Surah at-Tahrim 66 ~ Tafsir Sayyid Quthb (1/6)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah at-Tahrim 66 ~ Tafsir Sayyid Quthb

SURAH ATTAḤRĪM

Diturunkan di Madīnah
Jumlah Ayat: 12.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكَ، تَبْتَغِيْ مَرْضَاتِ أَزْوَاجِكَ، وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. قَدْ فَرَضَ اللهُ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ، وَ اللهُ مَوْلَاكُمْ، وَ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ. وَ إِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيْثًا، فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَ أَظْهَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَ أَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ، فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هذَا، قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ. إِنْ تَتُوْبَا إِلَى اللهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوْبُكُمَا، وَ إِنْ تَظَاهَرَ عَلَيْهِ فَإِنَّ اللهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَ جِبْرِيْلُ وَ صَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ الْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذلِكَ ظَهِيْرٌ. عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَ أَبْكَارًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ نَارًا وَ قُوْدُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ، إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا، عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَ يُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ، يَوْمَ لَا يُخْزِي اللهُ النَّبِيَّ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مَعَهُ، نُوْرُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَ بِأَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَ اغْفِرْ لَنَا، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَ الْمُنَافِقِيْنَ وَ اغْلُظْ عَلَيْهِمْ، وَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ، وَ بِئْسَ الْمَصِيْرُ. ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوْحٍ وَ امْرَأَتَ لُوْطٍ، كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللهِ شَيْئًا وَ قِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِيْنَ. وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ. إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَ نَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَ عَمَلِهِ وَ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. وَ مَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِيْ أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيْهِ مِنْ رُوْحِنَا وَ صَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَ كُتُبِهِ وَ كَانَتْ مِنَ الْقَانِتِيْنَ.

66: 1. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
66: 2. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu. Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui labi Mahabijaksana.
66: 3. Dan, ingatlah ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Ḥafshah) suatu peristiwa. Maka, tatkala (Ḥafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada ‘Ā’isyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Ḥafshah denga ‘Ā’isyah) kepada Muḥammad, lalu Muḥammad memberitahukan Sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan Sebagian yang lain (kepada Ḥafshah). Maka, tatkala (Muammad) memberitahukan pembicaraan (antara Ḥafshah dan ‘Ā’isyah), lalu Ḥafshah bertanya, “Siapakah yang telah memberitahukan hali ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
66: 4. Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan). Dan, jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya (dan begitu) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik. Selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.
66: 5. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda, dan yang perawan.
66: 6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
66: 7. Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.
66: 8. Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
66: 9. Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik serta bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
66: 10. Allah membuat istri Nuḥ dan istri Lūth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami. Lalu, kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya. Maka, kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), “Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).”
66: 11. Dan, Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkahlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
66: 12. Dan, Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami. Dan, dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-raong yang taat.

Pengantar.

Ketika qadar Allah berlaku dan menetapkan bahwa Islam sebagai risalah terakhir; menjadikan manhajnya sebagai manhaj yang berlaku selamanya hingga akhir zama; menetapkan agar kehidupan orang-orang yang beriman dengan manhaj itu berjalan seiring dengan sistem alam semesta yang umum; dan agar agama inilah yang memimpin kehidupan manusia dan meliputi segala aktivitasnya dalam setiap aspek kehidupan… maka Allah menciptakan manhaj Islam itu dalam bentuk yang meliputi segalanya, sempurna, dan saling melengkapi serta total dalam segala aspeknya (syāmil, mutakāmil).

Ia memenuhi dan merangsang segala kekuatan manusia dan kesiapannya. Dalam waktu yang sama, ia meninggikan dan menaikkan kekuatan dan kesiapan potensi itu ke tingkat yang layak dan sesuai dengan tugas khalifah Allah di muka bumi. Juga sesuai dengan status sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah atas kebanyakan makhluk-makhluk-Nya dan Dia sendiri telah meniupkan ruh-Nya kepadanya.

Allah telah menjadikan tabiat agama ini bertolak selalu maju berupa pertumbuhan, populisme, ketinggian, dan kesuciannya, pada satu waktu yang menyatu dan seiring bersama. Islam tidak pernah membatalkan dan menghancurkan kekuatan yang membangun. Tidak pernah pula memberangus keahlian dan kesiapan potensi yang bermanfaat. Bahkan, Islam memberikan motivasi dan semangat kepada segala kekuatan dan menyadarkan segala potensi. Namun, dalam waktu yang sama ia juga tetap memelihara keseimbangan gerakan yang mendorong ke depan bersama dengan gerakan menuju ufuk yang mulia.

Itulah yang mempersiapkan bagi ruh-ruh manusia di dunia ini suatu kenikmatan yang luar biasa di akhirat. Juga menyiapkan manusia sebagai makhluk yang fana untuk menjalani keabadian di kehidupan akhirat yang merupakan kampung yang kekal.

 

Ketika qadar Allah berlaku dan menetapkan tabiat akidah Islam seperti ini, maka hal ini berlaku pula dalam pilihan-Nya terhadap rasul-Nya Muhammad s.a.w. sebagai manusia yang akan mencontohkan akidah itu dengan segala karakter-karakternya. Di dalam diri beliau tergambar hakikat akidah itu, dan jadilah Nabi Muhammad s.a.w. dengan kepribadian dan kehidupannya sebagai terjemahan yang benar dan sempurna bagi tabiat dan arahan ideologi akidah itu.

Nabi Muhammad s.a.w. adalah orang yang sempurna kekuatan dan potensinya. Beliau adalah seorang yang berpostur kuat, struktur tubuhnya kuat dan sehat, bangunan tubuhnya kokoh, tubuhnya sehat tanpa cacat, indra-indra sehat serta selalu responsif dan sadar. Juga selalu memiliki cita rasa serta merasakan dan menyelami segala sesuatu dengan sempurna dan sehat. Dalam waktu yang sama, beliau pun adalah seorang yang sangat pengasih, tabiatnya hidup dan dinamis, perasaannya sangat perasa, memiliki apresiasi yang tinggi, dan selalu terbuka untuk belajar dan merespons segala kritikan. Selain itu, beliau adalah seorang yang berakal sangat cerdas, berpikiran sangat luas, berwawasan luas, dan berkemauan keras. Beliau mampu mengendalikan jiwa dan nafsunya, sedangkan keduanya tidak mampu mengendalikan beliau.

Di samping itu dan di atas itu semua, beliau adalah seorang nabi. Ruhnya tercerahkan dengan cahaya yang mencakup dan lengkap. Ruhnya membuatnya mampu melakukan perjalanan isra’ dan mi’rāj. Ruhnya dipanggil dari langit. Ruhnya dapat menyaksikan cahaya Tuhannya, dan hakikat dirinya telah tersambung dengan hakikat alam semesta seluruhnya dari balik segala bentuk dan perkara yang tampak dalam kenyataan. Maka, pasir dan batu pun memberikan salam kepadanya, dahan dan ranting pepohonan tunduk melindunginya dari sengatan cahaya matahari, dan Gunung Uhud pun bergetar karena beliau. Kemudian segala kekuatan dan potensi ini seimbang dalam pribadi beliau. Itulah keseimbangan yang serasi dengan keseimbangan akidah yang telah dipilih Allah untuknya.

Kemudian Allah menjadikan kehidupan beliau yang bersifat pribadi dan umum sebagai kitab yang terbuka bagi umatnya dan bagi seluruh manusia. Di dalamnya manusia dapat membaca gambaran-gambaran tentang akidah ini dan dapat menyaksikan praktik nyatanya dalam kehidupan beliau. Oleh karena itu, kehidupan beliau tidak boleh dirahasiakan dan disembunyikan. Bahkan, harus dipamerkan dan dipaparkan beberapa aspek dari kehidupan beliau dalam al-Qur’ān.

Di dalam al-Qur’ān itu terdapat beberapa tempat yang menyingkapkan aspek-aspek kehidupan Rasulullah. Padahal, biasanya kebanyakan adat manusia berusaha menyembunyikannya dan menguburkannya dari pandangan orang lain. Bahkan, al-Qur’ān sampai menyingkap aspek-aspek kelemahan manusia di mana tidak seorang pun dapat terbebas darinya dengan usaha dan tipu daya apa pun. Sesungguhnya manusia hampir mengetahui dan menyentuh adanya sikap kesengajaan dalam penyingkapan al-Qur’ān ini tentang beberapa bagian kehidupan Rasulullah bagi manusia umumnya secara gamblang.

Sesungguhnya dalam jiwa Rasulullah itu tidak ada yang istimewa dan khusus yang harus disembunyikan, karena beliau bertugas untuk mengemban dakwah Islam ini secara keseluruhan. Lantas kenapa Rasulullah harus menyembunyikan salah satu bagian dari kehidupannya atau menguburkannya? Sesungguhnya kehidupan Rasulullah merupakan pemandangan yang dapat disaksikan, dekat, dan memungkinkan untuk dipraktikkan tentang akidah Islam ini. Rasulullah datang membawanya untuk memaparkannya dan memamerkannya kepada seluruh manusia dalam kepribadian beliau dan kehidupannya, sebagaimana beliau juga menerangkannya dalam haditsnya dan pengarahannya. Dan, untuk inilah Rasulullah diciptakan dan untuk inilah Rasulullah datang ke dunia.

Para sahabat Rasulullah telah menghapal segalanya dari Rasulullah. Kemudian generasi sesudah para sahabat pun menerima pelajaran dari para sahabat. Hapalan tersebut berkaitan dengan perincian-perincian kehidupan Rasulullah. Sehingga, tidak tersisa sedikitpun dari kehidupan Rasulullah baik yang kecil maupun yang besar bahkan hingga kegiatannya sehari-hari dan kebiasaannya, melainkan tertulis dalam rekaman hadits dan dinukilkan hingga saat ini.

Itulah sebagian dari takdir Allah yang telah menentukan bahwa kehidupan Rasulullah tertulis dalam rekaman atau rekaman perincian tentang penjelasan detail mengenai akidah islamiah tergambar dalam kehidupan Rasulullah. Hadits merupakan pelengkap dari bahasan dalam al-Qur’ān yang juga merekam beberapa aspek kehidupan Rasulullah yang akan kekal selamanya hingga akhir kehidupan duniawi.

 

Dalam surah ini dipaparkan lembaran kehidupan rumah tangga Rasulullah dan gambaran tentang gesekan-gesekan, kecenderungan-kecenderungan, dan pengaruh-pengaruh manusiawi yang terjadi di antara sesama istri-istri Rasulullah dan antara mereka semua dengan Rasulullah. Ada juga gambaran tentang beberapa efek samping dari gesekan-gesekan, kecenderungan-kecenderungan, dan pengaruh-pengaruh manusiawi itu terhadap kehidupan Rasulullah dan kehidupan masyarakat Islam pada saat itu. Kemudian efek dan pengaruh itu kita temukan pula dalam pengarahan-pengarahan umum bagi umat Islam atas kejadian yang terjadi dalam rumah tangga Rasulullah dan di antara istri-istri beliau.

Waktu terjadinya peristiwa itu tidak ditentukan secara pasti oleh al-Qur’ān dalam surah ini. Namun, dengan merujuk kepada riwayat-riwayat yang datang dari Rasulullah, dapat disimpulkan dengan kuat bahwa peristiwa itu terjadi setelah Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsy.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *