Surah an-Naba’ 78 ~ Tafsir ash-Shabuni (2/2)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah an-Naba' 78 ~ Tafsir ash-Shabuni

Di ayat-ayat di atas, Allah menuturkan sembilan bukti kekuasaan-Nya dan sebagai argumen jelas bahwa ba‘ts dan kehidupan kedua pasti terjadi. Sebab jika Allah mampu membangkitkan dan menghidupkan lagi. Itulah sebabnya Allah lalu berfirman: “Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan”; hari hisab dan pembalasan serta hari pemberian keputusan antara para makhluk adalah hari yang sudah ditentukan oleh Allah, tidak maju dan tidak mundur. “Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.”; (Hūd: 144). Al-Qurthubi berkata: “Hari Kiamat disebut hari keputusan, sebab di hari itu Allah memberi keputusan antara makhluk-Nya dan menjadikannya sebagai waktu yang ditetapkan untuk orang terdahulu dan orang di zaman akhir.” (901) “yaitu hari (pada waktu itu) ditiup sangkakala, lalu kamu datang berkelompok-kelompok”; hari itu adalah hari di mana sangkakala ditiup dengan tiupan kebangkitan dari kubur. Setelah itu kalian hadir berkelompok-kelompok untuk hisab dan pembalasan.

Kemudian Allah menyebutkan sifat-sifat hari yang mengerikan itu dengan berfirman: “Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu”; langit terbelah dari segala penjuru sehingga terjadi retakan di beberapa tempat yang terbuka bagaikan pintu di tembok. Ini karena dahsyatnya kiamat. Ini senada dengan ayat: “Apabila langit terbelah”; (al-Insyiqāq: 1) Redaksi ayat ini menggunakan fi‘il mādhī, sebab hal itu pasti terjadi. “dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia”; gunung-gunung dicabut dari tempatnya, sehingga dikhayalkan bagi orang yang melihat bahwa gunung itu sesuatu yang ada, padahal tidak ada, seperti fatamorgana. Orang yang melihat menyangka fatamorgana itu air, padahal bukan air. Ath-Thabari berkata: “Gunung-gunung setelah dicabut menjadi debu yang berterbangan menurut pandangan orang yang melihat, bagaikan fatamorgana yang dikira air oleh orang yang melihatnya, padahal hakekatnya debu.” (9021) “Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai”; Jahannam menantikan penghuninya, yaitu orang kafir, sebagaimana manusia menantikan musuhnya untuk menangkapnya ketika terlena. Ulama tafsir berkata: “Yakni tempat di mana musuh mengintai musuhnya. Jahannam mengintai musuh-musuh Allah untuk menyiksa mereka dengan nyala apinya. Ia mengawasi dan melihat orang kafir yang lewat di atasnya untuk menelannya. “lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas”; Jahannam adalah tempat kembali dan tempat tinggal bagi orang-orang durhaka yang jahat. “mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya”; mereka tinggal di Jahannam dalam waktu lama, terus menerus dan selamanya tanpa ada akhirnya.” (9032). Al-Qurthubi berkata: “Yakni mereka berdiam di neraka selama masih ada abad lainnya, sebab abad akhirat tidak ada akhirnya. (9043)”; Ar-Rabi‘ dan Qatadah berkata: “Abad-abad itu tidak ada habisnya dan tidak akhirnya.” (9054) “mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman”; di Jahannam mereka tidak merasakan dingin yang meringankan siksa. Tidak pula ada minuman yang mengobati haus mereka. “selain air yang mendidih dan nanah”; kecuali air panas yang panasnya mencapai puncaknya dan nanah yang mengalir dari kulit ahli neraka. “sebagai pembalasan yang setimpal”; Allah menghukum mereka dengan hal itu sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan-perbuatan buruk mereka.

Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab”; mereka tidak mengharapkan hisab dan balasan dan tidak beriman kepada pertemuan dengan Allah. Karena itu, Allah membalas mereka dengan balasan yang adil. “dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya”; mereka mendustakan ayat-ayat Allah yang menunjukkan ba‘ts dan ayat-ayat al-Qur’an dengan pendustaan yang hebat. “dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab”; segala sesuatu yang mereka lakukan, yaitu kejahatan dan dosa, Kami catat dalam sebuah kitab agar Kami balas mereka sesuai perbuatan itu. “Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain dari adzab”; maka rasakanlah hai orang-orang kafir, sebab Kami tidak akan menambah kalian atas permintaan tolong kalian, kecuali siksa di atas siksa kalian. Ulama tafsir berkata: “Tidak ada ayat di dalam al-Qur’an yang lebih berat bagi ahli neraka daripada ayat ini. Setiap kali mereka meminta tolong, mereka ditambah siksa yang lebih berat daripada siksa itu.” (9065).

Setelah menyebutkan keadaan orang-orang celaka ahli neraka, Allah meneruskannya dengan menyebutkan keadaan orang-orang beruntung yang berbakti dengan berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan”; orang-orang mukmin yang berbakti dan taat kepada Tuhan mereka di dunia, memperoleh dan meraih surga kenikmatan dan selamat dari siksa Neraka. Kemenangan itu dijelaskan Allah dengan firman: “(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur”; beberapa kebun yang bersinar di mana terdapat seluruh macam pohon dan bunga. Di sana terdapat pohon anggur yang indah dan bermacam-macam yang disukai oleh jiwa. “dan gadis-gadis remaja yang sebaya”; beberapa gadis perawan yang membusung buah dadanya serta putingnya sudah tampak. Mereka seumur dan sebaya. Dalam at-Tasḥīl disebutkan: yakni gadis yang sudah keluar putingnya. (9076). “dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman)”; gelas yang penuh arak yang jernih. Al-Qurthubi berkata: “Yang dimaksudkan dengan gelas adalah arak, seakan-akan Allah berfirman: Dan arak yang penuh, sudah diperas dan dijernihkan.” (9087).

Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta”; di surga mereka tidak mendengar omong kosong tanpa manfaat maupun ucapan dusta. Sebab surga adalah Darus Salam (negeri kedamaian). Semua yang ada di dalamnya juah dari kebatilan dan kekurangan: “Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak”; Allah membalas mereka dengan balasan yang agung sebagai karunia dari-Nya dan kebaikan yang sesuai amal perbuatan mereka di dunia. “Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Permurah”; balasan tersebut berasal dari ar-Rahman yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. “Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia”; tidak seorang pun mampu untuk berbicara kepada Allah untuk menokal petaka maupun menghilangkan siksa pada hari itu karena wibawa dan keagungan Allah. “Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf”; pada hari yang menakutkan dan menegangkan itu, Jibril dan para malaikat berbaris dengan khusyu‘. “mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dan ia mengucapkan kata yang benar”; tidak seorang pun dari mereka yang berbicara, kecuali malaikat yang diperkenankan oleh Allah untuk berbicara dan memberikan syafaat serta mengatakan kebenaran. Ash-Shawi berkata: “Jika para malaikat yang merupakan makhluk terbaik dan paling dekat dengan Allah, tidak mampu memberi syafaat kecuali dengan seizin Allah, maka bagaimana selain mereka bisa memberi syafaat?” (9098).

Itulah hari yang pasti terjadi”; itulah hari yang pasti terjadi dan tidak bisa dihindari. “Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya”; barang siapa ingin melewati jalan kembali yang mulia kepada Tuhannya dengan beriman dan amal saleh, maka hendaklah dia lakukan. Ini adalah dorongan dan motivasi. “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat”; obyek firman ini adalah kafir-kafir Quraisy yang mengingkari ba‘ts. Kami peringatkan kalian dan Kami takut-takuti kalian dengan siksa yang hampir terjadi yaitu, siksa akhirat. Siksa itu disebut dekat, sebab segala sesuatu yang pasti terjadi adalah dekat. “pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya”; pada saat setiap manusia melihat apa yang telah dia lakukan, baik maupun buruk, ada di dalam lembaran amalnya. Ini senada dengan ayat: “Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).”; (al-Kahfi: 49) “dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”; dan orang kafir berharap dia tidak pernah tercipta dan tidak menjadi mukallaf (manusia yang dibebani tanggungjawab). Dia berkata: “Aduhai seandainya kami adalah tanah sehingga kami tidak dihisab dan tidak dihukum. Ulama tafsir berkata: “Hal itu terjadi ketika Allah membangkitkan hewan-hewan pada hari kiamat, lalu mengqisos (membalas) hewan yang bertanduk untuk hewan tidak bertanduk. Setelah itu, hewan-hewan menjadi tanah, lalu orang kafir berharap seandainya dia seperti itu sehingga tidak disiksa.”

Aspek Balaghah.

Surat an-Naba’ mengandung segi-segi bayān dan badī‘ sebagaimana berikut ini:

Pertama; ithnāb dengan mengulang-ulang kalimat untuk mengancam dan memperingatkan (كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ). (ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ).

Kedua; Ījāz (meringkas) dengan membuang fi‘il (kata kerja) karena maknanya ditunjukkan oleh kata sebelumnya (عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيْمِ). Yang dibuang adalah fi‘il “yatasā’alūna ‘an-in-naba’”; (mereka bertanya-tanya mengenai berita yang besar).

Ketiga; tasybīh balīgh (jenis penyerupaan yang paling tinggi) (أَلْمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا وَ الْجِبَالَ أَوْتَادًا). Redaksi asal adalah: Kami jadikan bumi bagai alas yang dijadikan tikar orang tidur dan gunung bagaikan pasak yang menguatkan tiang. Alat tasybīḥ (yang digunakan untuk menyamakan) dan sisi (وَ جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا) yakni bagaikan pakaian yang menutupi.

Keempat; perbandingan dan penyandingan yang lembut dan halus antara (وَ جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا) dan (وَ جَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا). Malam dibandingkan dengan siang dan istirahat dibandingkan dengan bekerja. Ini termasuk untuk memperindah sebuah kalimat.

Kelima; tasybīh balīgh (penyerupaan paling tinggi) (فَكَانَتْ أَبْوَابًا) yakni bagaikan pintu dalam keterbelahannya dan keterbukaannya, lalu ‘adāt tasybīh dan wajhu syibhi dibuang.

Keenam; redaksi perintah yang dimaksudkan untuk menghinakan dan meremehkan orang-orang kafir:

فَذُوْقُوْا فَلَنْ نَزِيْدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا

Di sini juga terdapat iltifāt (pengalihan pembicaraan) dari ghaib (kata ganti ketiga) ke mukhāthab (orang kedua) agar lebih mencela dan menghina lawan bicara (orang kafir).

Ketujuh; thibāq (kesesuaian antar kata dalam kalimat) antara (بَرْدًا) dan (حَمِيْمًا).

Kedelapan; menuturkan yang umum setelah yang khusus (يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَ الْمَلَائِكَةُ صَفًّا). Ar-Ruh adalah Jibril yang termasuk malaikat. Dia disebut dua kali. Pertama kali secara sendiri dan kedua secara umum. Hal itu untuk mengingatkan keagungan Jibril.

Kesembilan; sajak murasha‘, misalnya (أَلْفَافًا، أَفَوَاجًا، أَبْوَابًا، مَآبًا، أَحْقَابًا). Ini termasuk badī‘ yang mengindahkan.

Catatan:

  1. 902). Tafsīr ath-Thabarī, 30/7.
  2. 903). Di dalam ayat ini tidak ada sesuatu yang menunjukkan, bahwa abad-abad itu ada batasnya, sebab ayat ini merupakan kinayah yang artinya selama-lamanya. Allah berfirman kepada mereka dengan apa yang mereka kenal. Pendapat lain, ayat ini berlaku untuk orang-orang yang durhaka dari muslimin. Namun pendapat ini salah, sebab pada ayat sebelumnya Allah berfirman: “Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya.”
  3. 904). Tafsīr al-Qurthubī, 19/175.
  4. 905). Lihat al-Qurthubī, 19/180 dan ash-Shāwī, 4/285.
  5. 906). Idem.
  6. 907). At-Taḥsīl, 4/174.
  7. 908). Tafsīr al-Qurthubī, 19/181.
  8. 909). Ḥasyiyah ash-Shāwī, 4/286.