بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Islam memiliki keistimewaan mengaitkan antara dunia dan akhirat, antara Allah s.w.t. dan hamba, antara kemenangan, kemuliaan dan penaklukan, kembali kepada Allah s.w.t. sebelum dan sesudahnya agar manusia tidak dibiarkan berjalan bersama hawa nafsu dan syahwat, serta senantiasa berkepribadian lurus, tidak sombong, tidak terpedaya dan berbuat keji. Inilah yang kita temukan secara jelas melalui tuntunan dan perintah Allah s.w.t. untuk nabi-Nya setelah meraih berbagai kemenangan (penaklukan) yang diberikan, seperti penaklukan Makkah dan lainnya, perintah untuk bertasbih, bertahmid, dan beristighfar dalam surah an-Nashr, surah Madaniyyah secara ijma‘. Ibnu ‘Abbās ditanya tentang petunjuk surah ini, ia menjawab: “Ini adalah ajal Rasūlullāh s.a.w. Allah s.w.t. memberitahukan bahwa ajal beliau telah dekat bila telah melihat semua hal itu.” Selang beberapa lama ‘Umar r.a. berkata: “Yang aku tahu persis seperti yang kau sampaikan.” (140). Penjelasan yang disampaikan Ibnu ‘Abbās tentang penafsiran surah ini sama seperti yang disebutkan Ibnu Mas‘ūd dan murid-muridnya, Qatādah dan Dhaḥḥāk. ‘Ā’isyah r.a. meriwayatkan intinya dari Nabi s.a.w., saat Makkah ditaklukkan dan bangsa ‘Arab masuk Islam, Rasūlullāh s.a.w. sering mengucapkan: Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya. Ya Allah, sungguh aku memohon ampunan kepada-Mu.” Beliau menafsirkan surah ini”.” (141) Rasūlullāh s.a.w. pernah bilang pada ‘Ā’isyah: “Menurutku, itu tidak lain adalah tibanya ajalku.” Surah yang dimaksud adalah surah an-Nashr:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ. وَ رَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَ اسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا.
110:1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
110:2. dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
110:3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia adalah Maha Penerima tobat.
(an-Nashr: 1-3)
Surah ini merupakan berita gembira kemenangan untuk Nabi s.a.w. terhadap seluruh bangsa ‘Arab, pemberitahuan ajal dan persiapan untuk beralih menuju Kekasih Tertinggi dengan senantiasa bertasbih, bertahmid dan memohon ampunan.
Bila pertolongan Allah s.w.t. dan pembelaan-Nya terhadap semua orang yang memusuhimu, yaitu Quraisy dan seluruh bangsa ‘Arab, telah terjadi, bila Makkah telah ditaklukkan untukmu, kemenangan telah engkau capai, agamamu meraih kemenangan dan tersebar luas, maka sucikanlah Allah s.w.t. seraya memuji-Nya atas beragam nikmat dan karunia yang diberikan padamu, mintalah ampunan untukmu dan para pengikutmu, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat hamba, agar mereka tidak putus asa dan kembali pada-Nya setelah berbuat kesalahan.
Pertolongan yang dilihat Rasūlullāh s.a.w. adalah kemenangan beliau atas Quraisy, Hawazan dan lainnya, dan kemenangan yang dimaksud adalah penaklukan Makkah, Thā’if, kota-kota Ḥijāz dan sebagian besar kawasan Yaman. Ibnu ‘Abd-il-Barr menjelaskan dalam al-Isti‘āb, tidaklah Rasūlullāh s.a.w. meninggal sementara masih ada satu orang ‘Arab yang masih kafir. Semuanya masuk Islam, setelah Ḥunian dan Thā’if, ada yang datang sendiri dan ada juga yang mengirim utusan. Setelah Rasūlullāh s.a.w. meninggal, terjadilahh kemurtadan di mana-mana dan kembali ke agama semula. (142) Maksudnya adalah bangsa ‘Arab dan para penyembah berhala (kaum paganis).
Faidah firman Allah s.w.t.: “Pertolongan Allah” (an-Nashr: 1) padahal pertolongan mesti berasal dari Allah s.w.t. yaitu, pertolongan tidak layak terjadi kecuali karena taufiq dari Allah s.w.t., tidak patut dilakukan oleh siapa pun selain Allah s.w.t., atau tidak patut terjadi kecuali karena hikmah-Nya. Maksudnya adalah mengagungkan pertolongan tersebut. Firman Allah s.w.t.: “Apabila telah datang pertolongan Allah” (an-Nashr: 1) adalah majāz, maksudnya bila pertolongan Allah s.w.t. telah terjadi.
Imām Aḥmad, Baihaqī dan Nasā’ī meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata: “Saat turun ayat: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (an-Nashr: 1) Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Kematianku telah diberitahukan kepadaku.” Beliau wafat pada tahun itu.”
Ibnu ‘Umar menjelaskan, surah ini turun di Minā saat haji wada‘, selanjutnya turun ayat: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agammu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (al-Mā’idah: 3). Setelah ayat ini turun, beliau masih hidup selama delapanpuluh hari. Setelah itu turun ayat tentang kalālah, beliau masih hidup lima puluh hari setelahnya. Lalu turun ayat: “Sungguh telah datang kepadamu seorang rasūl dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas-kasihan lagi penyayang tehadap orang-orang mu’min.” (at-Taubah: 128), beliau masih hidup tigapuluh lima hari setelah itu. Selanjutnya turun ayat: “Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (al-Baqarah: 281), beliau masih hidup selama duapuluh satu hari setelah itu.
Tanda-tandanya, engkau wahai Nabi melihat manusia dari kalangan ‘Arab dan lainnya masuk ke dalam agama Allah s.w.t. yang diutuskan padamu secara berkelompok, secara bergelombang setelah sebelumnya di awalnya mereka hanya masuk satu orang satu orang, dua orang dua orang, lalu satu kabilah seluruhnya masuk Islam. Ini terjadi pada tahun kesembilan dan sepuluh hijriyyah yang dikenal sebagai tahun datangnya para utusan, saat utusan-utusan ‘Arab datang ke Madīnah untuk memberitahukan mereka telah masuk Islam. Ibnu Isḥāq menjelaskan, saat Rasūlullāh s.a.w. menaklukkan Makkah, sepulang dari Tābūk, Bani Tsaqīf masuk Islam dan berjanji setia, datanglah berbagai utusan ‘Arab dari berbagai wilayah. Adanya seluruh bangsa ‘Arab memusuhi Islam pada mulanya adalah karena perintah dari kabilah Quraisy, karena mereka adalah pemimpin dan penuntun bangsa ‘Arab saat itu, penduduk Baitullāh dan tanah suci, keturunan Ismā‘īl a.s. dan pemimpin bangsa ‘Arab. Saat Makkah ditaklukkan, kaum Quraisy tunduk dan masuk Islam, bangsa ‘Arab tahu mereka tidak memiliki kekuatan untuk memerangi dan memusuhi Rasūlullāh s.a.w., akhirnya mereka semua masuk ke dalam agama Allah s.w.t. secara berbondong-bondong seperti yang disampaikan Allah s.w.t.: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia adalah Maha Penerima tobat. (an-Nashr: 1-3)
Perintah Ilahi datang untuk Nabi s.a.w. agar bertasbih setelah kemenangan-kemenangan militer tercapai dan Islam tersebar luas. Makna; saat Makkah ditaklukkan dan Islam menyebar luas, bersyukurlah kepada Allah s.w.t. atas segala nikmat yang diberi dengan menunaikan shalat, memahasucikan-Nya dari semua yang tidak baik bagi-Nya, memahasucikan-Nya dari ingkar janji berupa kemenangan yang pernah dijanjikan padamu, sandingkan pujian dengan bertasbih, maksudnya satukan keduanya, karena kemenangan tersebut mengharuskan untuk memuji Allah s.w.t. atas anugerah dan karunia agung yang Ia beri.
Mintalah ampunan dari Allah s.w.t. untukmu, seraya merendahkan diri untuk-Nya dan menganggap amalanmu pendek, sebagai pengajaran bagi umatmu. Mintakan pula ampunan untuk para pengikutmu dari kalangan orang-orang mu’min atas keresahan dan ketakutan karena pertolongan tidak kunjung tiba yang mereka rasakan, karena Allah s.w.t. menerima tobat orang-orang yang memohon ampunan pada-Nya, menerima tobat dan merahmati mereka dengan menerima tobat mereka. Ia Maha menerima tobat hamba agar mereka tidak putus asa dan kembali pada-Nya setelah berbuat salah.