringatkan kepada mereka.” (11275). Yakni demi Allah, kalian pasti akan melihat neraka. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ain-ul-yaqīn”; kemudian kalian pasti akan melihatnya dengan sesungguhnya dengan mata kepala. Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth disebutkan, Allah menambahkan taukīd (penguatan) dengan kalimat ‘ain-ul-yaqīn untuk menghilangkan kesan majāz pada penglihatan pertama. (11286) “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”; kemudian kalian pasti akan ditanya di akhirat mengenai nikmat dunia, yaitu aman, sehat, makanan, minuman, kendaraan dan tempat tidur.

Aspek Balaghah:

Dalam sūrat-ut-Takātsur terkandung segi-segi bayān dan badī‘ (keindahan sastra) sebagaimana berikut ini:

Pertama, nasihat sekaligus mencela:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Kalian telah dilalaikan oleh memperbanyak harta.”

Kalimat khabar (berita) di sini artinya mengingatkan dan mencela.

Kedua, mengulangi kata-kata untuk memperingat dan memberikan perasaan takut:

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ. ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ.

Sekali-kali tidak, kalian pasti akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak, kalian pasti akan mengetahui

‘Athaf (kata sambung) di sini menggunakan (ثُمَّ) untuk mengingatkan, bahwa yang kedua lebih hebat daripada yang pertama. Sebagaimana ucapan pejabat kepada pembantunya: “Aku katakan kepadamu, lalu kami katakan kepadamu: “Jangan lakukan ini”.”

Ketiga, membuang jawab (لَوْ) untuk menciptakan ketakutan:

لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ

Seandainya kalian mengetahui dengan ‘ain-ul-yaqīn.”

Yakni tentu kalian melihat sesuatu yang karenanya kepala beruban dan jiwa menjadi takut.

Keempat, ithnāb (uraian panjang) dengan mengulang-ulang fi‘il:

لَتَرَوُنَّ، لَتَرَوُنَّهَا

niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahīm, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya.”

Ini untuk menjelaskan dahsyatnya prahara.

Kelima, kināyah (sindiran):

حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ.

Sampai kalian masuk kubur.”

Kematian ditegaskan dengan “masuk kubur”, yang dimaksudkan adalah sampai kalian mati.

Keenam, muthābaqah (dua atau lebih kata yang disesuaikan makna-nya): antara (النَّعِيْمِ) dan (الْجَحِيْمَ).

Ketujuh, keserasian akhir-akhir ayat.

Catatan Penting:

Imām Tirmidzī meriwayatkan dari ‘Abdullāh bin asy-Syikhir r.a.: “Kami sampai ketika Nabi s.a.w. membaca ayat ini: (أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ), lalu beliau bersabda: “Anak Adam berkata: “Hartaku, hartaku.” Tidaklah hartamu, kecuali apa yang kamu makan lalu kamu habiskan atau kamu pakai lalu kamu usangkan atau kamu sedekahkan lalu kamu abadikan?

Hikmah:

Muslim meriwayatkan dari Abū Hurairah r.a., bahwa Nabi s.a.w. keluar suatu siang atau malam. Tiba-tiba beliau bertemu dengan Abū Bakar dan ‘Umar. Lalu beliau bersabda: “Apa yang mengeluarkan kalian dari rumah kalian pada saat ini?” Keduanya menjawab: “Lapar, ya Rasūlullāh.” Beliau bersabda: “Dan kami demi Dia yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kami dikeluarkan oleh apa yang mengeluarkan kalian. Maka berdirilah kalian.” Mereka berdiri bersama Nabi, lalu Nabi mendatangi seorang lelaki dari Anshar, namun ternyata dia tidak ada di rumahnya. Ketika istrinya melihat Nabi, dia berkata: “Selamat datang.” Maka Nabi bersabda: “Di mana Fulan?” Istrinya menjawab: “Dia pergi mengambil air tawar untuk kami.” Tiba-tiba lelaki itu datang, lalu melihat Nabi bersama dua sahabatnya. Lalu, dia berkata: “Segala puji bagi Allah, tidak seorang pun hari ini lebih mulia tamunya daripada kami.” Kemudian dia pergi. Lalu, datang menyuguhkan tandan kurma basah, kurma kering dan kurma muda kepada ketiganya. Lalu, dia berkata: “Silahkan kalian makan.” Dia mengambil pisau, lalu Nabi bersabda: “Jauhilah hewan yang banyak diperah.” Lelaki itu menyembelih seekor kambing untuk mereka, lalu mereka memakan kambing dan kurma itu serta minum. Setelah kenyang dan segar, Nabi s.a.w. bersabda kepada Abū Bakar dan ‘Umar: “Demi Dia yang jiwaku di tangan-Nya, kalian pasti akan ditanya mengenai nikmat ini pada hari kiamat. Kalian keluar karena lapar dari rumah kalian, lalu kalian tidak kembali sampai nikmat kalian rasakan.”

Catatan:

  1. 1123). Tafsīr-ul-Qurthubī (20/168). Ibnu Katsīr berkata: “Maknanya, kalian disibukkan oleh cinta dunia dan kenikmatannya, sehingga kalian lupa mencari akhirat. Hal tersebut terus-menerus terjadi pada kalian, sampai kalian mati dan masuk kubur serta menjadi penghuninya.”
  2. 1124). Tafsīr-ul-Qurthubī (20/172).
  3. 1125). Bagian dari hadits yang diriwayatkan Bukhārī.
  4. 1126). At-Tasḥīl (4/216).
  5. 1127). Al-Alūsī (30/225).
  6. 1128). al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/508).
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.