Hati Senang

Surah at-Taghabun 64 ~ Tafsir ash-Shabuni (2/2)

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Kemudian Allah memberitakan keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan setelah mendustakan risālah. “Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan”; kaum kafir Makkah menuduh dan mengira bahwa Allah selamanya tidak akan membangkitkan mereka dari kubur setelah mati. “Katakanlah: “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan”; hai Muhammad, katakanlah kepada mereka bahwa yang benar tidak sebagaimana yang mereka katakan. Aku bersumpah demi Tuhanku, kalian pasti dibangkitkan hidup dari kubur kalian. “kemudian akan diberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.””; lalu kalian pasti diberitahu semua perbuatan kalian, baik kecil maupun besar, baik hina maupun mulia dan kalian akan dibalas dengannya. “Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”; pembangkitan dan pembalasan itu mudah serta remeh bagi Allah. Sebab, menghidupkan kembali lebih mudah daripada menciptakan pertama kali. Ar-Rāzī berkata: “Mereka mengingkari kebangkitan setelah mereka menjadi debu. Karena itu, Allah memberitahukan bahwa menghidupkan mereka kembali lebih mudah menurut rasio daripada membuat mereka pertama kali.” (6031).

Setelah memberitahukan hari kebangkitan dan menuturkan sikap umat-umat yang mendustakan, Allah memerintahkan untuk berpegangan dengan iman dan al-Qur’ān. “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasūl-Nya dan kepada cahaya (al-Qur’ān) yang telah Kami turunkan”; maka percayalah kalian kepada Allah, Rasūlullāh dan al-Qur’ān. Sebab al-Qur’ān adalah cahaya yang terang dan menghilangkan syubhat, sebagaimana cahaya menghabisi kegelapan. “Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”; tidak ada yang samar bagi Allah dari ‘amal perbuatan kalian. “(Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan (untuk dihisab)”; dan ingatlah hari kiamat yang menakutkan itu, di sana Allah mengumpulkan seluruh makhlūq pada satu tempat untuk perhitungan dan pembalasan. Ibnu Katsīr berkata: “Hari kiamat disebut “hari pengumpulan” sebab pada hari itu Allah mengumpulkan makhlūq dari awal penciptaan hingga akhir pada satu papan. Ini senada dengan ayat: “Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk menghadapinya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhlūq).” (6042) (Hūd: 104). “itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-kesalahan”; itulah hari di mana jelas meruginya orang kafir karena tidak beriman. Orang mu’min membeli surga dengan meninggalkan duniawi dan orang kafir membeli neraka dengan meninggalkan akhirat. Maka jelaslah ruginya orang kafir. Al-Khāzin berkata: “Asal kata taghābun adalah dari kata ghabān yang artinya mengambil sesuatu tanpa membayar. Maghbūn adalah orang yang tidak berjumpa dengan keluarga dan kedudukannya di dalam surga. Sebab, orang kafir mempunyai keluarga dan kedudukan di dalam surga seandainya dia Islam. Maka pada hari itu tampaklah ruginya tiap orang kafir karena tidak beriman dan tampaklah ruginya tiap orang Islam karena ceroboh dalam berbuat kebaikan.” (6053) “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan ‘amal shāliḥ niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya”; barang siapa beriman kepada Allah dan berbuat ‘amal shalih, maka Allah mengampuni dosa-dosanya. “dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”; dan memasukkannya ke dalam surga keni‘matan yang mengalir sungai-sungai di dalam pepohonan dan gedungnya. “mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”; mereka tinggal di surga-surga itu selama-lamanya, tidak akan mati dan tidak akan keluar dari surga. “Itulah keberuntungan yang besar”; tidak ada lagi keberuntungan dan kebahagiaan melebihinya.

Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami”; orang-orang yang menentang keesaan dan kekuasaan Allah serta mendustakan bukti-bukti yang menunjukkan hari kebangkitan dan ayat-ayat al-Qur’ān, “mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”; tempat kembali mereka adalah Jahannam di mana mereka tinggal untuk selama-lamanya. “Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”; neraka adalah tempat kembali dan tempat tinggal terburuk bagi orang-orang kafir dan sesat.

Kemudian Allah memberitakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah karena keputusan dan atas kehendak-Nya. “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan idzin Allah”; tidak seorang pun tertimpa musibah, baik pada dirinya, hartanya maupun anaknya, kecuali karena keputusan dan taqdīr Allah. “dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya”; barang siapa membenarkan Allah dan tahu bahwa segala peristiwa ada karena taqdīr dan keputusan-Nya, maka Allah menunjukkan hatinya untuk sabar, ridhā dan tetap di atas iman. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ya‘ni, Allah menunjukkan hatinya untuk yakin. Sehingga dia menyadari bahwa apa yang sudah ditaqdīrkan tidak mungkin tidak menimpanya dan apa yang tidak ditaqdīrkan tidak akan menimpanya.” (6064). ‘Alqamah berkata: “Yang dimaksud ayat ini adalah seseorang yang tertimpa musibah, lalu dia tahu bahwa musibah itu dari Allah, kemudian dia ridhā terhadap musibah itu dan pasrah kepada keputusan Allah.” (6075) “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”; Allah Maha Tahu segala sesuatu dan tidak ada yang samar bagi-Nya, baik di bumi maupun di langit. Al-Qurthubī berkata: “Ya‘ni bagi Allah, pasrahnya seorang hamba kepada keputusan-Nya dan bencinya hamba yang benci kepada keputusan-Nya (6086) serta tidak puas kepada taqdīr-Nya semuanya tidak samar.”

Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasūl”; taatlah kalian kepada perintah Allah dan Rasūlullāh dalam segala hal yang diperundang-undangkan bagi kalian, baik perintah maupun larangan. Perintah ini diulang-ulang untuk menguatkan dan untuk menjelaskan, bahwa taat kepada Rasūlullāh adalah wajib sebagaimana taat kepada Allah. “, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasūl Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”; jika kalian tidak taat kepada Rasūlullāh dalam hal yang dia ajakkan kepada kalian, yaitu hidayah dan iman, maka beliau tidak menderita kerugian apapun. Sebaliknya yang merugi hanyalah kalian sendiri. Sebab, kewajiban Rasūlullāh hanyalah menyampaikan risālah dan dia sudah menunaikan tugas itu. Allah menyiksa siapa yang durhaka kepadanya dan menentang perintahnya. “Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia”; tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada pencipta selain-Nya. Kepada-Nya-lah kalian bergantung dan kembali. “Dan hendaklah orang-orang mu’min bertawakkal kepada Allah saja”; hai orang mu’min, hanya kepada Allah saja hendaknya kalian berserah diri dalam segala urusan kalian. Ash-Shāwī berkata: “Ini adalah dorongan kepada Nabi s.a.w. agar bertawakkal kepada Allah serta berlindung kepada-Nya. Di samping itu juga mengajarkan umat agar berbuat hal yang sama. (6097) yaitu berlindung kepada Allah dan yakin akan pertolongan-Nya.

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”; hai orang mu’min, sebagian istri dan anak kalian adalah musuh kalian. Mereka menghalangi kalian dari jalan Allah dan mengendorkan kalian untuk taat kepada-Nya. Karena itu, berhati-hatilah kalian, jangan sampai menuruti mereka. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Beberapa orang masuk Islam dan ingin berhijrah, namun istri dan anak mereka mengendorkan mereka. Karena itu, mereka tidak hijrah, kecuali beberapa waktu kemudian. Ketika mereka sampai kepada Nabi s.a.w., mereka melihat orang-orang sudah pandai tentang Islam. Karena itu, mereka menyesal, sedih dan ingin menghukum istri dan anak mereka. Maka turunlah ayat ini. (6108) Ayat ini bersifat umum dan mencakup semua orang yang terganggu dan terhalangi untuk taat kepada Allah oleh istri dan anak. “dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)”; jika kalian memaafkan atas perbuatan mereka mengendorkan kalian dari kebaikan dan mengampuni kesalahan mereka, “maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”; Allah luas ampunan-Nya dan besar rahmat-Nya. Allah memperlakukan kalian sebagaimana kalian memperlakukan mereka.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)”; harta dan anak, tidak lain hanyalah ujian dari Allah kepada umat manusia agar Allah tahu, siapa yang taat dan siapa yang durhaka kepada-Nya. Harta disebutkan lebih dahulu sebab ia lebih berat ujiannya. “di sisi Allah-lah pahala yang besar”; apa yang ada di sisi Allah yaitu pahala dan ganjaran adalah lebih besar daripada harta benda. Karena itu, janganlah harta benda dan anak mengganggu kalian untuk taat kepada Allah. Ayat ini mendorong untuk zuhud (sedikit meni‘mati) dunia. Sebab harta benda dan anak yang menjadi ujian bagi umat manusia. “Maka bertaqwālah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”; hai orang mu’min, kerahkanlah kemampuan kalian dalam taat kepada Allah dan janganlah kalian memaksakan diri sesuatu yang tidak kalian sanggup dan mampu. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Firman ini berlaku untuk perintah dan fadhīlah (hal-hal yang utama), seseorang melakukan apa yang dia sanggup dan mampu. Namun dalam hal larangan, seseorang harus menjauhinya secara total. Hal ini ditunjukkan oleh sabda Nabi s.a.w.: “Jika kami perintahkan sesuatu kepada kalian, maka lakukanlah darinya apa yang kalian sanggupi. Dan apa yang kami larang kalian darinya, maka jauhilah ia.” (6119). “dan dengarlah serta taatlah”; dengarkanlah apa yang dinasihatkan kepada kalian dan taatlah pada hal yang diperintahkan dan dilarang bagi kalian. “dan nafqahkanlah nafqah yang baik untuk dirimu”; dan belanjakanlah di jalan Allah sebagian harta kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian. “Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”; barang siapa selamat dan terbebas dari kikir dan (terbebas dari) mengharapkan milik orang lain, maka dia sukses meraih segala cita-cita.

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat-gandakan (pembalasannya) kepadamu”; jika kalian bersedekah di jalan Allah dengan hati tulus, maka Allah melipat-gandakan pahala dan ganjaran bagi kalian. Sedekah digambarkan sebagai pinjaman adalah untuk mendorong agar seseorang berbuat baik kepada fakir-miskin. “dan mengampuni kamu”; menghapus keburukan kalian. “Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”; Allah memberi balasan kebaikan orang yang berbuat baik dan Maha Penyantun kepada hamba. Karena, Allah tidak menyegerakan siksa pada mereka, padahal dosa mereka banyak “Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata”; Allah Maha Tahu yang ghaib dan yang tampak, tidak ada yang samar baginya. “Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”; Allah Maha menang dalam kerajaan-Nya dan Maha Bijaksana dalam perbuatan-Nya.

Aspek Balāghah.

Dalam surat ini terdapat sejumlah keindahan bahasa sebagai berikut ini:

Pertama, thibāq (kesesuaian rangkaian ma‘na kalimat dari dua lafazh) dalam isim (nama dan kata benda). Misalnya:

فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَ مِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ

Maka di antara kalian ada yang kafir dan ada yang mu’min.”

Demikian juga antara:

الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ

Yang ghaib dan yang tampak.”

Thibāq pada fi‘il (kata kerja), misalnya:

يَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَ مَا تُعْلِنُوْنَ

Dia (Allah) mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian nyatakan.”

Kedua, mendahulukann jārr-majrūr (kata sambung “” (untuk menunjukkan kepemilikan) untuk ḥashr (membatasi):

لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ

Ya‘ni: “hanya milik Allah kerajaan dan puji.”

Ketiga, isti‘ārah (peminjaman istilah) yang lembut:

وَ النُّوْرِ الَّذِيْ أَنْزَلْنَا

Al-Qur’ān disebut cahaya secara isti‘ārah, sebab al-Qur’ān menghilangkan keraguan dan kesalahpahaman sebagaimana cahaya menyirnakan kegelapan.

Keempat, perbandingan antara balasan orang mu’min dan balasan orang kafir:

وَ مَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَ يَعْمَلْ صَالِحًا

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan ber‘amal shāliḥ.”

Dan

وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا أُولئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ خَالِدِيْنَ فِيْهَا

Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya

Kelima, jinas nāqish (dua kata sejenis dengan ma‘na berbeda, tapi berasal dari satu akar kata):

وَ صَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ

Dan Dia (Allah) membentuk rupa kalian dan memperindah bentuk kalian”.

Karena perbedaan harakat.

Keenam, jinas isytiqāq (mengulang kata sejenis):

(أَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ) dan (يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ).

Menimpa musibah” dan “mengumpulkan kalian di hari pengumpulan.”

Ketujuh, ithnāb (uraian) dengan mengulang-ulang fi‘il agar lebih kuat dan untuk lebih memperhatikan ketaatan:

وَ أَطِيْعُوا اللهَ وَ أَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ

Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasūl.”

Kedelapan, shīghat mubālaghah (pola dan bentuk kata berma‘na lebih dan banyak):

وَ اللهُ شَكُوْرٌ حَلِيْمٌ

Allah Maha Berterimakasih dan Maha Penyantun.”

Kesembilan, isti‘ārah tamtsiliyyah (pemimjaman istilah):

إِنْ تُقْرِضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ

Jika kalian meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Dia akan melipat-gandakan pahala bagi kalian

Allah menyerupakan infaq di jalan Allah dan sedekah kepada fakir-miskin dengan orang yang meminjamkan pinjaman yang pasti dibayar kepada Allah. Ini termasuk redaksi yang lembut.

Kesepuluh, sajak yang tertata rapi karena yang disesuaikan dengan akhir-akhir ayat. Misalnya:

وَ اللهُ شَكُوْرٌ حَلِيْمٌ
عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

Catatan:

  1. 603). Tafsīr-ul-Kabīr, 30/23.
  2. 604). Tafsīru Mukhtashari Ibni Katsīr, 3/509.
  3. 605). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/104.
  4. 606). Tafsīr-uth-Thabarī, 28/80.
  5. 607). Tafsīru Mukhtashari Ibni Katsīr, 3/510.
  6. 608). Tafsīr-ul-Qurthubī, 18/140.
  7. 609). Ḥāsyiyat-ush-Shāwī, 4/ 212.
  8. 610). Lihat asbāb-un-nuzūl di muka.
  9. 611). Diriwayatkan Bukhārī-Muslim.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.