Surat Ke-114
AN-NĀS
Surat an-Nās berarti Manusia. Diturunkan di Makkah sesudah surat al-Falaq, Surat an-Nās adalah surat al-Mu‘awwidzah yang kedua, terdiri dari 6 ayat.
A. SEJARAH TURUNNYA SURAT AN-NĀS
Ada yang meriwayatkan bahwa seorang Yahudi telah menyihir Muḥammad. Karena itu, Rasūl pun jatuh sakit tiga malam lamanya. Selama sakit, beliau mengerjakan hal-hal yang dirasa tidak memayahkan dirinya.
Ketika itulah datang Jibrīl yang memberitahu bahwa Nabi telah terkena sihir dan dia juga menunjuk Tempat benda sihir diletakkan. Sesudah itu Jibrīl membaca surat al-Mu‘awwidzatain dan membawa benda itu. Sesudah Nabi membaca surat al-Mu‘awwidzatain, beliau pun sehat kembali.
B. KANDUNGAN
Surat ini mengajarkan Rasūl supaya berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia dari gangguan setan. Sebab, setan selalu membisikkan kejahatan (kemaksiatan) kepada manusia dan menariknya untuk berbuat durjana dan maksiat. Itulah dia setan “khannās”.
C. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA
Persesuaian antara surat yang telah lalu (al-Falaq) dengan surat ini adalah, bahwa dalam surat yang telah lalu, Tuhan mengajarikan Nabi supaya berlindung kepada Allah yang menjadikan Shubuḥ dari segala jenis kejahatan, terutama kejahatan pendengki. Dalam surat ini, Allah mengajar Rasūl-Nya supaya berlindung kepada Tuhan dari wiswas (kebimbangan) dan godaan setan.
D. TAFSĪR SURAT AN-NĀS
Dua hal yang membawa wiswas.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillāhirraḥmānirraḥīm
Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ.
Qul a‘ūdzu bi rabbin nās.
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia.” (11)
(an-Nās [114]: 1).
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia dan yang melimpahkan nikmat-Nya kepada mereka.”
مَلِكِ النَّاسِ.
Malikin nās.
“Raja manusia.”
(an-Nās [114]: 2).
Aku (Muḥammad) berlindung kepada Tuhan yang memiliki manusia, yang mengurus semua permasalahannya, yang menciptakan syariat dan hukum yang memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia dan akhirat.
إِلهِ النَّاسِ.
Ilāhin nās.
“Tuhan manusia.”
(an-Nās [114]: 3).
Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai semua hati manusia dengan kebesaran-Nya, dan yang berhak menerima ibadat hamba-Nya yang dilakukan dengan khudhū‘ (ketundukan) dan tawajjuh (menghadapkan diri kepada Allah dengan ikhlas).
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ.
Min syarril waswāsil khannās.
“Dari kejahatan bisikan setan yang mengendap.”
(an-Nās [114]: 4).
Aku berlindung diri kepada Tuhan yang memelihara manusia, yang memiliki manusia dan menguasai hatinya dari kejahatan setan yang selalu menimbulkan rasa bimbang di dalam hati, yang menarik manusia untuk berbuat dosa dan memalingkan manusia dari perbuatan baik.
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
Alladzī yuwaswisu fī shudūrin nās. Minal jinnati wan nās.
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam hati manusia. Dari jinn dan manusia.” (22)
(an-Nās [114]: 5-6).
Orang yang menimbulkan kebimbangan atau keraguan dalam hati manusia terbagi dalam dua golongan:
Pertama, golongan jinn, yaitu golongan yang tidak tampak dan tidak kita kenali, tetapi kita merasakan pengaruhnya. Masing-masing manusia selalu diintai oleh satu setan dan itulah kekuatan yang menarik manusia untuk berbuat jahat dan menumbuhkan dalam benaknya berbagai pikiran buruk.
Kedua, golongan manusia. Mereka kerapkali menimbulkan keraguan di dalam hati kita dengan gerak-geriknya dan tutur katanya untuk memalingkan kita dari perbuatan kebajikan.
E. KESIMPULAN SURAT AN-NĀS
Dalam ayat-ayat ini, Tuhan menyuruh kita berlindung kepada dzāt-Nya yang Maha Suci dari gangguan setan yang senantiasa menimbulkan aneka keraguan di dalam hati kita, baik kebimbangan setan kasar maupun kebimbangan setan halus.
Surat an-Nās ini menyuruh kita berlindung kepada Tuhan yang memelihara, memiliki, dan menguasai jiwa manusia dari kejahatan para penggoda yang menimbulkan berbagai godaan di dalam hati kita. Baik mereka dari golongan jinn yang tidak terlihat maupun dari golongan manusia.
Catatan: