Surah an-Nazi’at 79 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur (2/2)

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Rangkaian Pos: Surah an-Nazi'at 79 ~ Tafsir al-Qur'an-ul-Majid an-Nur

2. Perbandingan Hari Bangkit dengan Penciptaan Langit dan Bumi. Pergantian Siang dan Malam Mempersiapkan Bumi untuk Didiami, pada Hari Kiamat, Orang-orang Musyrik Menyangka bahwa Mereka Hanya Sekejap Berdiam di Dunia.

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا. رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا.

A’antum asyaddu khalqan amis samā’u banāhā. Rafa‘a samkahā fa sawwāhā.
“Apakah kamu lebih sukar penciptaannya ataukah yang telah Allah bangun? Allah telah meninggikan atapnya dan menciptakannya dengan sebaik-baiknya.” (61) (an-Nāzi‘āt [79]: 27-28)

Apakah kamu, wahai manusia, yang mengingkari hari bangkit, yang dijadikan dari air mani, dalam keadaan lemah, tidak memiliki sesuatu manfaat atau mudarat, lebih sukar diciptakan daripada langit yang besar dan yang kukuh?

Allah telah menyatukan bagian-bagian langit dan mengikat satu sama lain, sehingga menjadi satu bentuk yang kukuh. Sedangkan bintang diciptakan menurut ukuran yang sesuai dengan ukuran yang lain. Masing-masing bintang ditahan agar tidak berguguran dan tidak melampaui batas daerahnya sehingga kumpulan bintang itu merupakan suatu kawasan bintang.

وَ أَغْطَشَ لَيْلَهَا وَ أَخْرَجَ ضُحَاهَا.

Wa aghthasya lailahā wa akhraja dhuḥāhā.
“Allah menjadikan malam gelap-gulita, dan menampakkan siang terang-benderang.” (an-Nāzi‘āt [79]: 29)

Allah menjadikan malam gelap-gulita, rembulan tidak nampak dan Allah menyinarkan siangnya. Bergilirnya malam dan siang serta perbedaan musim dan masa memungkinkan bumi menjadi tempat kediaman atau tempat tinggal.

وَ الْأَرْضَ بَعْدَ ذلِكَ دَحَاهَا.

Wal ardha ba‘da dzālika daḥāhā.
“Dan sesudah itu Allah mengembangkan bumi.” (an-Nāzi‘āt [79]: 30)

Allah menyiapkan bumi untuk tempat kediaman, baik bagi manusia maupun bagi makhlūq lainnya. Ayat 10 dalam surat Ḥāmīm Sajdah menunjukkan bahwa langit diciptakan sesudah penciptaan bumi. Sedangkan ayat yang tengah kita bicarakan ini mengisyaratkan bahwa Allah menghamparkan bumi dan menyiapkannya untuk menjadikan tempat kediaman manusia sesudah menjadikan langit.

Maka kedua ayat itu menunjukkan bahwa Allah mula-mula menjadikan bumi. Sesudah itu menjadikan langit, dan kemudian kembali ke bumi untuk menghamparkannya dan menyiapkannya untuk menjadi tempat tinggal manusia. Ringkasnya, ayat dalam surat as-Sajdah menjelaskan penciptaan pertama, sedangkan ayat ini menerangkan perbaikan sesudah penciptaan itu.

أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَ مَرْعَاهَا.

Akhraja minhā mā’ahā wa mar‘āhā.
“Allah mengeluarkan air dari bumi dan rumputnya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 31)

Allah memancarkan air dan sungai serta menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan, baik untuk makanan manusia ataupun untuk makanan binatang.

وَ الْجِبَالَ أَرْسَاهَا.

Wal jibāla arsāhā.
“Dan Allah memancangkan gunung-gunung dengan kokoh.” (an-Nāzi‘āt [79]: 32)

Allah mengukuhkan bukit-bukit dan gunung-gunung di tempatnya dan menjadikannya sebagai pasak untuk menahan bumi agar tidak oleng atau tidak guncang.

مَتَاعًا لَّكُمْ وَ لِأَنْعَامِكُمْ.

Matā‘al lakum wa li’an‘āmikum.
“Sebagai kenikmatan bagimu dan bagi binatang-binatangmu.” (72) (an-Nāzi‘āt [79]: 33)

Agar manusia dan binatang dapat mengambil manfaatnya.

فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى.

Fa idzā jā’atith thāmmatul kubrā.
“Apabila telah datang bahaya yang amat besar.” (an-Nāzi‘āt [79]: 34)

Apabila hari yang memutihkan rambut anak-anak (hari kiamat) telah tiba, maka Allah pun menyelesaikan semua perkara makhlūq-Nya, memasukkan semua orang yang taat kepada-Nya ke dalam surga dan memasukkan semua orang yang durhaka ke dalam neraka.

يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ مَا سَعَى.

Yauma yatadzakarul insānu mā sa‘ā.
“Yaitu pada hari, ketika manusia mengingat kembali apa yang telah diusuhakannya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 35)

Pada hari kiamat itu, manusia melihat semua ‘amalan yang telah dikerjakannya di dunia. ‘Amal-‘amal itu dicatat dengan sempurna dalam kitab ‘amalan dan barulah dia ingat kembali semua apa yang telah dia lupakan.

وَ بُرِّزَتِ الْجَحِيْمُ لِمَنْ يَرَى.

Wa burrizatil jaḥīmu limay yarā.
“Diperlihatkan api neraka dengan jelas kepada siapa yang melihatnya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 36)

Pada hari itu diperlihatkan dengan jelas api neraka, sehingga dapat dilihat oleh semua orang, baik oleh mereka yang mu’min maupun mereka yang kafir. Walaupun neraka itu hanya disediakan untuk orang-orang kafir.

فَأَمَّا مَنْ طَغَى. وَ آثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى.

Fa ammā man thaghā. Wa ātsaral ḥayātad dunyā. Fa innal jaḥīma hiyal ma’wā.
“Adapun orang yang melanggar batas. Dan mengutamakan kehidupan dunia. Maka sesungguhnya api neraka itulah tempat diamnya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 37-39)

Orang yang sombong, melampaui batas, mengutamakan kenikmatan hidup dunia atas pahala akhirat, maka neraka Jahannamnya yang menjadi tempat kediamannya.

وَ أَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَ نَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى.

Wa ammā man khāfa maqāma rabbihī wa nahan nafsa ‘anil hawā. Fa innal jannata hiyal ma’wā.
“Adapun orang yang takut kepada hari ketika dia berdiri di depan Tuhannya serta menahan nafsunya dari mengikuti keinginan yang rendah. Sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 40-41)

Orang yang takut pada saat berhadapan dengan Allah, Tuhannya, pada hari kiamat dan menginsafi kebesaran Allah serta keagungan-Nya dan menjauhkan diri dari semua yang diharamkan, maka surgalah yang menjadi tempat kediamannya.

يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا.

Yas’alūnaka ‘anis sā‘ati ayyāna mursāhā.
“Mereka menanyakan kepadamu tentang “saat”, bilakah waktu terjadinya?” (83) (an-Nāzi‘āt [79]: 42)

Orang-orang musyrik yang mendustakan kebenaran dan mendustakan hari bangkit bertanya kepadamu, hai Muḥammad, tentang waktu hari kiamat, kapan akan terjadinya dan kapan akan diberlakukan?

Mereka tidak membenarkan bahwa kiamat itu akan terjadi. Mereka bertanya hanya sekadar mengolok-olok belaka. Maka Allah pun menolak pertanyaan-pertanyaan mereka dengan firman-Nya:

فِيْمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا.

Fīma anta min dzikrāhā.
“Tentang sesuatu yang kamu hanya menyebutkannya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 43)

Dalam bidang mana saja, hai Muḥammad, engkau dapat menerangkan kepada mereka tentang waktu terjadinya kiamat itu? Jelasnya, janganlah kamu membebani diri dengan mencari tahu kapan hari kiamat akan tiba dan bagaimana rahasia-rahasianya.

إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا.

Ilā rabbika muntahāhā.
“Kepada Tuhanmu kesudahannya.” (an-Nāzi‘āt [79]: 44)

Hanya Allah-lah yang mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Tidak ada seorang pun yang selain Dia, yang mengetahui kapan terjadinya kiamat. Allah tidak memberitahukannya kepada seorang pun, baik dia malaikat ataupun nabi.

إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرُ مَنْ يَخْشَاهَا.

Innamā anta mundziru may yakhsyāhā.
“Sesungguhnya kamu adalah seorang pemberi peringatan kepada siapa yang takut kepada-Nya saat itu.” (an-Nāzi‘āt [79]: 45)

Kamu, wahai Rasūl, adalah orang yang diutus untuk memberi kabar takut dan untuk memperingatkan manusia dari perbuatan keji dan maksiat. Kamu tidak ditugaskan untuk mengetahui waktu. Karena itu, janganlah kamu membebani diri dengan bertanya macam-macam dan ingin mengetahui apa yang tidak disuruh kepadamu untuk mengetahui dan laksanakan pekerjaan-pekerjaanmu yang lain.

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

Ka’annahum yauma yaraunahā lam yalbatsū illā ‘asyiyyatan au dhuḥāhā.
“Seolah-olah pada hari mereka menyaksikan hal itu, mereka merasa tidak berdiam lama, melainkan kadar satu senja atau kadar satu pagi hari.” (an-Nāzi‘āt [79]: 46)

Hari yang mereka ingkari ini pasti akan terjadi. Mereka akan menyaksikannya dengan mata kepala diri sendiri. Setelah mereka menyaksikannya, barulah sadar bahwa kehidupan mereka di dunia memang hanya sekejap saja.

D. KESIMPULAN SURAT

Dalam ayat-ayat ini, Allah mengajukan kisah-Nya kepada orang-orang yang mengingkari hari bangkit. Allah menjelaskan bahwa mengembalikan mereka sesudah mati adalah lebih mudah daripada menciptakan langit dan bumi. Allah juga menjelaskan bahwa hari kiamat pasti akan terjadi. Apabila hari yang sangat dahsyat huru-haranya itu telah tiba, maka manusia akan menjadi dua golongan: penghuni neraka, yaitu orang yang mengutamakan kehidupan dunia atas akhirat, dan penghuni surga, yaitu orang yang takut kepada Allah. Sesudah itu, Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik secara berolok-olok selalu bertanya kepada Rasūl, kapankah kiamat akan terjadi? Bahkan mereka juga minta agar kiamat disegerakan datangnya. Nabi sebenarnya juga ingin mengetahui hari kiamat agar dapat memberitahukan kepada mereka itu. Tetapi Allah melarang Nabi memikirkannya hal itu, karena hanya Allah-lah yang mengetahui secara pasti tentang kiamat itu.

Catatan:

  1. 6). Baca QS. Ghāfir [40]: 57, QS. Yāsīn [36]: 81.
  2. 7). Kaitkan dengan QS. an-Naba’ [78]. Dan baca QS. an-Naḥl [16]: 10.
  3. 8). Kaitkan dengan akhir QS. al-A‘rāf [7] dan QS. al-Qiyāmah [75].

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *