Surah an-Nashr 110 ~ Tafsir as-Sa’di

TAFSĪR AL-QUR’ĀN
(Judul Asli: TAISĪR-UL-KARĪM-IR-RAḤMĀNI FĪ TAFSĪRI KALĀM-IL-MANNĀN)

Penyusun: Syaikh ‘Abd-ur-Raḥmān bin Nāshir as-Sa‘dī

(Jilid ke 7 dari Surah adz-Dzāriyāt s.d. an-Nās)

Penerjemah: Muhammad Iqbal, Lc.
Izzudin Karimi, Lc.
Muhammad Ashim, Lc.
Mustofa Aini, Lc.
Zuhdi Amin, Lc.

Penerbit: DARUL HAQ

سُوْرَةُ النَّصْرِ

TAFSIR SURAT AN-NASHR

(Pertolongan)

Surat ke-110: 3 ayat

Madaniyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ. وَ رَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَ اسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا.

110:1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.

110:2. Dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong.

110:3. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

(an-Nashr [110]: 1-3). (471).

 

Tafsir Ayat:

(1-3) Dalam surat yang mulia ini terdapat berita gembira dan sekaligus perintah untuk Rasūl-Nya pada saat berita gembira itu terwujud, serta terdapat sebuah isyarat dan peringatan akan beberapa hal yang disebabkan olehnya.

Berita gembira yang dimaksud adalah berita gembira pertolongan Allah s.w.t. untuk Rasūl-Nya, penaklukkan Makkah dan masuknya orang-orang (فِيْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا) “ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong”, karena kebanyakan dari mereka menjadi pemeluk dan penolongnya setelah sebelumnya mereka memusuhinya. Berita gembira yang disampaikan ini benar-benar terjadi.

Sedangkan perintah setelah terwujudnya kemenangan dan penaklukan adalah perintah Allah s.w.t. untuk Rasūl-Nya agar bersyukur kepada Allah s.w.t. atas hal itu serta memahasucikan dengan memuji-Nya dan memohon ampunan pada-Nya.

Dan berkaitan dengan isyarat, terdapat dua isyarat dalam ayat ini: Pertama, isyarat bahwa kemenangan akan terus berlangsung bagi Islam dan semakin bertambah manakala terwujud tasbīḥ (memahasucikan) Allah dengan memuji-Nya dan memohon ampunan pada-Nya dari Rasūl-Nya, karena hal ini termasuk rasa syukur, dan Allah s.w.t. berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ.

Sungguh jika kalian bersyukur, pasti Kami akan tambahkan (nikmat) kepadamu.” (Ibrāhīm [14]: 7).

Dan hal itu telah terwujud di masa Khulafā’ Rāsyidīn dan generasi setelahnya dari umat ini. Dan pertolongan Allah s.w.t. senantiasa berlangsung hingga Islam mencapai apa yang tidak bisa dicapai oleh agama-agama lain dan banyak orang yang masuk ke dalam Islam dalam jumlah yang belum pernah ada pada agama lain, hingga terjadilah pembangkangan terhadap perintah Allah s.w.t. dalam umat ini sehingga mereka tertimpa perpecahan dan terjadilah apa yang terjadi. Meski demikian, umat dan agama ini tetap memiliki rahmat dan kelembutan Allah s.w.t. yang tidak pernah terlintas di benak atau berlalu dalam khayalan.

Isyarat kedua adalah dekatnya ajal Rasūlullāh s.a.w. Alasannya adalah karena usia beliau adalah usia mulia yang dengannya Allah s.w.t. bersumpah, dan Allah s.w.t. telah memberitahukan bahwa hal-hal utama itu ditutup dengan istighfar seperti shalat, haji, dan lainnya. Allah s.w.t. memerintahkan Rasūl-Nya untuk ber-taḥmīd dan beristighfar dalam kondisi itu sebagai sebuah isyarat bahwa ajal beliau sudah dekat. Hendaklah beliau mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rabb beliau dan menutup usianya dengan sesuatu paling istimewa yang beliau miliki. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan pada beliau. Rasūlullāh s.a.w. menafsirkan al-Qur’ān dan mengucapkan tasbīḥ dan istighfār dalam shalat. Beliau banyak membaca ketika ruku‘ dan sujud:

سُبْحَانَكَ اللهُمّ رَبَّنَا وَ بَحَمْدِكَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ.

Maha Suci Engkau, dan dengan memuji-Mu ya Allah, Rabb kami. Ya Allah, ampunilah aku.” (482).

 

Catatan:


  1. 47). Dalam manuskrip A disebutkan “Makkiyyah”. 
  2. 48). Sebagaimana disebutkan dalam Shaḥīḥ al-Bukhārī, no. 4967 dan Shaḥīḥ Muslim, no. 484 dari ‘Ā’isyah r.a.