055
SŪRAT-UR-RAḤMĀN
Pokok-pokok Kandungan Surat.
Sūrat-ur-Raḥmān termasuk kelompok surat Makkiyyah yang mengedepankan Ushūl-ud-Dīn. Keindahan surat ini bagaikan pengantin di antara surat-surat yang mulia. Itulah sebabnya dalam hadits disebutkan: “Segala sesuatu ada pengantennya dan penganten al-Qur’ān adalah Sūrat-ur-Raḥmān.”
Sūrat-ur-Raḥmān diawali dengan menyebut-nyebut ni‘mat Allah berkali-kali kepada hamba-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Di awal ayat Allah menyebutkan ni‘mat pengajaran al-Qur’ān. Ini disebut sebagai anugrah besar bagi umat manusia. “(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur’ān. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara.”
Kemudian surat ini membuka lembaran-lembaran alam yang menjadi saksi ni‘mat-ni‘mat Allah yang besar dan pengaruh-pengaruhnya yang agung dan tidak terbatas. Matahari dan bulan, bintang dan pepohonan, langit yang tinggi tanpa tiang, keajaiban-keajaiban kuasa Allah dan perbuatan-Nya, bumi yang di dalamnya tersebar aneka ragam buah-buahan dan tanaman sebagai rezeki untuk manusia. “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.”
Surat ini juga berbicara mengenai dalil-dalil kekuasaan Allah yang agung dalam menjalankan cakrawala dan menundukkan kapal-kapal besar memecah ombak lautan bagaikan gunung-gunung tinggi, berlayar di atas air. “Dan kepunyaan-Nya-lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.”
Setelah itu, surat ini mengetengahkan fenomena alam ketika seluruh isi alam hancur dan semua makhluq musnah karena ditelan oleh kematian yang mengerikan. Namun Allah tetap kekal Sendirian.. “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan,”
Sūrat-ur-Raḥmān juga membicarakan hari kiamat dan membahas keadaan orang-orang berdosa dan ketakutan serta prahara yang menimpa mereka pada hari yang sulit itu. “Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.”
Setelah membicarakan fenomena siksa bagi orang-orang jahat, surat ini berbicara mengenai fenomena keni‘matan bagi orang-orang yang bertaqwa dengan sedikit rinci. Mereka berada dalam surga bersama para bidadari dan pelayan surga. “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.”
Pada akhirnya, surat ini ditutup dengan memuji Allah atas ni‘mat yang Dia berikan kepada para hamba yang beraneka ragam. Penutupan ini sangat sesuai dengan Sūrat-ur-Raḥmān. “Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia”.
TAFSIR SŪRAT AR-RAḤMĀN
Sūrat-ur-Raḥmān, Ayat: 1-45
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
الرَّحْمنُ. عَلَّمَ الْقُرْآنَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ. عَلَّمَهُ الْبَيَانَ. الشَّمْسُ وَ الْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ. وَ النَّجْمُ وَ الشَّجَرُ يَسْجُدَانِ. وَ السَّمَاءُ رَفَعَهَا وَ وَضَعَ الْمِيْزَانَ. أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيْزَانِ. وَ أَقِيْمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَ لَا تُخْسِرُوا الْمِيْزَانَ. وَ الْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ. فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَ النَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ. وَ الْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَ الرَّيْحَانُ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ. وَ خَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَ رَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَ الْمَرْجَانُ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. وَ لَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْر كَالْأَعْلَامِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَ يَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ فَانْفُذُوْا لَا تَنْفُذُوْنَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّنْ نَّارٍ وَ نُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَ لَا جَانٌّ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْنَ بِسِيْمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِيْ وَ الْأَقْدَامِ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. هذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِيْ يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُوْنَ. يَطُوْفُوْنَ بَيْنَهَا وَ بَيْنَ حَمِيْمٍ آنٍ. فَبِأَيِّ آلآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.
55: 1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
55: 2. Yang telah mengajarkan al Qur’ān.
55: 3. Dia menciptakan manusia,
55: 4. Mengajarnya pandai berbicara.
55: 5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
55: 6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
55: 7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
55: 8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
55: 9. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
55: 10. Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhlūq (Nya).
55: 11. di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
55: 12. Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
55: 13. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 14. Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
55: 15. dan Dia menciptakan jinn dari nyala api.
55: 16. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 17. Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.
55: 18. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
55: 20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
55: 21. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
55: 23. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 24. Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.
55: 25. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
55: 27. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
55: 28. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 29. Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.
55: 30. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 31. Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jinn.
55: 32. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 33. Hai jamā‘ah jinn dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.
55: 34. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 35. Kepada kamu, (jinn dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya).
55: 36. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 37. Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
55: 38. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 39. Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.
55: 40. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 41. Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
55: 42. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
55: 43. Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.
55: 44. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya.
55: 45. Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Tinjauan Bahasa.
(بِحُسْبَانٍ): ḥā’-nya dibaca dhammah sebagai mashdar, artinya hitungan.
(لِلْأَنَامِ): makhlūq dan segala sesuatu yang merayap di atas tanah.
(الْعَصْفِ): daun pohon yang hijau ketika kering.
(الرَّيْحَانُ): segala sesuatu tumbuhan yang harum baunya. Disebut demikian karena bau harumnya.
(مَّارِجٍ): nyala api Al-Laits berkata: “Ma‘nanya, nyala yang terang dan bersinar.” (2471).
(الْجَوَارِ): kapal-kapal. Disebut demikian, sebab kapal-kapal itu berjalan di atas air.
(الْأَعْلَامِ): gunung-gunung yang tinggi.
(تَنْفُذُوْنَ): keluar dari sesuatu dengan cepat.
(شُوَاظٌ): nyala api yang tanpa asap.
(الدِّهَانِ): kulit merah.
(آنٍ): sangat panas.
Tafsir Ayat 1-45.
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al Qur’ān”; Allah Yang Maha Pemurah mengajarkan al-Qur’ān dan memudahkannya untuk dihafal dan difahami. Muqātil berkat: “Ketika turun ayat: “Sujūdlah kamu sekalian kepada Yang Maha Pemurah.” (al-Furqān: 60) kaum kafir Makkah berkata: “Kami tidak mengenal Maha Pemurah.” Maka Allah berfirman: “Yang Maha Pemurah,” yang mereka ingkari itu, Dialah yang “mengajarkan al-Qur’ān.” (2482). Al-Khāzin berkata: “Allah menyebut-nyebut ni‘mat-Nya kepada para hamba, lalu mendahulukan ni‘mat yang paling besar dan paling tinggi, yaitu al-Qur’ān yang agung. Sebab al-Qur’ān adalah wahyu Allah paling besar kepada para nabi dan paling mulia kedudukannya di sisi para wali Allah, paling banyak disebut dan paling banyak pengaruhnya terhadap agama. Al-Qur’ān adalah puncak kitab-kitab langit yang diturunkan kepada makhluq paling mulia.” (2493).
“Dia menciptakan manusia”; Allah menciptakan manusia yang bisa mendengar, berbicara dan berpikir. Yang dimaksud di sini adalah bangsa manusia. “Mengajarnya pandai berbicara”; Allah memberi ilham kepada manusia untuk berbicara sehingga bisa menjelaskan maksudnya dan keinginannya. Dengan berbicara ini, manusia berbeda dengan makhluq bernyawa lainnya. Al-Baidhawī berkata: “Allah menyebut-nyebut ni‘mat yang diberikan-Nya kepada bangsa manusia untuk mendorong mereka bersyukur kepada-Nya dan mengingatkan kekurangan mereka dalam bersyukur. Allah mendahulukan pengajaran al-Qur’ān atas penciptaan manusia, sebab mengajarkan al-Qur’ān merupakan pokok ni‘mat agama.” (2504) “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”; Matahari dan bulan beredar dengan hitungan yang khusus dalam garis orbit keduanya dan berpindah-pindah di cakrawala demi kemaslahatan hamba. Ibnu Katsīr berkata: “Ma‘nanya, keduanya beredar secara bergantian dengan perhitungan yang meyakinkan, tidak berlawanan dan tidak goyah.” (2515) “Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya”; tumbuhan dan pepohonan berserah diri kepada Allah sesuai dengan kehendak-Nya kepada mereka. Menundukkan bintang dengan peredarannya dan pohon dengan mengeluarkan tanaman darinya. (2526).
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)”; Allah menciptakan langit yang tinggi, kuat bangunannya dan mulia kedudukannya. Allah memerintahkan manusia agar adil dalam bertransaksi dengan cara adil dalam timbangan ketika menerima dan memberi. Ini agar seseorang memperoleh haknya dengan sempurna. “Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu”; agar kalian tidak mengurangi dalam timbangan. “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil”; jadikanlah timbangan adil dan tegak. “dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”; janganlah kalian mengurangi timbangan. Ini sema‘na dengan ayat: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.” (al-Muthaffifīn: 1).
“Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhlūq (Nya)”; Allah membentangkan bumi demi kepentingan makhlūq agar mereka tenang dan kokoh di atasnya dan memanfaatkan apa yang diciptakan Allah di atasnya. Ibnu Katsīr berkata: “Allah menguatkan bumi dengan gunung-gunung tinggi agar bumi tidak goyah dengan makhluq di atasnya yang beraneka ragam bentuk dan warna kulitnya di seluruh penjuru.” (2537) “di bumi itu ada buah-buahan”; di bumi terdapat bermacam-macam buah yang berbeda-beda warnanya, rasanya dan baunya. “dua pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang”; di bumi juga terdapat pohon kurma di mana tumbuh kelopok mayang. Ibnu Katsīr berkata: “Allah secara khusus menyebutkan pohon kurma karena kemuliaannya dan manfaatnya, baik kurma basah maupun kering. Yang dimaksud kelopak adalah wadah mayang sebagaimana dikatakan Ibnu ‘Abbās. (2548) “Dan biji-bijian yang berkulit”; di samping itu, di bumi terdapat biji-bijian seperti gandum, gabah dan makanan pokok lainnya yang mempunyai kulit yang menjadi makanan bagi hewan. “dan bunga-bunga yang harum baunya”; di bumi juga ada segala hal yang berbau harum di antara tumbuhan, seperti mawar, melati dan sejenisnya. Dalam al-Baḥr disebutkan, Allah pertama kali menuturkan buah-buahan dengan bentuk nakirah (bersifat umum), sebab yang dimanfaatkan adalah buah-buahan itu sendiri. Kemudian kedua kalinya, Allah menuturkan pohon kurma dan hanya menuturkan pohonnya tanpa buahnya. Sebab dari pohon itu banyak manfaatnya dari sana, yaitu pelepanya, kulitnya, batang pohonnya dan buahnya. Kemudian Allah menuturkan biji-bijian yang merupakan sumber kehidupan manusia, yaitu beras, gandum dan segala tumbuhan berdaun dan Allah menyifatinya dengan “berkulit” untuk mengingatkan ni‘mat yang Dia berikan, yaitu bijinya untuk manusia dan daun serta kulitnya untuk hewan mereka. Allah memulai dengan buah-buahan dan mengakhiri dengan bunga yang harum. Tujuannya agar makanan dan buah-buahan yang mereka ni‘mati menjadi lebih sempurna juga untuk ternak mereka dari dedaunan yang harum baunya. (2559) Setelah menyebut-nyebut ni‘mat-Nya, Allah berfirman kepada bangsa manusia dan jinn: “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”; maka di antara ni‘mat-ni‘mat Allah manakah yang kalian dustakan, wahai bangsa manusia dan jinn? Bukankah ni‘mat Allah kepada kalian banyak dan tak terhingga? Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., bahwa Nabi s.a.w. membaca Sūrat-ur-Raḥmān kepada para sahabat. Mereka diam. Lalu, beliau bersabda: “Kenapa aku mendengar jinn lebih baik jawabannya kepada Tuhan mereka daripada kalian? Aku tidak sampai pada firman Allah: “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan,” kecuali mereka menjawab: “Tidak sedikitpun dari ni‘mat-Mu yang kami dustakan. Maka bagi-Mu segala puji.” (25610).
Kemudian Allah menyebutkan dalil-dalil kekuasaan dan keesaan-Nya. “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”; Allah menciptakan bapak kalian yaitu Adam dari tanah kering yang bersuara jika diketuk. ‘Ulamā’ Tafsīr berkata: “Dalam surat ini, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan Ādam (dari tanah kering seperti tembikar)”.
“dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk).” (al-Ḥijr: 26) dan “dari tanah liat.” (ash-Shāffāt: 11).
“adalah seperti (penciptaan) Ādam. Allah menciptakan Ādam dari tanah)”; (Āli ‘Imrān: 59). Namun sebenarnya tidak ada perbedaan antara semua itu. Sebab Allah mengambilnya dari tanah di bumi, lalu mengadoninya dengan air sehingga menjadi tanah liat yang menempel di tangan. Kemudian membiarkannya sampai menjadi tanah liat yang hitam berbau. Lantas membentuknya sebagaimana bejana dibentuk. Sehingga menjadi sangat keras bagaikan tembikar yang berbunyi jika ditetuk. Maka yang disebutkan di sini adalah babak terakhir.” (25711) “dan Dia menciptakan jinn dari nyala api”; Allah menciptakan bangsa jinn dari nyala api murni yang tidak berasap. Ibnu ‘Abbās berkata: (أي لهبٍ خالصٍ لا دخان فيه) “Ya‘ni nyala api yang tidak ada asap di dalamnya”. Mujāhid berkata: “Ya‘ni nyala api yang bercampur dengan hitamnya api.” (25812).
Dalam hadits disebutkan: “Para malaikat diciptakan dari cahaya, jinn diciptakan dari nyala api dan Ādam diciptakan dari apa yang dijelaskan kepada kalian (25913). “Maka ni‘mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”; maka di antara ni‘mat-ni‘mat Allah, manakah yang kalian dustakan, wahai bangsa manusia dan jinn? Abū Ḥayyān berkata: “Pengulang-ulangan ayat ini di akhir-akhir ayat adalah untuk menguatkan, mengingatkan dan menggerakkan kesadaran.” Ibnu Qutaibah berkata: “Ayat ini diulang-ulang karena banyak dan beraneka ragamnya ni‘mat. Setiap kali menyebutkan, Allah mengulangi firman-Nya: “maka di antara ni‘mat-ni‘mat Allah, manakah yang kalian dustakan, wahai bangsa manusia dan jinn?” (26014) Ayat ini disebutkan sebanyak tiga puluh satu kali dan pertanyaan di dalamnya adalah untuk mengritik dan mencerca.
Catatan:
- 247). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/161.
- 248). Zād-ul-Masīr, 8/105.
- 249). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/246.
- 250). Ḥāsyiyatu Syaikh Zādah ‘alā-l-Baidhawī, 3/427.
- 251). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/415.
- 252). Yang tepat menafsirkan ayat tersebut adalah dengan: “Bintang ada di langit” Ini pendapat Mujāhid dan Ibnu Katsīr. Dari Ibnu ‘Abbās dan Ibnu Jarīr bahwa yang dimaksud bintang adalah setiap tumbuhan yang muncul seakan bintang dari bumi. Namun ini tidak sesuai dengan redaksi ayat yang sebelumnya setelah menyebutkan pohon. Penafsiran pertama lebih tepat.
- 253). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/415.
- 254). Idem.
- 255). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/190.
- 256). HR. Tirmidzī dan di-shaḥīḥ-kan al-Ḥākim.
- 257). Lihat Ḥāsyiyatu Syaikh Zādah ‘alā-l-Baidhawī, 3/427 dan Ḥāsyiyat-ush-Shāwī, atas Tafsīr-ul-Jalālain 4/154.
- 258). Rūḥ-ul-Ma‘ānī, 27/105.
- 259). HR. Muslim dan Aḥmad.
- 260). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/190.