Hati Senang

Surah asy-Syarh 94 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-94
AL-INSYIRĀḤ

Surat al-Insyirāḥ bermakna melapangkan dada. Diturunkan di Makkah sesudah surat adh-Dhuḥā. Surat al-Insyirāḥ juga dinamakan asy-Syarḥ, terdiri dari 8 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Sebagian ‘ulamā’ berpendapat bahwa surat ini adalah surat Madaniyyah. Pendapat ini lebih kuat dari segi ma‘na.

Surat ini menjelaskan bahwa Allah telah menyiapkan Muḥammad untuk menjadi Rasūl (pembawa risalah). Karenanya, Allah mencurahkan nikmat-Nya yang berlipat-lipat kepada Muḥammad dan melapangkan dadanya, sehingga dia mampu memikul beban yang berat.

Surat ini menerangkan ketinggian derajat nama Maḥammad. Allah menggandengkan nama Muḥammad dengan nama-Nya dalam kalimat syahadat, bacaan tasyahhud, adzan, dan iqamat.

Semua penderitaan yang dialami Muḥammad berakhir dengan diperolehnya kemenangan dan kelapangan. Allah menyuruh Nabi supaya segera menunaikan tugas satu demi satu, di samping beribadat dan menyembah Allah.

Pada akhirnya Allah menyuruh Muḥammad supaya memanjatkan doanya langsung kepada Dia.

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Persesuaian antara surat yang telah lalu (adh-Dhuḥā) dengan surat ini sangat erat sekali. Thāwus dan ‘Umar ibn ‘Abd-il-‘Azīz pernah berkata: “Dua surat ini adalah satu.” Beliau membaca kedua surat itu sekaligus dalam satu rakaat shalat dengan tidak memisahkan antara keduanya dengan bacaan “Basmalah”.

Nukilan yang mutawatir menegaskan bahwa masing-masing dari kedua surat ini berdiri sendiri. Walaupun ma‘nanya berhubungan sangat erat, karena kedua surat menjelaskan nikmat Ilahi dan kita wajib mensyukurinya.

C. TAFSĪR SURAT AL-INSYIRĀḤ

  1. Kemegahan Terbesar adalah Menyebut Nabi s.a.w. dalam Kalimat Iman. Jiwa akan Menjadi Unggul dengan Kesabaran dan Bertawakkal kepada Allah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm
Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ.

A lam nasyraḥ laka shadrak.
“Bukankah dadamu telah Kami lapangkan?” (al-Insyirāḥ [94]: 1)

Kami (Allah) telah melapangkan dadamu untuk menjalankan tugas dakwah dengan sebaik-baiknya dan untuk memikul beban-beban da‘wah dengan jiwa yang ikhlas dan hati yang mantap. Pada mulanya, Rasūl memang merasa dadanya sempit mendengar cemoohan-cemoohan orang Quraisy dan merasa sedih atas perilaku mereka yang menentang seruannya.

Kamu, hai Muḥammad, mencari-cari jalan untuk menunjuki kaummu. Maka sekarang kamu telah diberi jalan yang harus kamu tempuh untuk melepaskan mereka dari kebinasaan.

وَ وَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ. الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ.

Wa wadha‘nā ‘anka wizrak. Alladzī anqadha zhahrak.
“Dan Kami telah menghilangkan darimu suatu beban. (1) Yaitu beban yang memberati punggungmu.” (2) (al-Insyirāḥ [94]: 2-3)

Kami telah menyingkirkan beban yang memberati pundakmu dan Kami telah menjadikan usaha menyampaikan agama kepada umat sebagai suatu usaha yang mudah kamu lakukan. Jiwamu pun merasa tenang dan gembira menjalankan tugas itu.

وَ رَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ.

Wa rafa‘nā laka dzikrak.
“Kami telah meninggikan sebutan (nama) kamu.” (al-Insyirāḥ [94]: 4).

Kami telah menjadikan kamu sebagai orang yang tinggi derajatnya, tinggi kedudukannya, dan besar nilainya. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan kenabian yang telah diberikan kepadamu. Tidak ada sebutan yang lebih mulia seperti yang diberikan oleh para pengikutmu.

Apabila kita memperhatikan bacaan adzan, takbir, doa, dan shalawat, maka senantiasa kita dapati penyebutan nama Allah selalu diiringi dengan penyebutan nama Muḥammad. Allah memang telah menjadikan tugas menaati Rasūl masuk ke dalam tugas menaati Allah. Begitu pula tugas mencintai Rasūl, masuk ke dalam tugas mencintai Allah.

Bukankah para sahabat juga berlomba-lomba mendatangi majlis Rasūl untuk mendengarkan pembicaraan Rasūl? Itu adalah sebagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada Rasūl-Nya.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.

Fa inna ma‘al ‘usri yusrā.
“Maka, sesungguhnya kesulitan disertai kemudahan.” (al-Insyirāḥ [94]: 5).

Kita akan memperoleh kelapangan beserta kesempitan. Kita pun akan bisa mencapai apa yang kita maksudkan, walaupun sarana untuk mencapainya tidak mencukupi, asal kita sabar dan bertawakkal kepada Tuhan. Karena Allah telah menetapkan bahwa kelapangan diperoleh bersama-sama dengan kesukaran.

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.

Inna ma‘al ‘usri yusrā.
“Sesungguhnya kesulitan disertai kemudahan.” (al-Insyirāḥ [94]: 6).

Apabila kamu tahan menderita dengan kemauan yang kuat dan kamu mengerjakan dengan sekuat tenagamu untuk melepaskan diri dari kesukaran, serta bersenjata kesabaran, maka akan datanglah kemudahan sesudah kesukaran itu.

Nabi menghadapi kesulitan dengan kepapaan dan kurang pembantu, di samping menghadapi musuh yang kuat. Demikian pula para sahabat Nabi. Tetapi dengan kesabaran, Nabi akhirnya memperoleh harta yang banyak, memperoleh pembantu yang kuat-kuat, di samping kekuatan musuhpun menjadi lemah.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ.

Fa idzā faraghta fanshab.
“Apabila kamu telah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka bekerjalah dengan lebih keras lagi.” (al-Insyirāḥ [94]: 7).

Apabila kamu telah selesai dengan suatu usaha, maka mulailah dengan usaha yang lain sambil berpegang kepada taufīq Allah.

وَ إِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Wa ilā rabbika farghab.
“Hanya kepada Tuhan, kamu mengharapkan pengharapan”. (al-Insyirāḥ [94]: 8).

Janganlah kamu mengharapkan pahala dan hasil usaha, melainkan kepada Tuhanmu sendirri. Sebab, hanya Tuhanlah yang dapat memberikan semua kebutuhanmu dan bertawakkallah kepada-Nya.

D. KESIMPULAN SURAT.

Dalam ayat-ayat ini diterangkan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada Muḥammad serta menjanjikan akan melenyapkan gangguan-gangguan yang dihadapi Nabi. Allah juga memerintahkan Nabi supaya terus-menerus mengerjakan amalan yang saleh dan hanya menggantungkan harapan kepada-Nya semata.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.