Surah an-Nazi’at 79 ~ Tafsir ash-Shabuni (1/2)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah an-Nazi'at 79 ~ Tafsir ash-Shabuni

079

SŪRAT-UN-NĀZI‘ĀT

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-un-Nāzi‘āt adalah Makkiyyah. Sebagaimana sifat surat Makkiyyah lainnya, surat ini menitikberatkan pokok-pokok akidah Islam; keesaan, risalah, ba‘ts, pembalasan di akhirat. Inti kandungan surat berkisar pada masalah hari kiamat dan praharanya serta tempat kembali orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berdosa.

Sūrat-un-Nāzi‘āt dimulai dengan bersumpah demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa orang mu’min dengan lemah-lembut dan yang mencabut nyawa orang kafir dengan kasar dan keras serta mengatur urusan makhluk dengan perintah Allah. “Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)”.

Kemudian surat ini berbicara mengenai orang kafir yang mengingkari ba‘ts dan kehidupan kedua setelah kehidupan dunia. Surat ini menggambarkan keadaan mereka pada hari yang menakutkan. “Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangannya tunduk. (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula? Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?”

Setelah itu, Sūrat-un-Nāzi‘āt membahas Fir‘aun dedengkot penjahat yang mengaku tuhan yang lalim dalam berkuasa. Lalu Allah menghancurkannya dengan menenggelamkannya beserta kaumnya, kaum Qibti. “Sudahkah sampai kepadamu (ya Muḥammad) kisah Mūsā. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwā; “Pergilah kamu kepada Fir‘aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir‘aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)””.

Surat ini juga membahas kedurhakaan penduduk Makkah dan pembangkangan mereka kepada Nabi s.a.w. Surat ini mengingatkan mereka, bahwa mereka lebih lemah daripada mayoritas makhluk Allah lainnya. “Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.”.

Sūrat-un-Nāzi‘āt ditutup dengan menjelaskan timing kiamat yang dianggap mustahil terjadi oleh orang kafir. Mereka mengingkarinya dan mengdustakannya peristiwa tersebut. “(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muḥammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.”.

 

TAFSĪR SŪRAT-UN-NĀZI‘ĀT

Sūrat-un-Nāzi‘āt, Ayat: 1-46.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

وَ النَّازِعَاتِ غَرْقًا. وَ النَّاشِطَاتِ نَشْطًا. وَ السَّابِحَاتِ سَبْحًا. فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا. فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا. يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ. تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ. قُلُوْبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ. أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ. يَقُوْلُوْنَ أَئِنَّا لَمَرْدُوْدُوْنَ فِي الْحَافِرَةِ. أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَّخِرَةً. قَالُوْا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ. فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ. فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ. هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ مُوْسَى. إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى. اِذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى. فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى. وَ أَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى. فَأَرَاهُ الْآيَةَ الْكُبْرَى. فَكَذَّبَ وَ عَصَى. ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى. فَحَشَرَ فَنَادَى. فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى. فَأَخَذَهُ اللهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَ الْأُولَى. إِنَّ فِيْ ذلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَنْ يَخْشَى. أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا. رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا. وَ أَغْطَشَ لَيْلَهَا وَ أَخْرَجَ ضُحَاهَا. وَ الْأَرْضَ بَعْدَ ذلِكَ دَحَاهَا. أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَ مَرْعَاهَا. وَ الْجِبَالَ أَرْسَاهَا. مَتَاعًا لَّكُمْ وَ لِأَنْعَامِكُمْ. فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى. يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ مَا سَعَى. وَ بُرِّزَتِ الْجَحِيْمُ لِمَنْ يَرَى. فَأَمَّا مَنْ طَغَى. وَ آثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى. وَ أَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَ نَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى. يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا. فِيْمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا. إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا. إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا. كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

79: 1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
79: 2. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
79: 3. dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
79: 4. dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
79: 5. dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
79: 6. (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,
79: 7. tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
79: 8. Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
79: 9. pandangannya tunduk.
79: 10. (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?
79: 11. Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?”
79: 12. Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan”.
79: 13. Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja,
79: 14. maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
79: 15. Sudahkah sampai kepadamu (ya Muḥammad) kisah Mūsā.
79: 16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwā;
79: 17. “Pergilah kamu kepada Fir‘aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
79: 18. dan katakanlah (kepada Fir‘aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)”
79: 19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?”
79: 20. Lalu Mūsā memperlihatkan kepadanya mu‘jizat yang besar.
79: 21. Tetapi Fir‘aun mendustakan dan mendurhakai.
79: 22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Mūsā).
79: 23 Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.
79: 24. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.
79: 25. Maka Allah mengadzabnya dengan adzab di akhirat dan adzab di dunia.
79: 26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
79: 27. Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya,
79: 28. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
79: 29. dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang.
79: 30. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.
79: 31. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
79: 32. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
79: 33. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
79: 34. Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.
79: 35. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
79: 36. dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
79: 37. Adapun orang yang melampaui batas,
79: 38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
79: 39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).
79: 40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
79: 41. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).
79: 42. (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muḥammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?.
79: 43. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?
79: 44. Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).
79: 45. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit).
79: 46. Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

Tinjauan Bahasa

(وَاجِفَةٌ): bingung, bergetar karena sangat bingung.

(الْحَافِرَةِ): kembali kepada keadaan yang sebelumnya.

(السَّاهِرَةِ): permukaan tanah. Bangsa ‘Arab menyebutkan permukaan dengan kata tersebut, sebab manusia bangun di atasnya.

(سَمْكَهَا): tingginya dan menjulangnya.

(أَغْطَشَ): menjadikannya gelap.

(دَحَاهَا): membentangkannya dan menyempurnakannya. Zaid bin ‘Amr berkata:

Allah membentangkan bumi dan mengikatnya,

Dan memasang gunung-gunung padanya.” (9101).

(الطَّامَّةُ): petaka dan musibah besar yang tidak terkira. Penyair berkata:

Sebagian cinta membuat buta dan tuli,

Marah juga membuat musibah dan petaka.” (9112).

Tafsir Ayat

Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras”; Aku bersumpah demi para malaikat yang mencabut nyawa orang kafir dengan cabutan yang keras mencapai puncak, “dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut”; Aku bersumpah demi para malaikat yang mencabut nyawa orang mu’min dengan mudah dan belas kasih. Ibnu Mas‘ūd berkata: “Malaikat maut dan para asistennya mencabut nyawa orang kafir sebagaimana mencabut besi sujen sate dari dulu basah. Maka nyawa si kafir keluar bagaikan orang yang tenggelam dalam air. Nyawa orang mu’min dicabut dengan lemah-lembut dan digenggam oleh malaikat maut bagaikan tali dilepaskan dari tangan unta. (9123). Ibnu Katsīr berkata: “Allah bersumpah demi para malaikat ketika mereka mencabut nyawa anak Adam. Ada yang dicabut nyawanya dengan sulit, lalu ia tenggelam dalam sekarat dan ada yang dicabut dengan mudah, seakan-akan ia terlepas dengan semangat. (9134). “dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat”; dan Aku bersumpah demi para malaikat yang turun membawa perintah Allah dan wahyu dari langit, bagaikan orang yang berenang di air, bergegas-gegas untuk menyampaikan perintah Allah. “dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang”; yakni para malaikat yang mendahulukan nyawa orang-orang mu’min ke surga, “dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)”; yaitu para malaikat yang mengurus perkara makhluk dengan perintah Allah, baik urusan angin, hujan, rezeki, umur maupun urusan lainnya.

Allah bersumpah demi lima hal di atas untuk menegaskan bahwa hari kiamat pasti terjadi. Jawab atau inti pesan sumpah dibuang dalam kalimat. Kalimat yang dibuang itu adalah: “Kalian pasti dibangkitkan dan dihisab.” Inti pesan dari sumpah ini diisyaratkan oleh firman Allah, “pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua”; pada saat sangkakala ditiup dengan tiupan pertama yang karenanya segala sesuatu tergoncang dan bergetar. Tiupan pertama ini diiringi dengan tiupan kedua, yaitu tiupan pertanda kebangkitan dari dalam kubur. Ibnu ‘Abbās mengatakan: “Yakni tiupan yang pertama dan tiupan yang kedua. Tiupan pertama mematikan segala sesuatu dengan izin Allah dan tiupan kedua menghidupkan segala sesuatu dengan izin Allah.” (9145).

Kemudian Allah menyebutkan keadaan orang-orang yang mendustakan dan prahara yang mereka alami dengan berfirman: “Hati manusia pada waktu itu sangat takut”; hati orang-orang kafir pada hari itu takut dan goncang, “pandangannya tunduk”; mata mereka terhina dan tertunduk karena prahara yang mereka saksikan. “(Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?”; mereka berkata di dunia untuk menertawakan dan menganggap hari kebangkitan dari kubur sebagai hal yang mustahil. Mereka mengatakan: “Apakah kita dihidupkan kembali, lalu kita hidup setelah kita fanā’ dan kita kembali sebagaimana pertama kali?” Al-Qurthubī berkata: “Jika dikatakan kepada mereka: Sesungguhnya kalian dibangkitkan, mereka menjawab dengan ingkar dan terheran: Apakah kita setelah mati dikembalikan kepada keadaan pertama lagi, lalu kita hidup sebagaimana sebelum kita mati?” (9156) “Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?””; apakah ketika kita sudah menjadi tulang belulang yang bercerai-berai dan rusak, kita akan dikembalikan dan dibangkitkan dengan baru? “Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan””; jika ba‘ts memang terjadi dan kita dibangkitkan setelah mati, maka kita akan termasuk orang yang merugi, sebab kita termasuk ahli neraka. Allah berfirman: “Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja”; pengembalian itu tidak lain, kecuali satu teriakan, sangkakala ditiup untuk kebangkitan dari alam kubur, “maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi”; tiba-tiba makhluk seluruhnya berada di permukaan bumi setelah berada di dalam perutnya.

Catatan:

  1. 910). al-Baḥr-ul-Muḥīth (8/418).
  2. 911). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/204).
  3. 912). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/204.
  4. 913). Tafsīr-ul-Khāzin, 3/595, lalu Ibnu Katsīr berkata: “Inilah pendapat yang benar dan didukung oleh mayoritas ulama.
  5. 914). Tafsīr-ul-Qurthubī (19/193).
  6. 915). Idem.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *