Surah ar-Rahman 55 ~ Tafsir ash-Shabuni (2/3)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah ar-Rahman 55 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya”; Allah adalah Tuhan tempat terbitnya matahari dan rembulan dan tempat terbenam keduanya. Ketika Allah menuturkan matahari dan rembulan dalam ayat: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”; maka di sini Allah menuturkan, Dia adalah Tuhan tempat terbit dan tempat terbenam keduanya. “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; manakah di antara ni‘mat Allah yang tidak terbatas yang kamu dustakan” “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu”; Allah membiarkan laut asin dan laut tawar berdekatan dan bertemu, namun tidak bercampur. “antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing”; di antara kedua laut itu terdapat pembatas dari kuasa Allah yang tidak dilewati oleh salah satunya sehingga bercampur dengan lain. Ibnu Katsīr berkata: “Yang dimaksud dua laut adalah laut asin dan laut tawar. Laut asin adalah laut-laut yang ada ini. Sedangkan laut yang tawar adalah sangat-sangat yang tersebar di bumi di sekitar manusia. Allah menciptakan pembatas dari tanah di antara keduanya agar yang satu tidak mengalahkan yang lain dan saling merusak.” (2611) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; manakah di antara ni‘mat Allah yang tidak terbatas yang kalian dustakan?

Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”; untuk kalian Allah mengeluarkan dari air, mutiara dan marjan dari lautan, sebagaimana Dia mengeluarkan biji dan bunga dari tanah. Al-Alūsī berkata: “Yang dimaksudkan adalah mutiara kecil dan mutiara besar, sebagaimana dikatakan Ibnu ‘Abbās r.a. Ada riwayat dari Ibnu Mas‘ūd, bahwa yang dimaksudkan marjan adalah marjan merah. (2622) Ayat ini menjelaskan keajaiban-keajaiban ciptaan Allah. Dari laut asin, Allah mengeluarkan bermacam-macam perhiasan, seperti mutiara, yaqut dan marjan. Sungguh Allah Maha Suci, Maha Esa, Maha Pemberi. “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; manakah di antara ni‘mat Allah yang tidak terbatas yang kalian dustakan?

Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung”; adalah bagi Allah, kapal-kapal yang tinggi menjulang di laut yang besarnya bagaikan gunung. Al-Qurthubī berkata: “Ya‘ni bagaikan gunung yang tinggi. Kapal di laut bagaikan gunung di darat.” (2633). Ayat ini juga menyebut-nyebut ni‘mat Allah. Dia menjalankan kapal-kapal besar yang bagaikan gunung di atas air. Sebagai benda cair, air namun mampu memikul kapal-kapal besar yang bermuatan makanan dan barang perniagaan dari satu daerah ke daerah lain dan dari satu negeri ke negeri lain. Syaikh Zādah berkata: “Ketahuilah, bahwa unsur benda ada empat, yaitu tanah, api, udara dan air. Dengan ayat “dari tanah kering” Allah menjelaskan bahwa tanah merupakan unsur bagi makhlūq yang mulia dan terhormat. Dengan ayat “dan Dia menciptakan jinn dari nyala api”; Allah menjelaskan, bahwa api juga unsur penting bagi makhluq lain yang mengagumkan. Dengan ayat: “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”; Allah menjelaskan bahwa air juga merupakan unsur bagi makhluq lain yang penting dan berharga. Kemudian Allah menjelaskan, bahwa udara mempunyai pengaruh penting dalam berlayarnya kapal yang bagaikan gunung. Allah berfirman: “Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung”. Allah secara khusus menuturkan kapal, sebab mengalirnya di laut tidak ada usaha sama sekali dari manusia. Mereka mengakui hal itu dengan mengucapkan: “Bagi-Mu kapal-kapal dan bagi-Mu kerajaan.” Jika takut tenggelam, mereka hanya memanggil Allah.” (2644) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; manakah di antara ni‘mat Allah yang tidak terbatas yang kalian dustakan?

Semua yang ada di bumi itu akan binasa”; semua manusia dan hewan yang ada di atas bumi akan mati dan binasa. “Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”; Allah Maha Esa dan Pemilik keagungan, ni‘mat dan kemuliaan tetap ada. Ini sema‘na dengan ayat: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (al-Qashash: 88). Ibnu ‘Abbās berkata: “Yang dimaksudkan wajah adalah Dzāt Allah.” Al-Qurthubī berkata: “Keni‘matan dalam hal fanā’-nya makhluq menyamakan mereka dalam hal kematian. Dengan mati semua telapak kaki sama. Kematian adalah penyebab perpindahan dari negeri fana’ menuju negeri pahala dan balasan.” (2655) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; manakah di antara ni‘mat Allah yang tidak terbatas yang kalian dustakan?

Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya”; segala yang di langit dan bumi memerlukan Allah, meminta-Nya rezeki dan pertolongan kepada-Nya, baik dengan ucapan maupun dengan tingkah. “Setiap waktu Dia dalam kesibukan”; setiap saat dan kesempatan, Allah berada mengatur makhlūq. Allah mengampuni dosa, menyirnakan duka, mengangkat derajat sekelompok orang dan merendahkan kelompok lainnya. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Ya‘ni kesibukan yang ditampakkan Allah pada makhlūq, bukan kesibukan yang baru dimulai Allah. Sebab pena Allah telah menulis semua yang terjadi, sedang dan akan, sampai hari kiamat. Karena itu, Allah mengangkat derajat siapa saja yang Dia kehendaki, merendahkan siapa yang Dia kehendaki, menyembuhkan orang sakit, menurunkan penyakit, memuliakan orang rendah dan merendahkan orang mulia, memelaratkan orang kaya, mengayakan orang melarat.” Muqātil berkata: “Sasaran turunnya ayat ini adalah kaum Yahudi yang berkata: “Allah tidak memutuskan apapun pada hari Sabtu. Maka Allah menyanggah mereka dengan ayat tersebut.” (2666) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; manakah di antara ni‘mat Tuhan yang tidak terbatas yang kalian dustakan?

Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jinn”; Kami akan menghisab (menghitung) perbuatan kalian hai bangsa manusia dan jinn. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ini merupakan ancaman Allah kepada para hamba-Nya.” (2677) Dalam al-Baḥr-ul-Muḥīth, disebutkan: “Ya‘ni Kami akan memperhatikan perkara kalian di hari kiamat. Bukan berarti Allah mempunyai kesibukan lalu selesai. Ucapan seperti ini biasa dikatakan di antara bangsa ‘Arab. Seseorang berkata kepada orang yang mengancamnya: “Aku akan membalasmu dan mengesampingkan urusan lainnya.” (2688). Al-Baidhawī berkata: “Ma‘nanya, Kami akan menghisab (menghitung) kalian dan membalas kalian sepenuhnya di hari kiamat. Ayat ini mengandung ancaman. Jinn dan manusia disebut “tsaqalain”, sebab keduanya memberatkan bumi.” (2699) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”.

Hai jamā‘ah jinn dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah”; jika kalian mampu keluar dari penjuru langit dan bumi untuk melarikan diri dari Allah dan taqdīr-Nya, maka keluarlah dan selamatkanlah diri kalian dari siksa-Nya. Perintah ini untuk menunjukkan ketidakmampuan makhlūq. “kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”; kalian tidak mampu untuk keluar, kecuali dengan kekuatan. Namun bagaimana kalian mempunyai hal itu? Ibnu Katsīr berkata: “Ya‘ni kalian tidak mampu untuk melarikan diri dari keputusan dan taqdīr Allah. Allah meliputi kalian. Kalian tidak mampu untuk selamat dari keputusan-Nya. Ke mana kalian pergi, kalian diliputi. Hal tersebut terjadi di padang Maḥsyar, di mana para malaikat mengelilingi makhluq sebanyak tujuh baris dari setiap penjuru, sehingga tidak seorang pun mampu untuk pergi, kecuali dengan perintah dan kehendak Allah. Manusia berkata saat itu: Ke manakah melarikan diri? (27010) Hal ini hanya terjadi di hari kiamat, tidak di dunia. Buktinya ayat Allah selanjutnya: “Kepada kamu, (jinn dan manusia) dilepaskan nyala api,” (27111) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”.

Kepada kamu, (jinn dan manusia) dilepaskan nyala api”; pada hari kiamat, dilepaskan nyala api yang panas kepada kalian. “dan cairan tembaga”; tembaga yang dicairkan dituangkan ke atas kepala mereka pada hari kiamat.” Ibnu ‘Abbās berkata: ‘Yang dimaksudkan tembaga adalah asap yang tanpa nyala api.” Namun pendapat Mujahid lebih kuat. “maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)”; sebagian dari kalian tidak bisa menolong yang lain dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah. Ibnu Katsīr berkata: “Ma‘na ayat ini, seandainya kalian pergi melarikan diri pada hari kiamat, maka para malaikat dan malaikat Zabāniyah penjaga Jahannam mengembalikan kalian dengan melepaskan nyala api dan timah cair kepada kalian agar kalian kembali. Lalu, kalian tidak mendapati penolong untuk diri kalian.” (27212). “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan

Maka apabila langit terbelah”; jika pada hari kiamat langit terbelah agar para malaikat turun untuk mengepung makhluq dari segala penjuru. “dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak”; lalu langit bagaikan mawar merah karena panas api dan laksana kulit merah sebagaimana dikatakan Ibnu ‘Abbās. Hal itu karena dahsyatnya prahara dan kemelut pada hari yang besar itu. “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. Pada waktu itu manusia dan jinn tidak ditanya tentang dosanya”; pada hari yang menakutkan itu, pada saat langit terbelah, tidak seorangpun antara para pendosa dari bangsa jinn dan manusia ditanya tentang dosanya. Sebab masing-masing pendosa mempunyai beberapa tanda yang menunjukkan dosanya, seperti hitamnya wajah dan membirunya mata. Imām ar-Rāzī berkata: “Tidak seorangpun ditanya tentang dosanya dan tidak ditanyakan kepadanya: Apakah kamu atau selain kamu yang berdosa? Juga tidak dikatakan: Siapa yang berdosa di antara kalian? Mereka dikenal dengan wajahnya yang menghitam dan tanda lainnya.” (27313) “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”.

Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya”; pada hari kiamat, orang-orang yang berdosa dikenali dengan beberapa tanda, yaitu kesedihan dan duka yang menyelimuti mereka. Al-Ḥasan berkata: “Tanda itu adalah wajah yang menghitam dan mata yang membiru. Sebagaimana firman Allah: “Dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram.” (Thāhā: 102) Dan firman Allah: “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.” (Āli ‘Imrān: 106) (27414) “lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka”; para malaikat memegang ubun-ubun mereka ya‘ni bagian depan kepala mereka dan kaki mereka. Lalu, melemparkan mereka ke neraka Jahannam. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ubun-ubun orang-orang berdosa dan kedua telapak kakinya dipegang sebagaimana kayu bakar dibelah. Lalu, dilemparkan ke neraka. “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”.

Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa”; untuk mencerca dan menjelek-jelekkan, dikatakan kepada mereka: “Inilah neraka yang telah diberitahukan kepada kalian, lalu kalian mendustakan.” Ibnu Katsīr berkata: “Ma‘nanya, inilah neraka yang adanya kalian dustakan. Inilah neraka yang kalian saksikan dengan mata kepala.” (27515) “Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya”; mereka berputar-putar di antara neraka Jahannam. Api yang panas mencapai puncaknya. Qatādah berkata: “Kadang mereka berputar-putar di antara air panas dan kadang antara neraka.” “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; mana ni‘mat Tuhan yang kalian dustakan, hai bangsa jinn dan manusia.

Sūrat-ur-Raḥmān, Ayat: 46-78

وَ لِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. ذَوَاتَا أَفْنَانٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فِيْهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فِيْهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. مُتَّكِئِيْنَ عَلَى فُرُشٍ بَطَائِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍ وَ جَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فِيْهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَ لَا جَانٌّ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوْتُ وَ الْمَرْجَانُ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. وَ مِنْ دُوْنِهِمَا جَنَّتَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. مُدْهَامَّتَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فِيْهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فِيْهِمَا فَاكِهَةٌ وَ نَخْلٌ وَ رُمَّانٌ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فِيْهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. حُوْرٌ مَّقْصُوْرَاتٌ فِي الْخِيَامِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَ لَا جَانٌّ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. مُتَّكِئِيْنَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَ عَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ.

55: 46. Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
55: 47. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,
55: 48. kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.
55: 49. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 50. Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.
55: 51. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 52. Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.
55: 53. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 54. Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.
55: 55. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 56. Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jinn.
55: 57. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 58. Seakan-akan bidadari itu permata yāqūt dan marjān.
55: 59. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 60. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
55: 61. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 62. Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.
55: 63. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,
55: 64. kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.
55: 65. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 66. Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar.
55: 67. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 68. Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.
55: 69. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 70. Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
55: 71. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
55: 73. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jinn.
55: 75. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 76. Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.
55: 77. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 78. Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia.

Korelasi Ayat.

Setelah menyebutkan keadaan ahli neraka. Allah menyebutkan apa yang disediakan untuk orang-orang mu’min yang berbakti berupa surga, pelayan dan bidadari cantik jelita. Ini agar perbedaan antara kedudukan orang-orang berdosa dan orang-orang yang bertaqwa menjadi jelas dan gamblang. Ini bagian dari metode al-Qur’ān dalam targhīb dan tarhīb.

Tinjauan Bahasa.

(أَفْنَانٍ): artinya dahan.

(إِسْتَبْرَقٍ): sutra yang kasar.

(جَنَى): buah yang dipetik dari pohon.

(يَطْمِثْهُنَّ): ma‘na asalnya senggama yang menyebabkan selaput perawan berdarah. Namun kemudian diartikan senggama secara mutlak. Ya‘ni mereka belum disenggama siapapun sebelum suami mereka. Al-Farrā’ berkata: “Ma‘nanya, memecahkan selaput darah.” (27616)

(مُدْهَامَّتَانِ): hitam karena sangat hijau.

(نَضَّاخَتَانِ): memancarkan air tanpa henti.

(عَبْقَرِيٍّ): permadani tebal di mana terdapat bermacam-macam bordir. Al-Farrā’ berkata: “Ma‘nanya, permadanni yang tebal.” Abū ‘Ubaid berkata: “Segala pakaian yang dihiasi warna disebut abqarī.” (27717).

Catatan:

  1. 261). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/417.
  2. 262). Rūḥ-ul-Ma‘ānī, 27/106.
  3. 263). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/164.
  4. 264). Ḥāsyiyatu Syaikh Zādah ‘alā-l-Baidhawī, 3/430.
  5. 265). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/165.
  6. 266). Tafsīr-ul-Alūsī, 27/111.
  7. 267). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/419.
  8. 268). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/194.
  9. 269). Tafsīr-ul-Baidhawī 3/432.
  10. 270). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/419.
  11. 271). Sebagian orang modern pada hari-hari ini menafsiri ayat ini dengan tafsir yang salah. Mereka mengatakan, bahwa manusia bisa naik ke langit dan bintang. Mereka menafsiri firman kekuatan dengan ‘ilmu. Tafsir tersebut menentang tafsir ‘ulama’ tafsir dan bertentangan dengan kontek ayat. Sebab, ayat ini menjelaskan prahara-prahara akhirat dengan bukti ayat sebelumnya: “Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jinn.” dan ayat sesudahnya: “Kepada kamu (jinn dan manusia), dilepaskan nyala api.” ‘Ulamā’ tafsir sepakat, bahwa hal tersebut hanya terjadi di akhirat. Kami sebenarnya tidak mengingkari mungkinnya manusia sampai ke bulan atau bintang dengan pesawat ruang angkasa dan peralatan modern. Manusia mampu berbuat demikian dan dengan sains. Manusia mampu untuk berputar mengelilingi bumi dan terbang ke ruang angksa. Hanya saja manusia tidak akan mampu sampai ke langit, sebab Allah menjadikannya sebagai papan yang terjaga. Sedangkan bulan dan bintang-bintang, ada di bawah langit dan manusia bisa sampai ke sana. Hanya saja kami mengingkari dan heran kepada orang yang berani kepada al-Qur’ān tanpa ‘ilmu. Mereka menafsirkan ayat Allah dengan pendapatnya sendiri tanpa merujuk kepada pendapat ‘ulamā’ tafsir yang bisa dijadikan pegangan. Lihat tulisan kami di Majalah Rabithah Dunia Islam tahun 1387 H. mengenai sampai ke rembulan.
  12. 272). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/419.
  13. 273). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 29/118.
  14. 274). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/175.
  15. 275). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/421.
  16. 276). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/181.
  17. 277). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/186.