Surah ash-Shaff 61 ~ Tafsir ash-Shabuni (1/2)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah ash-Shaff 61 ~ Tafsir ash-Shabuni

061

SŪRAT-USH-SHAFF

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Surat ash-Shaff termasuk surat-surat Madaniyyah yang mementingkan masalah syarī‘at. Surat ini berbicara mengenai peperangan melawan musuh-musuh Allah, berniat baik di jalan Allah untuk mengagungkan agama-Nya tentang perniagaan yang menguntungkan dan membawa kebahagiaan dunia akhirat. Namun inti surat adalah peperangan dan itulah sebabnya disebut surat ash-Shaff (barisan).

Surat ini diawali – setelah mensucikan dan mengagungkan Allah – dengan memperingatkan orang mu’min agar tidak menyalahi janji dan memenuhi perjanjian. “Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

Setelah itu, surat ini berbicara mengenai berperang melawan musuh-musuh Allah dengan berani. Sebab, seorang mu’min berperang karena tujuan yang agung, yaitu meninggikan menara kebenaran dan mengagungkan kalimat Allah. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

Setelah itu surat ini menyinggung sikap kaum Yahudi terhadap da‘wah Mūsā dan ‘Īsā a.s. serta penderitaan yang dialami kedua rasūl itu di jalan Allah. Hal itu untuk menghibur Nabi s.a.w. atas penderitaan yang beliau alami karena kafir Quraisy. “Dan (ingatlah) ketika Mūsā berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku.”

Di samping hal di atas, surat ash-Shaff juga membahas sunnah Allah yaitu menolong agama-Nya, nabi-nabiNya, dan wali-waliNya serta membuat perumpamaan bagi orang kafir dalam keteguhan mereka untuk memerangi agama Allah, sebagai orang yang ingin memadamkan cahaya matahari dengan mulutnya yang hina: “Mereka ingin/hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.

Surat ini juga mengajak orang mu’min menuju perdagangan yang menguntungkan dan mendorong mereka agar berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta yang berharga agar mereka meraih kebahagiaan abadi yang besar, di samping kemenangan yang langsung terjadi di dunia. Surat ini berbicara kepada mereka dengan gaya bahasa targhīb (mendorong) dan tasywīq (menciptakan perasaan rindu). “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari ‘adzāb yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya dan berjihad di jalan Allah.

Akhirnya surat ash-Shaff ditutup dengan mengajak orang mu’min untuk menolong agama Islam, sebagaimana yang dilakukan Ḥawārī, sahabat ‘Īsā ‘alaih-is-salām ketika dia mengajak mereka untuk memolong agama Allah. Lalu, mereka mau menolong Rasūl dan kebenaran yang dibawanya: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ‘Īsā putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah? Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah.”

 

TAFSIR SURAT ASH-SHAFF

Sūrat-ush-Shaff, Ayat: 1-9

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

سَبَّحَ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ. إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ. وَ إِذْ قَال مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُوْنَنِيْ وَ قَدْ تَّعْلَمُوْنَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوْا أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. وَ إِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَ مُبَشِّرًا بِرَسُوْلٍ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوْا هذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ. وَ مَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَ هُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ. يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِؤُوْا نُوْرَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَ اللهُ مُتِمُّ نُوْرِهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ.

61: 1. Bertasbīḥ kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
61: 2. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
61: 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
61: 4. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
61: 5. Dan (ingatlah) ketika Mūsā berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fāsiq.
61: 6. Dan (ingatlah) ketika ‘Īsā Putra Maryam berkata: “Hai Bani Isrā’īl, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurāt dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasūl yang akan datang sesudahku, yang namanya Aḥmad (Muḥammad)” Maka tatkala rasūl itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”
61: 7. Dan siapakah yang lebih zhālim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhālim.
61: 8. Mereka ingin/hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.
61: 9. Dia-lah yang mengutus Rasūl-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.”

 

Tinjauan Bahasa.

(سَبَّحَ): mengagungkan dan mensucikan Allah dari sifat-sifat kurang.

(الْعَزِيْزُ): Yang menang dan tak terkalahkan.

(الْحَكِيْمُ): Yang meletakkan hal-hal pada tempatnya dan apa yang sesuai dengan hikmah.

(مَقْتًا): kebencian. Az-Zamakhsyarī berkata: “Yaitu kemarahan paling tinggi dan paling fatal. (5291).

(مَّرْصُوْصٌ): yang menempel sebagian dengan yang lain. Al-Farrā’ berkata: “Ma‘na asalnya bangunan yang dirapatkan sehingga bagaikan satu potongan (5302).

(زَاغُوْا): melenceng dari petunjuk dan kebanaran.

(الْبَيِّنَاتِ): mu‘jizat-mu‘jizat yang jelas.

Asbāb-un-Nuzūl

Diriwayatkan bawa kaum Muslimīn berkata: “Jika kami tahu perbuatan yang paling dicintai Allah, tentu kami korbankan harta-benda kami dan jiwa raga kami. Namun ketika Allah mewjibkan jihad, sebagian dari mereka membencinya. Maka Allah menurunkan firman: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (5313).

Tafsir Ayat.

Bertasbīḥ kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi”; mensucikan dan mengagungkan Allah, segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yaitu malaikat, manusia, tumbuhan, hewan, dan benda tak hidup. “Dan tak ada suatupun melainkan bertasbīḥ dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbīḥ mereka.” (al-Isrā’: 44). Imām ar-Rāzī berkata: “Ya‘ni bersaksi terhadap ketuhanan Allah dan keesaan-Nya serta sifat-sifat terpuji lainnya, segala sesuatu yang ada di langit dan bumi.” (5324) “dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”; Allah-lah Yang Maha Menang dalam kerajaan-Nya dan Bijaksana dalam perbuatan-Nya serta tidak berbuat kecuali apa yang sesuai dengan hikmah.

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?”; hai orang-orang yang mempercayai Allah dan Rasūlullāh, kenapa kalian mengucapkan apa yang tidak kalian lakukan di antara kebaikan yang dikenal. Kata tanya ini berma‘na penolakan dan kritikan. Ibnu Katsīr berkata: “Ayat ini mengingkari orang yang berjanji atau mengucapkan ucapan yang tidak dilakukannya.” Dalam Shaḥīḥ Bukhārī dan Muslim disebutkan: “Tanda munāfiq ada tiga: jika berjanji, (dia) menyalahi, jika bercerita, (dia) bohong dan jika dipercaya, (dia) berkhianat.” (5335).

Kemudian Allah menguatkan pengingkaran di atas: “Amat besar kebencian di sisi Allah”; perbuatan kalian itu besar kebenciannya di sisi Tuhan kalian. “bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”; jika kalian mengatakan sesuatu, lalu kalian tidak melakukannya dan menjanjikan sesuatu lalu kalian tidak memenuhinya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Beberapa orang mu’min ketika perang belum diwajibkan berkata: “Kami sungguh suka jika Allah menunjukkan kepada kami perbuatan yang paling Dia cintai, lalu kami melakukannya. Kemudian Allah memberitahu Nabi s.a.w. bahwa perbuatan yang paling Dia cintai adalah iman kepada Allah tanpa bimbang dan berjihad melawan orang yang durhaka kepada-Nya dan melawan iman serta tidak mengakuinya. Ketika jihad turun, maka beberapa orang dari mu’min membencinya dan keberatan melakukannya. Maka turunlah ayat ini. (5346). Pendapat lain menegaskan yang dilarang dalam ayat adalah seseorang menyuruh saudaranya melakukan kebaikan namun dia sendiri tidak melakukannya dan dia melarangnya melakukan kemungkaran, namun dia malah melakukannya. Ini sema‘na dengan ayat: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri?” (al-Baqarah: 44).

Kemudian Allah memberitahu mereka tentang, fadhilah jihad di jalan-Nya. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur”; Allah mencintai orang-orang yang berjihad dan membariskan dirinya ketika perang serta teguh di tempatnya ketika bertemu dengan musuh. “seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”; seakan-akan lurus mereka dan teguh mereka dalam peperangan bagaikan bangunan yang sebagian tersusun kokoh dengan yang lain sehingga menjadi satu benda. Al-Qurthubī berkata: “Ma‘na ayat adalah Allah menyukai orang yang teguh dalam perang di jalan-Nya dan selalu berada di tempatnya seperti teguhnya bangunan. Ini ajaran dari Allah kepada orang mu’min, bagaimana seharusnya mereka ketika berperang dengan musuh mereka.” (5357).

Setelah menjelaskan perintah perang, Allah menjelaskan bahwa Mūsā dan ‘Īsā memerintahkan tauhid, berjihad di jalan-Nya dan disakiti karena hal itu. “Dan (ingatlah) ketika Mūsā berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku”; hai Muḥammad, ingatlah kisah hamba dan Kalīm Allah, Mūsā bin ‘Imrān, ketika dia berkata kepada kaumnya Bani Isrā’īl: “Kenapa kalian melakukan sesuatu yang menyakitkan aku?” (5368) “sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?””; sementara kalian tahu dengan pasti karena mu‘jizat-mu‘jizat yang kalian lihat, bahwa aku tutusan Allah kepada kalian dan kalian tahu kebenaranku mengenai risālah yang aku datangkan kepada kalian? Ini untuk menghibur Nabi s.a.w. atas perlakuan kafir Quraisy kepada beliau: “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka”; ketika mereka melenceng dari kebenaran, maka Allah menyelewengkan hati mereka dari hidāyah. “dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fāsiq”; Allah tidak memberi taufīq dan petunjuk kepada orang yang fāsiq dan tidak taat kepada-Nya. Ar-Rāzī berkata: “Ayat ini mengingatkan besarnya dosa menyakiti rasūl, sampai dosa itu membawa kepada kekafiran dan jauhnya hati dari hidāyah.” (5379).

Kemudian Allah menyebutkan kisah ‘Īsā. “Dan (ingatlah) ketika ‘Īsā Putra Maryam berkata: “Hai Bani Isrā’īl, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu”; hai Muḥammad sebutkanlah kisah ini kepada kaummu, ketika ‘Īsā berkata kepada Bani Isrā’īl: “Aku adalah utusan Allah kepada kalian sebagaimana disebutkan dalam Taurāt.” Al-Qurthubī berkata: “ ‘Īsā tidak berkata: “hai kaumku” sebagaimana kata Mūsā, sebab ‘Īsā tidak mempunyai nasab pada Bani Isrā’īl. (53810) Sebab, dia tidak mempunyai bapak pada mereka.” “membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurāt”; aku membenarkan dan mengakui hukum-hukum Taurāt, kitab-kitab Allah dan nabi-nabi Allah seluruhnya. Aku sama sekali tidak mendatangkan sesuatu yang berlawanan dengan Taurāt, sebab hal itu menyebabkan kalian lari dariku. “dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasūl yang akan datang sesudahku, yang namanya Aḥmad (Muḥammad)”; aku juga datang untuk memberitahukan berita gembira kepada kalian, yaitu terutusnya seorang rasūl sesudah aku yang bernama Aḥmad. Al-Alūsī berkata: “Aḥmad adalah nama bagi Nabi s.a.w., sebagaimana dikatakan Ḥassan r.a.:

Semoga Tuhan dan malaikat yang mengelilingi ‘Arasy bersalawat

Kepada orang yang penuh berkah, Aḥmad.” (53911).

Dalam hadits disebutkan: “Bagiku lima nama; aku Muḥammad, aku Aḥmad, aku Ḥāsyir di mana umat manusia digiring di atas telapak kakiku, aku Māḥī yang denganku Allah menghapus kekafiran, aku ‘Āqib.” (54012) Arti ‘Āqib adalah yang tidak ada nabi setelahku.” Diriwayatkan bahwa para sahabat berkata: “Ya Rasūlullāh, beritahulah kami tentang dirimu.” Beliau bersabda: “(Aku adalah perwujudan) Doa ayahku Ibrāhīm, berita gembira ‘Īsā. Ketika mengandung, Ibuku bermimpi, seakan-akan darinya keluar sebuah cahaya yang karenanya istana-istana Syām terang benderang.” (54113) “Maka tatkala rasūl itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata”; ketika ‘Isa datang kepada Bani Isrā’īl dengan membawa mu‘jizat-mu‘jizat yang nyata; menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan orang lepra dan mu‘jizat sejenisnya yang membuktikan kebenaran risālahnya. (54214) “mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.”; mereka berkata: “ ‘Īsā ini tukang sihir yang datang kepada kita dengan membawa sihir yang hebat ini.” Yang dimaksudkan sihir oleh mereka adalah mu‘jizat-mu‘jizat yang ada di tangan ‘Īsā. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Setiap nabi memberitahukan berita gembira kepada kaumnya, bahwa akan ada nabi bernama Muḥammad. Namun di sini yang disebutkan hanya ‘Īsā, sebab beliau adalah nabi terakhir sebelum Muḥammad s.a.w. Karena itu Allah menjelaskan, bahwa berita gembira itu diberitakan oleh seluruh nabi satu persatu, hingga berakhir pada ‘Īsā a.s. nabi terakhir Bani Isrā’īl.

Dan siapakah yang lebih zhālim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam?”; kalimat tanya ini berarti menafikan. Maksudnya, tidak seorangpun lebih zhālim daripada orang yang diajak (kepada) Islam oleh Allah lewat lidah nabi-Nya, namun sebagai jawabanya dia malah berdusta dengan menyebut nabi Allah sebagai penyihir dan menyebut mu‘jizat Allah sebagai sihir. “Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhālim”; Allah tidak memberi taufīq kepada orang yang durhaka dan zhālim serta tidak menunjukkannya kepada keberuntungan dan hidāyah. “Mereka ingin/hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka”; orang-orang kafir bermaksud memadamkan agama Allah dan syarī‘at-Nya yang terang dengan mulut mereka. Ar-Rāzī berkata: “Kata memadamkan cahaya Allah adalah menertawakan keinginan mereka untuk menghancurkan Islam, yaitu dengan mengatakan bahwa al-Qur’ān sihir. Keadaan mereka diserupakan dengan keadaan orang yang meniup cahaya matahari dengan mulutnya untuk memadamkannya.” (54315) Hal tersebut menertawakan dan mencibir mereka. “dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya”; Allah memenangkan agama-Nya, menyebarkannya di penjuru jagat dan mengunggulkan di atas agama-agama lain. Sebagaimana dalam hadits: “Sesungguhnya Allah mengumpulkan bumi, lalu aku melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai apa yang dikumpulan untukku darinya….” (54416) Ya‘ni agama Islam akan tersebar di belahan timur dan barat bumi ini. “meskipun orang-orang kafir benci”; meskipun orang-orang kafir yang jahat membenci hal itu. Allah tetap mengagungkan Islam ini, meskipun orang kafir tidak suka. Dalam Ḥāsyiyat-ul-Baidhawī disebutkan, kaum kafir Makkah membenci agama Islam karena mereka tenggelam dalam kesyirikan dan kesesatan. Maka yang tepat dalam membalas sikap itu adalah dengan menghinakan dan merendahkan mereka dengan memenangkan kebenaran yang mereka benci. Namun yang dimaksudkan bukanlah dengan menghilangkan dan membersihkan orang yang kafir di dunia ini. Tapi yang dimaksudkan adalah pemeluk Islam menang dan mulia di atas seluruh pemeluk lain dengan hujjah dan pedang sampai akhir zaman.” (54517).

Dia-lah yang mengutus Rasūl-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar”; Allah dengan kuasa dan ḥikmah-Nya, mengutus rasūl-Nya Muḥammad dengan membawa al-Qur’ān yang jelas dan agama yang terang. “agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama”; agar Allah mengunggulkan Islam atas agama lain, yaitu Yahudi, Nashrani dan lainnya. “meskipun orang-orang musyrik benci”; meskipun musuh-musuh Allah tidak menyukai hal itu, yaitu orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah. Abū Su‘ūd berkata: “Allah merealisasikan janji-Nya dengan mengunggulkan Islam, yaitu tidak ada agama selain Islam, kecuali terkalahkan oleh Islam.” (54618).

Catatan:

  1. 529). Tafsīr-ul-Kasysyāf, 4/314.
  2. 530). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/311.
  3. 531). Tafsīru Abī Su‘ūd, 5/159.
  4. 532). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/310.
  5. 533). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/491.
  6. 534). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/492 dan pendapat tersebut pilihan ath-Thabarī.
  7. 535). Tafsīr-ul-Qurthubī, 18/82.
  8. 536). Al-Qurthubī berkata: “Hal yang menyakitkan Mūsā adalah tuduhan mereka bahwa Mūsā buah pelirnya besar dan melihat mereka lewat seorang wanita agar dia mengaku, bahwa Mūsā telah berbuat hal lacur. Termasuk hal yang menyakitkan ini adalah ucapan mereka: Buatlah tuhan untuk kami sebagaimana mereka mempunyai tuhan dan ucapan mereka: Pergilah kamu bersama Tuhanmu, lalu kalian berdua berperanglah.
  9. 537). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/313.
  10. 538). Tafsīr-ul-Qurthubī, 18/83.
  11. 539). Tafsīr-ul-Alūsī, 28/86.
  12. 540). Diriwayatkan Bukhārī Muslim.
  13. 541). Sīratu Ibni Isḥāq. Ibnu Katsīr berkata: “Sanadnya bagus.”
  14. 542). Ini pendapat yang benar. Dhamīr (kata ganti) kembali kepada ‘Īsā, sebab dialah yang dibicarakan. Pendapat lain, dhamīr kembali kepada Aḥmad yang diberitahukan ‘Īsā. Pendapat pertama didukung oleh al-Baidhawī, al-Alūsī, dan Abū Ḥayyān dan inilah pendapat yang benar.
  15. 543). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/314.
  16. 544). Bagian dari hadits panjang yang diriwayatkan Muslim. Yang dimaksudkan adalah Allah mengumpulkan bumi, sehingga Nabi melihat bumi itu.
  17. 545). Ḥāsyiyah Zādah ‘alal-Baidhawī, 3/490.
  18. 546). Tafsīru Abī Su‘ūd, 5/161.