Surah asy-Syarh 94 ~ Tafsir al-Jailani

Dari Buku: TAFSIR al-Jaelani
Oleh: Syekh ‘Abdul-Qadir Jaelani
Penerjemah: Abdul Hamid

Penerbit: PT. SAHARA intisains

Surah ke 094; 8 ayat
Alam Nasyraḥ
(bukankah Kami telah melapangkan).

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Pembuka Surah Alam Nasyrah

Orang yang telah dilapangkan dadanya oleh Allah s.w.t. untuk memeluk Islam dan diluaskan hatinya untuk menerima semua hukum – di mana perluasan hati yang dilakukan Allah s.w.t. kepadanya itu disesuaikan dengan keadaan dan perkembangannya yang tidak terbatas, sebagai akibat dari nama-nama dan sifat-sifatNya -; pasti mengetahui kalau kelapangan dada dan keluasan hati merupakan salah satu tanda adanya perlindungan Ilahi untuk membebaskan hamba-Nya. Sebab maqam persaudaraan dan kekhalifahan akan menghasilkan kelapangan dan keluasan, dan itu merupakan salah satu futūḥāt-ul-ilāhiyah terbesar.

Karena itulah Allah s.w.t. berbicara kepada kekasih-Nya, Muḥammad s.a.w., di maqam anugerah. Lalu Dia menegurnya demi untuk memperingatkannya tentang keagungan dan kemuliaan posisinya di sisi Diri-Nya. Lalu untuk memberikan pemahaman kepadanya, yang disertai dengan penegasan dan pengukuhan, Dia berfirman: (بِسْمِ اللهِ) [Dengan menyebut nama Allah] yang telah melapangkan dada hamba-Nya untuk menerima berbagai macam rahasia ma‘rifat dan keyakinan, (الرَّحْمنِ) [Yang Maha Pemurah] kepada mereka dengan menangkis segala macam dosa dan beban berat yang dapat menghalangi penerimaan ma‘rifat dan keyakinan setelah Dia memberi petunjuk kepada mereka untuk menempuh jalan yang terang, (الرَّحِيْمِ) [lagi Maha Penyayang] kepada mereka dengan cara meninggikan derajat dan mengangkat pujian mereka kepada-Nya setelah Dia mengeluarkan mereka dari kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan mereka menuju surga ‘Iliyyīn yang tertinggi.

Ayat 1.

(أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ) [Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu], wahai Rasul yang paling sempurna? Bukankah Kami telah memilihmu untuk memegang tongkat niyābah (perwakilan) dan risalah? Bukankah Kami telah melapangkan dan meluaskan jiwamu untuk bisa menyampaikan ayat-ayat yang datang kepadamu dari Kami, dan menjalankan hukum-hukum yang berasal dari sisi Kami, meskipun kamu seorang ummiy (tidak bisa baca-tulis) dan tidak mengetahui sama sekali tentang ayat dan dampaknya?

Setelah Kami melapangkan dadamu untuk menerima syi‘ar Islam, ajaran-ajaran agama, dan uraian tauhid, Kami memilihmu untuk mengemban risalah dan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia.

Ayat 2.

(وَ) [Dan] setelah Kami memerintahkanmu untuk menyampaikan risalah, (وَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ) [Kami menghilangkan daripadamu bebanmu] yang tiba-tiba mendatangimu, karena kamu memikul beban berat risalah dan berkewajiban menyampaikannya.

Ayat 3.

(الَّذِيْ) [yang] karena begitu besar dan susahnya sehingga (أَنْقَضَ) [memberatkan], memecahkan, dan menghancurkan (ظَهْرَكَ) [punggungmu]. Sebab kamu adalah seorang ummiy yang merasa bingung menghadapi sejumlah hukum yang diperintahkan. Karena itulah masalah tersebut sangat membebani dan menyulitkan dirimu.

Ayat 4.

(وَ) [Dan] setelah Kami memberi petunjuk kepadamu untuk menyampaikan risalah dan menguatkanmu dengan ayat-ayat yang diturunkan sebagai sumber hukum, (رَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ) [Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu], di mana Kami menyejajarkan namamu dengan nama Kami, Kami mengangkatmu sebagai wakil Kami, dan Kami memilihmu untuk menjadi khalifah dan kepercayaan Kami. Karena itulah Kami menurunkan ayat:

“Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (an-Nisā’ [4]: 80).

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.” (al-Fatḥ [48]: 10).

Dan berbagai ayat lainnya. Adakah keagungan dan kemuliaan yang lebih tinggi dan lebih besar dari ini?

Setelah Kami memuliakanmu dengan berbagai macam kemuliaan yang agung semacam ini, maka janganlah kamu merasa putus asa dari meraih kasih sayang, rahmat, pertolongan, dan bantuan Kami yang sangat luas. Janganlah kamu merasa sedih atau tindakan menyakitkan dan cemoohan kaummu serta permusuhan dan penantangan mereka yang begitu berani kepadamu.

Ayat 5.

(فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ) [Karena sesungguhnya sesudah kesulitan] yang disajikan dan ditimpakan kepadamu oleh mereka, (يُسْرًا) [itu ada kemudahan] yang berasal dari Allah s.w.t., yang datang dan sampai kepadamu dari jalan yang tidak kamu sangka-sangka.

Ayat 6.

Lalu Allah s.w.t. mengulangi lagi firman-Nya untuk lebih memberikan penekanan, (إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ) [Karena sesungguhnya sesudah kesulitan] yang menimpamu saat ini, (يُسْرًا) [itu ada kemudahan] dari Kami yang senantiasa mengiringimu kapan saja.

Me-ma‘rifat-kan lafal (الْعُسْرِ) dan me-nakirah-kan lafal (يُسْرًا) di sini mengisyaratkan kalau jalan kesulitan dan medianya, jumlahnya hanya sedikit; sedangkan jalan kebaikan dan medianya, jumlahnya sangat banyak. Maksud dari ayat ini adalah; janganlah kamu merasa putus asa menghadapi kesulitan yang tiba-tiba mendatangimu, yang sifatnya hanya temporal semata, dibandingkan dengan kemudahan yang senantiasa menyertaimu dalam sebagian besar waktu yang kamu lalui dan selalu mengiringi semua keadaanmu.

Setelah Kami memerintahkanmu untuk menyampaikan risalah dan mengutusmu untuk menyebarkannya, maka kamu pun harus mengerjakan ketentuan wahyu dan ilham yang diperintahkan kepadamu.

Ayat 7.

(فَإِذَا فَرَغْتَ) [Maka apabila kamu telah selesai] dari berdakwah dan menyampaikan wahyu sesuai dengan posisi kenabian dan risalah (فَانْصَبْ) [letihkanlah] jiwamu dan iringilah ia dengan berbagai mujāhadah (kerja keras) dan riyādhah (latihan) yang dapat mencabut akar semua tuntutan dunia dari asalnya, sesuai dengan tingkatan wilāyah yang kamu tempati.

Ayat 8.

(وَ) [Dan] ringkasnya, (إِلَى رَبِّكَ) [hanya kepada Rabbmulah], bukan kepada selain Diri-Nya dari berbagai macam wasīlah dan faktor kehidupan: (فَارْغَبْ) [hendaknya kamu berharap] dalam khalwatmu, shalatmu, dan dalam semua aḥwāl (keadaan rohani) dan maqāmmu, tanpa memandang sama sekali pada wasilah dan perantara yang sangat jelas terlihat.
Penutup Surah Alam Nasyraḥ.

Wahai orang yang mencari dan menginginkan Allah s.w.t. serta berniat untuk beri‘tikaf di depan pintu-Nya; kamu harus mengosongkan perhatianmu dari segala macam angan-angan, harapan, dan kesibukan yang dapat merintangimu untuk bisa mengalami kefana’an (meniadakan diri) dengan-Nya. Kamu juga harus membenci dunia dan isinya, harus berjalan menuju kepada-Nya melalui jalan kefana’an, dan harus bisa mencampakkan semua kebutuhan hidup yang palsu; hingga kamu sampai di martabat orang yang mengalami kematian kehendak dan senantiasa mengiringi Dzat Yang Maha Kekal selamanya.

Semoga Allah s.w.t. memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang mencintai Allah s.w.t. dan membenci dunia, dengan karunia dan kedermawanan-Nya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *