Surah at-Tahrim 66 ~ Tafsir Sayyid Quthb (5/6)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah at-Tahrim 66 ~ Tafsir Sayyid Quthb

Memelihara Diri dan Keluarga dari Siksaan Neraka

Dalam nuansa pengaruh kasus yang sangat mendalam pada jiwa-jiwa kaum muslimin ini, al-Qur’ān mewanti-wanti orang-orang yang beriman agar menunaikan kewajiban mereka dalam rumah tangga mereka baik yang menyangkut pendidikan, pengarahan, maupun peringatan. Sehingga, mereka dapat menyelamatkan diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Al-Qur’ān juga menggambarkan tentang beberapa peristiwa yang terjadi dalam neraka dan keadaan orang-orang kafir di dalamnya. Dan, dalam nuansa pengarahan dan ajakan kepada tobat yang muncul dalam arahan redaksi tentang kasus di atas, redaksi ayat menyerukan kepada orang-orang yang beriman untuk bertobat. Ia juga menggambarkan tentang surga yang menanti orang-orang yang bertobat. Kemudian ia mengajak Nabi s.a.w. untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Inilah bagian kedua dari kandungan surah ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ نَارًا وَ قُوْدُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ، إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا، عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَ يُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ، يَوْمَ لَا يُخْزِي اللهُ النَّبِيَّ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مَعَهُ، نُوْرُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَ بِأَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَ اغْفِرْ لَنَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَ الْمُنَافِقِيْنَ وَ اغْلُظْ عَلَيْهِمْ، وَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ، وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan. Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia. Sedang, cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik Serta bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanmam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (at-Taḥrīm: 6-9)

Sesungguhnya beban tanggung jawab seorang mukmin dalam dirinya dan keluarganya merupakan beban yang sangat berat dan menakutkan. Sebab, neraka telah menantinya di sana, dan dia beserta keluarganya terancam dengannya. Maka, merupakan kewajibannya membentengi dirinya dan keluarganya dari neraka ini yang selalu mengintai dan menantinya.

Sesungguhnya ia adalah neraka dan api yang menyala-nyala serta membakar hangus,

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….

Manusia di dalam neraka itu sama persis dengan batu, dalam kehinaan batu, dalam nilai batu yang murah dan rendah, dan dalam kondisi batu yang terabaikan tanpa penghargaan dan perhatian sama sekali. Alangkah sadis dan panasnya api neraka yang dinyalakan bersama dengan batu-batu! Alangkah pedihnya azab yang dihimpun dengan kerasnya sengatan kehinaan dan kerendahan! Setiap yang ada di dalamnya dan setiap yang berhubungan dengannya sangat seram dan menakutkan,

… Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras.

Tabiat para malaikat itu sesuai dengan tabiat azab yang diperintahkan dan diserahkan kepada mereka untuk menimpakannya.

…Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Taḥrīm: 6)

Di antara karakter mereka adalah ketaatan mutlak terhadap perintah Allah atas mereka. Dan, di antara karakter mereka adalah mampu melaksanakan segala yang diperintahkan kepada mereka oleh Allah. Mereka dengan segala tabiat bengis, kejam, dan keras mereka diserahkan tugas untuk melaksanakan azab neraka yang keras dan kejam. Maka, hendaklah setiap mukmin melindungi dirinya dan keluarganya dari azab neraka ini.

 

Dan, merupakan kewajiban setiap mukmin melindungi dan membentengi dirinya dan keluarganya dari neraka ini, sebelum kesempatan itu sirna dan sebelum alasan dan uzur itu tidak bermanfaat lagi diutarakan. Lihatlah betapa banyak orang-orang kafir yang mengemukakan uzur mereka pada saat itu, padahal mereka sedang berdiri menghadapi azab itu. Sehingga, alasan dan uzur mereka tidak diterima lagi dan mereka pun ditimpa oleh keputusasaan,

Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.” (at-Taḥrīm: 7)

Jangan lagi kalian beralasan dan mengutarakan uzur kalian hari ini, karena hari ini bukanlah hari mengemukakan alasan dan uzur. Namun, hari ini adalah hari pembalasan atas apa yang telah dikerjakan oleh manusia. Dan, kalian telah mengetahui wahai orang-orang kafir bahwa pembalasan atas kalian adalah neraka ini.

 

Lantas bagaimana orang-orang yang beriman memelihara diri dan keluarga mereka dari api neraka ini? Sesungguhnya al-Qur’ān menjelaskan jalannya dan memberikan harapan yang sangat mendalam kepada mereka,

Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia. Sedang, cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (at-Taḥrīm: 8)

Inilah jalan itu… tobat nasuha… yaitu tobat yang menjernihkan hati, membersihkannya, dan memurnikannya. Kemudian ia tidak mengkhianatinya dan tidak mencuranginya.

Ia adalah tobat dari maksiat dan dosa, yang dimulai dengan penyesalan atas segala yang terjadi sebelumnya, dan berlanjut dengan amal saleh dan ketaatan. Pada saat itulah hati menjadi jernih, murni, dan bersih dari noda-noda dosa dan pengaruh-pengaruh maksiat. Kemudian menganjurkan dan mendorongnya untuk selalu berbuat amal saleh. Inilah yang disebutkan sebagai tobat nasuha, yaitu tobat yang selalu mengingatkan hati setelah itu dan selalu memurnikannya sehingga tidak kembali kepada dosa-dosa.

Jika tobat dilakukan demikian, maka terbukalah harapan Allah meleburkan dosa-dosa orang-orang yang beriman dan memasukkan mereka ke dalam surga, pada hari di mana orang-orang kafir terhina sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Allah tidak menghinakan Nabi s.a.w. dan orang-orang yang beriman bersamanya.

Sesungguhnya itu merupakan rangsangan yang mendalam dan kemuliaan yang besar, ketika Allah memasukkan dan menghimpun orang-orang yang beriman bersama Nabi s.a.w.. Sehingga, menjadikan mereka semua dalam satu barisan yang mendapatkan anugerah kemuliaan pada hari yang menghinakan orang-orang kafir itu. Kemudian Allah menjadikan bagi mereka cahaya,

…Sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,….

Suatu cahaya yang dengannya mereka dapat mengenal segala sesuatu pada hari yang dahsyat, tergoncang, sulit, dan mencekam. Suatu cahaya yang dengannya mereka mendapat petunjuk dalam keramaian yang tiada tara. Suatu cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka yang mengantar mereka ke surga pada akhir langkah.

Walaupun dalam keadaan mencekam, ketakutan, dan kekerasan, mereka tetap diilhami untuk berdoa ke hadirat Allah,

…Sambil mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (at-Taḥrīm: 8)

Ilham doa pada situasi yang mengunci mulut dan mengugurkan hati itu, merupakan tanda diterimanya doa tersebut. Pasalnya, tidak mungkin Allah mengilhami doa ini kepada orang-orang yang beriman, melainkan qadar-Nya telah menetapkan bahwa doa itu pasti makbul dan mendapat jawaban dari-Nya. Jadi, doa di sini merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah atas mereka di samping anugerah Allah dengan kemuliaan dan cahaya.

Jadi, betapa jauhnya perbedaan antara anugerah ini dengan neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu?!

Sesungguhnya balasan pahala dan demikian pula pembalasan azab ini, kedua-duanya menggambarkan beban tanggung jawab seorang mukmin dalam menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Juga dalam mencapai kenikmatan di surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.

Dalam nuansa kasus di atas yang terjadi dalam rumah tangga Rasulullah, kita dapat mengetahui isyarat yang dimaksudkan di sini, dari balik nash-nash itu.

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu dibebani dengan tugas memberikan pengarahan hidayah kepada keluarganya dan memperbaiki rumah tangganya. Hal ini sebagaimana dia pun dibebani dengan tugas mengarahkan dirinya sendiri dengan hidayah dan memperbaiki hatinya dan dirinya sendiri.

Sesungguhnya Islam itu merupakan agama keluarga, sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya dalam surah ath-Thalāq. Oleh karena itu, Islam menetapkan beban tugas dalam keluarganya dan kewajibannya dalam rumah tangganya. Rumah tangga seorang muslim merupakan benih kaum muslimin, dan ia merupakan sel yang darinya akan terhimpun sel-sel lain sehingga membentuk tubuh yang hidup…yaitu masyarakat islami.

Sesungguhnya satu rumah merupakan benteng dari benteng-benteng akidah Islam. Oleh karena itu, benteng itu harus saling menopang dan mengokohkan dari dalam dirinya sendiri, dan harus terjaga dalam jiwanya sendiri. Setiap individu di dalamnya harus menghalau serangan yang mengancamnya sehingga ia tidak dapat dimasuki oleh musuh mana pun. Bila tidak demikian, maka akan mudah bagi musuh untuk menyerang dari dalam benteng itu. Sehingga, setiap pengetuk pintu akan mudah masuk dan para penyerang akan leluasa menyerang dan mengancam.

Kewajiban seorang mukmin yang paling utama adalah mengarahkan tentang dakwah kepada rumah tangga dan keluarganya. Sudah merupakan kewajibannya untuk mengamankan benteng rumah tangganya dari dalam. Juga sudah merupakan kewajibannya untuk menghalau segala sumber-sumber konflik dan kekacauan di dalamnya sebelum ia bertolak lebih jauh untuk berdakwah keluar dari rumah tangganya.

Merupakan keharusan dan kewajiban memiliki ibu rumah tangga yang muslimah, karena seorang ayah yang muslim saja belum mampu mengamankan benteng rumah tangga itu. Jadi, harus ada seorang ayah dan ibu yang melaksanakan dan bangkit untuk mengemban kewajiban dakwah seperti itu. Juga dibutuhkan anak-anak untuk ikut serta baik laki-laki maupun wanita. Karena tanpa itu, segala usaha orang untuk membentuk masyarakat islami dengan komunitas beberapa laki-laki saja menjadi sia-sia. Pasalnya, wanita-wanita pun harus ikut serta dalam berperan di masyarakat untuk menjaga generasi yang tumbuh. Generasi yang merupakan benih-benih yang akan melanjutkan perjuangan di masa akan datang dan merupakan wujud hasil dari buah yang dicapai.

Oleh karena itu, al-Qur’ān itu turun untuk para lelaki dan wanita. Ia mengatur rumah tangga dan meluruskannya untuk mengemban manhaj yang islami. Al-Qur’ān itu membebankan kepada orang-orang yang beriman tanggung jawab keluarganya sebagaimana ia pun membebankan kepada mereka tanggung jawab atas diri mereka sendiri.

Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (at-Taḥrīm: 6)

Inilah perkara yang harus disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap dai yang berdakwah kepada islam. Sesungguhnya usaha pertama yang harus diarahkan adalah kepada istri (ibu rumah tangga), anak-anak, dan keluarga secara umum. Perhatian yang cukup harus ditujukan dalam membina wanita-wanita muslimah untuk menciptakan rumah tangga yang islami. Setiap laki-laki yang ingin mendirikan rumah tangga yang islami agar mencari dulu wanita yang muslimah. Karena, bila tidak demikian, maka dia akan terlambat sangat lama dalam membina masyarakat yang islami. Dan, bangunan masyarakat pun akan selalu digerogoti oleh kekacauan dan gangguan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *