Surah ash-Shaf 61 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah ash-Shaf 61 ~ Tafsir al-Jalalain

061

SŪRAT-USH-SHĀF

Makkiyyah atau Madaniyyah, 14 ayat
Turun sesudah Sūrat-ut-Taghabun

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

سَبَّحَ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. (سَبَّحَ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ) “Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi” ya‘ni semuanya memahasucikan-Nya. Huruf lām yang terdapat pada lafal lillāh adalah huruf zā’idah; dan di sini dipakai lafal , karena lebih memprioritaskan yang mayoritas (وَ هُوَ الْعَزِيْزُ) “dan Dialah Yang Maha Perkasa” di dalam kerajaan-Nya (الْحَكِيْمُ.) “lagi Maha Bijaksana” di dalam perbuatan-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ) “Hai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan” sewaktu kalian meminta berjihad (مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.) “apa yang tidak kalian perbuat” karena ternyata kalian mengalami kekalahan atau mundur dalam perang Uhud.

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.

  1. (كَبُرَ) “Amat besar” ya‘ni besar sekali (مَقْتًا) “kebencian” lafal maqtan berfungsi menjadi tamyīz (عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا) “di sisi Allah bahwa kalian mengatakan” lafal an taqūlū menjadi fā‘il dari lafal kabura (مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.) “apa-apa yang tiada kalian kerjakan”.

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ.

  1. (إِنَّ اللهَ يُحِبُّ) “Sesungguhnya Allah menyukai” artinya selalu menolong dan memuliakan (الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهِ صَفًّا) “orang-orang yang berperang di jalannya dalam barisan yang teratur” lafal shaffan merupakan ḥāl atau kata keterangan keadaan, ya‘ni dalam keadaan berbaris rapi (كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ.) “seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh” ya‘ni sebagian di antara mereka menempel rapat dengan sebagian yang lain lagi kokoh.

وَ إِذْ قَال مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُوْنَنِيْ وَ قَدْ تَّعْلَمُوْنَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوْا أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.

  1. (وَ) “Dan” ingatlah (إِذْ قَال مُوْسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُوْنَنِيْ) “ketika Mūsā berkata kepada kaumnya: Hai kaumku! Mengapa kalian menyakitiku?” mereka mengatakan bahwa Nabi Mūsā itu orang yang besar buah pelirnya atau berpenyakit burut, padahal kenyataannya tidaklah demikian, dan mereka pun mendustakannya (وَ قَدْ) “padahal sesungguhnya” lafal qad di sini menunjukkan ma‘na taḥqīq (تَّعْلَمُوْنَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ) “kalian mengetahui, bahwa aku adalah utusan Allah kepada kalian.” Kalimat wa qad ta‘lamūna dan seterusnya berkedudukan menjadi ḥāl atau kata keterangan keadaan. Dan seorang yang menjadi rasūl itu seharusnya kalian hormati. (فَلَمَّا زَاغُوْا) “Maka tatkala mereka berpaling” maksudnya menyimpang dari kebenaran, karena mereka telah menyakitinya (أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ) “Allah memalingkan hati mereka” dari jalan petunjuk, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan-Nya di zaman azali (وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.) “dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fāsiq” ya‘ni orang-orang yang kafir, menurut ‘ilmu dan pengetahuan-Nya.

وَ إِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَ مُبَشِّرًا بِرَسُوْلٍ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوْا هذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ.

  1. (وَ) “Dan” ingatlah (إِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ) “ketika ‘Īsā putra Maryam berkata: Hai Bani Isrā’īl!” di sini Nabi ‘Īsā tidak mengatakan hai kaumku, karena sesungguhnya dia tidak mempunyai kerabat di kalangan mereka (إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ) “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku” kitab yang diturunkan sebelumku (مِنَ التَّوْرَاةِ وَ مُبَشِّرًا بِرَسُوْلٍ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ) “yaitu Taurāt dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang rasūl yang akan datang sesudahku, namanya Aḥmad.” Allah berfirman: (فَلَمَّا جَاءَهُمْ) “Maka tatkala rasūl itu datang kepada mereka” ya‘ni Aḥmad alias Muḥammad kepada orang-orang kafir (بِالْبَيِّنَاتِ) “dengan membawa bukti-bukti yang nyata” ya‘ni ayat-ayat dan tanda-tanda (قَالُوْا هذَا) “mereka berkata: Ini” maksudnya, apa yang didatangkannya itu (سِحْرٌ) “adalah sihir” menurut suatu qirā’at lafal siḥrun dibaca sāḥirun artinya orang yang datang ini adalah penyihir (مُّبِيْنٌ.) “yang nyata” yang jelas.

وَ مَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَ هُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ.

  1. (وَ مَنْ) “Dan siapakah” artinya tiada seseorang pun (أَظْلَمُ) “yang lebih zhālim” maksudnya lebih besar kezhālimannya (مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ الْكَذِبَ) “daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah” ya‘ni dengan cara menisbatkan adanya sekutu bagi-Nya, menyebutkan-Nya bahwa Dia mempunyai anak dan mengatakan ayat-ayatNya sebagai sihir (وَ هُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ.) “sedangkan dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhālim” kepada orang-orang yang kafir.

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِؤُوْا نُوْرَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَ اللهُ مُتِمُّ نُوْرِهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.

  1. (يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِؤُوْا) “Mereka hendak memadamkan” lafal liyuthfi’ū di-nashab-kan oleh an yang keberadaannya diperkirakan, sedangkan huruf lām-nya adalah zā’idah (نُوْرَ اللهِ) “cahaya Allah” ya‘ni syarī‘at dan bukti-buktiNya (بِأَفْوَاهِهِمْ) “dengan mulut mereka” melalui ucapan-ucapan mereka bahwa al-Qur’ān itu adalah sihir, syair dan ramalan atau tenungan (وَ اللهُ مُتِمُّ) “dan Allah tetap menyempurnakan” artinya memenangkan atau menampakkan (نُوْرِهِ) “cahaya-Nya” menurut suatu qirā’at dibaca mutimmu nūrihi dengan di-mudhāf-kan (وَ لَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.) “meskipun orang-orang kafir benci” akan hal tersebut.

هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ.

  1. (هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَ دِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ) “Dialah Yang mengutus Rasūl-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya” maksudnya menjadikannya berada di (عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ) “atas segala agama” ya‘ni di atas semua agama yang bertentangan dengannya (وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ.) “meskipun orang-orang musyrik benci” akan hal tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ) “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian” dapat dibaca tunjīkum dan tunajjīkum, ya‘ni tanpa memakai tasydīd dan dengan memakainya (مِّنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ.) “dari ‘adzāb yang pedih” yang menyakitkan; mereka seolah-olah menjawab, mengiyakan. Lalu Allah melanjutkan firman-Nya:

تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ تُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَنْفُسِكُمْ ذلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.

  1. (تُؤْمِنُوْنَ) “Yaitu kalian beriman” artinya kalian tetap beriman (بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ تُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَنْفُسِكُمْ ذلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.) “kepada Allah dan Rasūl-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui” bahwasanya hal ini lebih baik bagi kalian, maka kerjakanlah.

يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَ يُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَ مَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنَّاتِ عَدْنٍ ذلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ.

  1. (يَغْفِرْ) “Niscaya Allah akan mengampuni” menjadi jawāb dari syarat yang diperkirakan keberadaannya; lengkapnya, jika kalian mengerjakannya, niscaya Dia akan mengampuni (لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَ يُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَ مَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنَّاتِ عَدْنٍ) “dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan memasukkan kalian ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn” sebagai tempat menetap. (ذلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ.) “Itulah keberuntungan yang besar”.

وَ أُخْرَى تُحِبُّوْنَهَا نَصْرٌ مِّنَ اللهِ وَ فَتْحٌ قَرِيْبٌ وَ بَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ.

  1. (وَ) “Dan” Dia memberikan kepada kalian ni‘mat (أُخْرَى تُحِبُّوْنَهَا نَصْرٌ مِّنَ اللهِ وَ فَتْحٌ قَرِيْبٌ وَ بَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ.) “yang lain yang kalian sukai, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman” yaitu berita tentang mendapat pertolongan dan kemenangan.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُوْنوْا أَنْصَارَ اللهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّيْنَ مَنْ أَنْصَارِيْ إِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ فَآمَنَتْ طَّائِفَةٌ مِّنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ و كَفَرَتْ طَّائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ.

  1. (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُوْنوْا أَنْصَارَ اللهِ) “Hai orang-orang yang beriman jadilah kalian penolong-penolong Allah” ya‘ni agama-Nya; menurut suatu qirā’at dibaca anshārallāh, artinya dengan di-mudhāf-kan (كَمَا قَالَ) “sebagaimana telah dikatakan” dan seterusnya; ma‘na yang dimaksud ialah sebagaimana yang telah dikatakan oleh kaum Ḥawāriyyūn. Pengertian ini disimpulkan dari ayat selanjutnya, yaitu (عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّيْنَ مَنْ أَنْصَارِيْ إِلَى اللهِ) “oleh ‘Īsā putra Maryam kepada pengikut-pengikutnya yang setia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?” di antara orang-orang yang bersamaku. (قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ) “Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: Kami-lah penolong-penolong agama Allah” penolong-penolong atau Ḥawāriyyūn adalah teman-teman pilihan Nabi Isa, mereka adalah orang-orang yang paling pertama dan paling dahulu beriman kepada Nabi ‘Īsā, dan jumlah mereka ada dua belas orang laki-laki. Lafal Ḥawāriyyūn ini diambil dari asal kata al-ḥur yang artinya putih cemerlang. Akan tetapi menurut suatu pendapat yang lain dikatakan, adalah terdiri dari orang-orang yang pendek dan pakaian mereka dicelup dengan warna putih (فَآمَنَتْ طَّائِفَةٌ مِّنْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ) “lalu segolongan dari Bani Isrā’īl beriman” kepada Nabi ‘Īsā, dan mereka mengatakan, bahwa Nabi ‘Īsā itu adalah hamba Allah yang kemudian diangkat naik ke langit (و كَفَرَتْ طَّائِفَةٌ) “dan segolongan yang lain kafir” karena mereka telah mengatakan, bahwasanya Nabi ‘Īsā itu adalah anak Allah, yang kemudian diangkat ke langit ke sisi-Nya. Akhirnya kedua golongan tersebut berperang (فَأَيَّدْنَا) “maka Kami berikan kekuatan” Kami jadikan kuat (الَّذِيْنَ آمَنُوْا) “orang-orang yang beriman” di antara dua golongan tersebut (عَلَى عَدُوِّهِمْ) “terhadap musuh-musuh mereka” ya‘ni golongan yang kafir (فَأَصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ.) “lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” memperoleh kemenangan atas golongan yang kafir.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *