Hati Senang

Surah al-Waqi’ah 56 ~ Tafsir ash-Shabuni (1/4)

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

056

SŪRAT-UL-WĀQI‘AH

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Surat ini mengandung hal-ihwal hari kiamat dan prahara yang terjadi sebelum hari tersebut serta pembagian umat manusia menjadi tiga bagian, yaitu golongan kanan, golongan kiri dan orang-orang yang dahulu (sābiqīn).

Surat ini membicarakan tempat kembali masing-masing kelompok dan balasan yang disediakan oleh Allah untuk mereka dengan adil pada hari kiamat. Surat ini memaparkan dalil-dalil eksistensi Allah dan keesaan-Nya serta kesempurnaan kuasa Allah dalam perbuatan-Nya yang mengagumkan. Hal itu diwujudkan dalam menciptakan manusia, mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, menurunkan air dan memberi kekuatan bagi api. Kemudian surat ini menjelaskan al-Qur’ān yang agung yang diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Juga mengungkap prahara dan kesulitan yang dialami manusia ketika sekarat.

Surat ini ditutup dengan menyebutkan ketiga kelompok, yaitu orang yang beruntung, orang yang celaka dan orang-orang yang terlebih dahulu (sābiqīn) menuju kebaikan. Juga menjelaskan kesudahan masing-masing kelompok. Penjelasan ini seperti perincian terhadap penjelasan global di awal surat di samping merupakan pujian bagi orang-orang yang dekat dengan Allah.

Fadhīlah al-Wāqi‘ah

  1. – Diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ūd r.a., bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa membaca surat al-Waqī‘ah pada tiap malam, maka dia tidak akan tertimpa melarat selamanya.” (2971).
  2. – Al-Ḥāfizh Ibnu ‘Asākir meriwayatkan dalam biografi ‘Abdullāh bin Mas‘ūd r.a. dengan sanad dari Abū Dhabyah yang berkata: “‘Abdullāh mengalami sakit di mana dia meninggal dunia karenanya. Lalu dijenguk oleh ‘Utsmān bin ‘Affān r.a. ‘Utsmān bertanya: “Apa yang anda rasakan sakit?” ‘Abdullāh menjawab: “Dosa-dosaku.” ‘Utsmān bertanya: “Apa yang anda inginkan?” ‘Abdullāh menjawab: “Rahmat Tuhanku.” ‘Utsmān bertanya: “Anda suka aku panggilkan dokter?” ‘Abdullāh menjawab: “Dokter itu yang menyebabkan aku sakit.” ‘Utsmān bertanya: “Apakah anda suka aku beri uang?” ‘Abdullāh menjawab: “Aku tidak perlu uang.” ‘Utsmān berkata: “Uang itu untuk anak-anak wanitamu sepeninggalmu.” ‘Abdullāh berkata: “Apakah anda mengkhawatirkan anak-anak wanitaku melarat? Aku sudah menyuruh mereka untuk membaca surat al-Wāqi‘ah tiap malam. Aku mendengar Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa membaca surat al-Wāqi‘ah pada tiap malam, maka dia tidak akan tertimpa melarat selamanya.” Karena itu, Abū Dhabyah tidak pernah melupakannya.” (2982).

 

TAFSIR SURAT AL-WĀQI‘AH

Sūrat-ul-Wāqi‘ah, Ayat: 1-56

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ. لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ. خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ. إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا. وَ بُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا. فَكَانَتْ هَبَاءً مُّنْبَثًّا. وَ كُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً. فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ. وَ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ.وَ السَّابِقُوْنَ السَّابِقُوْنَ.أُولئِكَ الْمُقَرَّبُوْنَ. فِيْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ. ثُلَّةٌ مِّنَ الْأَوَّلِيْنَ. وَ قَلِيْلٌ مِّنَ الْآخِرِيْنَ. عَلَى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍ. مُتَّكِئِيْنَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِيْنَ. يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَ. بِأَكْوَابٍ وَ أَبَارِيْقَ وَ كَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍ. لَا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَ لَا يُنْزِفُوْنَ. وَ فَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَ. وَ لَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَ. وَ حُوْرٌ عِيْنٌ. كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِ. جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَ لَا تَأْثِيْمًا. إِلَّا قِيْلًا سَلَامًا سَلَامًا. وَ أَصْحَابُ الْيَمِيْنِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِيْنِ. فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍ. وَ طَلْحٍ مَّنْضُوْدٍ. وَ ظِلٍّ مَّمْدُوْدٍ. وَ مَاءٍ مَّسْكُوْبٍ. وَ فَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍ. لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَ لَا مَمْنُوْعَةٍ. وَ فُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍ. إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا. عُرُبًا أَتْرَابًا. لِأَصْحَابِ الْيَمِيْنِ. ثُلَّةٌ مِّنَ الْأَوَّلِيْنَ. وَ ثُلَّةٌ مِّنَ الْآخِرِيْنَ. وَ أَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ. فِيْ سَمُوْمٍ وَ حَمِيْمٍ. وَ ظِلٍّ مِّنْ يَحْمُوْمٍ. لَّا بَارِدٍ وَ لَا كَرِيْمٍ. إِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذلِكَ مُتْرَفِيْنَ. وَ كَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِ. وَ كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ أَئِذَا مِتْنَا وَ كُنَّا تُرَابًا وَ عِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ. أَوَ آبَاؤُنَا الْأَوَّلُوْنَ. قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ. لَمَجْمُوْعُوْنَ إِلَى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ. ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَ. لَآكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍ. فَمَالِؤُوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَ. فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِ. فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِ. هذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِ.

56: 1. Apabila terjadi hari kiamat,
56: 2. terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal).
56: 3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
56: 4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
56: 5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya,
56: 6. maka jadilah dia debu yang beterbangan,
56: 7. dan kamu menjadi tiga golongan.
56: 8. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
56: 9. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
56: 10. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga).
56: 11. Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah).
56: 12. Berada dalam surga keni‘matan.
56: 13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
56: 14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.
56: 15. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata,
56: 16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
56: 17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
56: 18. dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,
56: 19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
56: 20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
56: 21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
56: 22. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli,
56: 23. laksana mutiara yang tersimpan baik.
56: 24. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
56: 25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,
56: 26. akan tetapi mereka mendengar ucapan salām.
56: 27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
56: 28. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,
56: 29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
56: 30. dan naungan yang terbentang luas,
56: 31. dan air yang tercurah,
56: 32. dan buah-buahan yang banyak,
56: 33. yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya,
56: 34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
56: 35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,
56: 36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan,
56: 37. penuh cinta lagi sebaya umurnya,
56: 38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,
56: 39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
56: 40. dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.
56: 41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu.
56: 42. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih,
56: 43. dan dalam naungan asap yang hitam.
56: 44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
56: 45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.
56: 46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.
56: 47. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?
56: 48. apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?”
56: 49. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,
56: 50. benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.
56: 51. Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan,
56: 52. benar-benar akan memakan pohon zaqqūm,
56: 53. dan akan memenuhi perutmu dengannya.
56: 54. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
56: 55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.
56: 56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan”.

Tinjauan Bahasa.

(رُجَّتِ): digoncang dan gerakan dengan hebat.

(بُسَّتِ): dicerai-beraikan hingga laksana tepung yang dihamburkan.

(هَبَاءً): benda kecil yang beterbangan di udara.

(ثُلَّةٌ): kelompok sebagaimana dikatakan az-Zajjāj.

(مَّوْضُوْنَةٍ): ditenun dengan sempurna, seakan-akan sebagian dimasukkan pada yang lain. (2993).

(يُصَدَّعُوْنَ): sakit kepala karena meminum sesuatu.

(يُنْزِفُوْنَ): mabuk sehingga akal tidak bekerja.

(مَّخْضُوْدٍ): dipotong durinya. Umayyah bin Abī Shalt berkata:

Kebun-kebun itu rindang dan rimbun
Di dalamnya terdapat pepohonan merata dan durinya dipotong.” (3004).

(طَلْحٍ): pohon pisang.

(مَّنْضُوْدٍ): bertumpuk-tumpuk dan sebagian di atas yang lain.

(عُرُبًا): yang ingin disayang suaminya.

(سَمُوْمٍ): angin panas yang dirasakan oleh pori-pori.

(يَحْمُوْمٍ): yang sangat hitam.

(الْحَمِيْمِ): air yang mendidih.

(الْهِيْمِ): unta-unta yang kehausan dan tidak bisa segar karena penyakit yang mendera.

Tafsir Ayat.

Apabila terjadi hari kiamat”; jika hari kiamat yang pasti benar-benar terjadi. Peristiwa yang karenanya hati manusia lepas dari tempatnya. (3015) Ibnu ‘Abbās berkata: “Wāqi‘ah termasuk nama hari kiamat. Nama lain shākhkhah (suara yang memekakkan, tiupan sangkakala yang kedua) azifah (yang dekat) dan thāmmah (mala-petaka besar). Nama-nama tersebut menunjukkan kedahsyatan hari kiamat”. (3026) “terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal)”; saat hari kiamat terjadi, tidak ada orang pendusta yang mendustakannya. Seperti manusia mendustakan hari ini sebelum itu. Setiap jiwa saat itu beriman, karena mereka melihat siksa dengan mata kepala. Ini sema‘na dengan ayat: “Maka tatkala mereka melihat ‘adzāb Kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja”.” (Al-Mu’min: 84) (3037). “(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain)”; Hari Kiamat menghinakan beberapa kelompok dan mengangkat derajat beberapa kelompok yang lain. Hari Kiamat merendahkan musuh-musuh Allah di dalam neraka dan meninggikan wali-wali Allah di dalam surga. Al-Ḥasan berkata: “Kiamat merendahkan beberapa kaum ke neraka, meskipun di dunia mereka mulia, dan meninggikan bebarapa kaum yang lain ke atas ‘Illiyyīn, meskipun di dunia mereka dihina.” (3048).

Kemudian Allah menjelaskan kapan kiamat terjadi: “apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya”; bumi digoncang dengan keras dan bergerak dengan hebat. Saking kerasnya, sampai semua yang ada di atasnya roboh, meskipun bangunan yang tinggi dan benteng yang kuat. ‘Ulamā’ tafsir berkata: “Bumi digoyang sebagaimana anak di buaian digoyang sampai semua bangunan yang ada di atasnya roboh. Gunung dan benteng remuk.” (3059) “dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya”; gunung-gunung dicerai-beraikan hingga bagaikan tepung yang dihamburkan, padahal sebelumnya tinggi. “maka jadilah dia debu yang beterbangan”; lalu gunung-gunung itu menjadi debu yang beterbangan dan terpisah-pisah di udara, seperti sesuatu yang terlihat di sinar matahari jika masuk jendela. (30610) Ayat ini sema‘na dengan firman Allah: “Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (al-Qāri‘ah: 5) dan firman Allah: “Dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.” (an-Naba’: 20).

dan kamu menjadi tiga golongan”; wahai umat manusia kalian menjadi tiga golongan; golongan kanan, golongan kiri dan orang-orang yang dahulu keimanannya (sābiqīn). Orang-orang dahulu adalah pemilik kedudukan yang tinggi di dalam surga. Golongan kanan adalah ahli surga lainnya, sedangkan golongan kiri adalah ahli neraka. Inilah tingkatan umat manusia di akhirat. Maimūn bin Mihrān berkata: “Dua di surga dan satu di neraka.” (30711).

Kemudian Allah merinci ketiga golongan tersebut. “Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu”; kata tanya ini untuk mengagungkan dan membanggakan.Tahukah kamu, apakah golongan kanan itu? Siapakah mereka dan apa sifat mereka? Mereka adalah orang-orang yang diberi catatan ‘amal dengan tangan kanan. Kata tanya tersebut bertujuan pengaguman terhadap mereka dan pengagungan sifat mereka dalam masuk surga dan meni‘mati isinya. “Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu”; tahukah kamu, siapakah golongan kiri itu dan apa sifat mereka? Mereka adalah orang-orang yang diberi catatan ‘amal dengan tangan kiri. Kalimat tanya tersebut adalah perintah untuk heran karena masuk neraka dan celaka. Al-Qurthubī berkata: “Pengulang-ulangan kata dalam ayat-ayat agar manusia heran kenapa mereka kafir dan masuk neraka. Ini sema‘na dengan firman Allah: “Hari Kiamat, apakah Hari Kiamat itu?” (al-Ḥāqqah: 1-2) dan firman Allah: “Hari Kiamat, apakah Hari Kiamat itu?” (al-Qāri‘ah: 1-2) (30812). Al-Alūsī berkata: “Yang dimaksud ayat bagian pertama adalah perintah untuk membanggakan orang beriman. Sedangkan pada ayat berikutnya perintah untuk menimbulkan perasaan takut dan pendengar heran akan sifat kedua golongan yang agung dan golongan buruk. Seolah dikatakan: “Golongan kanan ada pada keadaan paling baik dan golongan kiri ada pada keadaan paling buruk.” (30913).

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga)”; inilah golongan ketiga; ya‘ni orang-orang yang lebih dahulu dalam kebaikan dan kebajikan, merekalah yang dahulu ke surga keni‘matan. Kemudian Allah menyanjung mereka: “Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah)”; merekalah yang didekatkan kepada Allah di sisi-Nya di naungan ‘Arasy-Nya dan dalam negeri kemuliaan-Nya. “Berada dalam surga keni‘matan”; mereka berada di dalam surga abadi dan memperoleh ni‘mat di dalamnya. Al-Khāzin berkata: “Jika anda bertanya: “Kenapa Allah menyebutkan golongan orang-orang yang dahulu paling akhir, padahal mereka berhak didahulukan atas golongan kanan? Saya jawab: “Rahasianya; Allah menyebutkan hal-hal yang mengerikan pada awal surat ini pada saat terjadinya kiamat untuk menimbulkan perasaan takut para hamba. Ada hamba yang berbuat baik lalu ia bertambah menyukai pahala, ada hamba yang berbuat buruk lalu dia meninggalkan keburukannya karena takut akan siksa. Itulah sebabnya Allah mendahulukan golongan kanan agar para hamba mendengar dan suka. Kemudian Allah menuturkan golongan kiri agar mereka takut, lalu menuturkan orang-orang dahulu yaitu orang-orang yang tidak sedih karena keterkejutan besar agar para hamba bersungguh-sungguh dan giat.” (31014).

Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu”; orang-orang yang dahulu adalah kelompok yang banyak di antara umat-umat dahulu. “dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian”; jumlah mereka di kalangan umat Muḥammad ini sedikit. Al-Qurthubī berkata: “Mereka dianggap sedikit karena dibandingkan umat sebelumnya. Para nabi dulu banyak jumlahnya, lalu banyak orang yang dahulu beriman kepada mereka. Sehingga mereka melebihi jumlah orang yang dahulu beriman dari umat ini. (31115) Pendapat lain, yang dimaksud: “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman” adalah golongan dan generasi awal umat ini dan yang dimaksudkan orang-orang akhir adalah golongan dan generasi akhir dari umat ini. Namun kedua kelompok itu dari umat Muḥammad.” (31216) “Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata”; mereka duduk di atas beberapa ranjang yang ditenun dengan emas dan bertahtakan mutiara serta yāqūt. Ibnu ‘Abbās berkata: “Maksudnya ranjang itu ditenun dengan emas.” (31317) “seraya bertelekan di atasnya”; dalam keadaan berbaring di atas ranjang-ranjang itu seperti keadaan orang-orang yang hidup enak dan ma‘mur. “berhadap-hadapan”; wajah sebagian dari mereka menghadap sebagian yang lain, tidak ada orang di belakang orang lain. Hal ini menambah kebahagiaan dan lebih menyempurnakan etika duduk.

Catatan:

  1. 297). Diriwayatkan oleh Ḥāfizh Abū Ya‘lā dan Ibnu ‘Asākir.
  2. 298). Tafsīru Ibni Katsīr, 4/281.
  3. 299). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/201.
  4. 300). Al-Baḥr-ul-Muḥīth, 8/201.
  5. 301). Tafsīr-ul-Baidhawī 3/437.
  6. 302). Tafsīr-ul-Baḥr-il-Muḥīth, 8/202.
  7. 303). Tafsir ini lebih kuat dalam menafsiri ayat ini dan itulah pilihan al-Baidhawī, Abū Su‘ūd, dan al-Alūsī. Ibnu Katsīr berpendapat, bahwa maksud ayat ini; tidak ada penghalang bagi kiamat ketika terjadi dan tidak penolaknya. Tafsir seperti ini diriwayatkan dari al-Ḥasan dan Qatādah. Tafsir pertama lebih tepat dan kuat. Wallāhu a‘lam.
  8. 304). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/428.
  9. 305). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/196.
  10. 306). Demikian pendapat Ibnu ‘Abbās.
  11. 307). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/428.
  12. 308). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/199.
  13. 309). Tafsīr-ul-Alūsī, 27/131.
  14. 310). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/15.
  15. 311). Tafsīr-ul-Qurthubī, 17/200.
  16. 312). Pendapat yang kami sebutkan pertama kali dipilih oleh mayoritas ‘ulamā’ tafsir, seperti Ibnu Jarīr, Abū Su‘ūd, al-Qurthubī, al-Baidhawī dan al-Alūsī. Ibnu Katsīr mendukung pendapat kedua dan berkata: “Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarīr perlu dipertimbangkan, bahkan dha‘īf, sebab umat ini adalah umat terbaik dengan kesaksian nash al-Qur’ān. Jadi tidak mungkin muqarrabīn dari selain umat ini lebih banyak….. Menurut penulis: “Anda sudah tahu, bahwa para nabi itu banyak dan semuanya termasuk sābiqīn (orang-orang dahulu). Jika para pengikut mereka yang khawash (orang yang memiliki kelebihan khusus) digabungkan, maka mereka lebih banyak daripada khawash umat ini. Namun umat Muḥammad tetap umat yang paling banyak masuk surga dan umat yang paling mulia dari secara umum, bukan dari segi khawash-nya. Wallāhu a‘lam.
  17. 313). Mukhtasharu Ibni Katsīr, 3/430.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.