Hati Senang

Surah al-Qari’ah 101 ~ Tafsir ash-Shabuni

Tafsir ash-Shabuni | Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

101

SŪRAT-UL-QĀRI‘AH.

Pokok-pokok Kandungan Surat.

Sūrat-ul-Qāri‘ah adalah surat Makkiyyah. Ia berbicara mengenai hari kiamat serta praharanya, akhirat dan kesulitannya serta peristiwa yang terjadi saat itu. Misalnya; keluarnya manusia dari kubur, tersebarnya manusia pada hari itu bagaikan anai-anai yang beterbangan ke sana ke mari, pulang dan pergi tanpa aturan karena dahsyatnya kebingungan dan ketakutan mereka.

Di samping itu, surat ini membicarakan beterbangannya gunung-gunung, sehingga bagaikan bulu yang terpotong dan beterbangan di udara, padahal sebelumnya keras dan tegak di atas bumi. Manusia disertakan dengan gunung untuk mengingatkan pengaruh hari kiamat bagi gunung, sehingga bagaikan bulu yang dihamburkan. Lalu bagaimana keadaan manusia pada hari yang menakutkan itu?

Sūrat-ul-Qāri‘ah ditutup dengan menyebutkan timbangan yang digunakan untuk menimbang amal perbuatan umat manusia serta pembagian makhluk pada hari itu menjadi orang yang beruntung dan orang yang celaka, sesuai berat ringannya timbangan. Surat yang mulia ini disebut al-Qāri‘ah karena hari kiamat itu prahara mengetuk hati dan telinga.

 

TAFSĪR SŪRAT-UL-QĀRI‘AH

Sūrat-ul-Qāri‘ah: Ayat: 1-11.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

الْقَارِعَةُ. مَا الْقَارِعَةُ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ. يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ. وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ. فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ. فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ. وَ أَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ. فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ. نَارٌ حَامِيَةٌ.

101:1. Hari Kiamat,
101:2. Apakah hari Kiamat itu?
101:3. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
101:4. Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran.
101:5. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
101:6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya,
101:7. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
101:8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya,
101:9. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah.
101:10. Dan tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah itu?
101:11. (Yaitu) api yang sangat panas.

Tinjauan Bahasa.

(الْقَارِعَةُ): salah satu nama hari kiamat. Disebut demikian, sebab hari kiamat mengetuk hati dengan praharanya dan kejutnya. Makna asalnya memukul dengan kuat dan keras.

(الْمَبْثُوْثِ): tersebar dan bercerai-berai.

(الْعِهْنِ): bulu yang berwarna atau dicelup.

(هَاوِيَةٌ): termasuk nama Jahannam. Disebut demikian, sebab umat manusia jatuh ke dalamnya.

Tafsir Ayat.

Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu”; ketakutan dan huru-haranya tidak terbayangkan oleh daya khayal dan tidak tercapai oleh akal pikiran manusia. Hari Kiamat terlalu agung untuk disifati atau digambarkan. Kemudian Allah menambah kengerian dan huru-haranya yang besar kiamat. “Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?”; apa yang kamu ketahui bagaimana sifat hari Kiamat dan praharanya bagi jiwa manusia? Hari Kiamat tidak hanya mengejutkan hati, ia juga berpengaruh pada benda-benda besar. Karenanya langit menjadi pecah, bumi menjadi tergoncang, gunung luluh-lantak, bintang bertebaran, matahari, bulan digulung dan akibat lainnya. Abū Su‘ūd berkata: “Hari Kiamat disebut qāri‘ah sebab hari itu mengetuk hati dan telinga dengan bermacam-macam prahara dan ketakutan. Ayat “apakah hari Kiamat itu?” maksudnya kiamat adalah sesuatu yang menakjubkan karena hebat dan menakutkannya. Lalu Allah menguatkan praharanya dengan ayat “Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?” dengan menjelaskan bahwa kiamat tidak terjangkau oleh ilmu makhluk dan tidak seorang pun mampu mencapainya. (11191).

Setelah memperingatkan dan memancing penasaran untuk mengetahui sebagian dari sifat kiamat, Allah menjelaskannya “Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran”; hal ini terjadi ketika manusia keluar dari kubur mereka dalam keadaan tersentak seakan-akan mereka anai-anai yang bertebaran ke sana ke mari. Mereka bercampur aduk karena sangat bingung dan takut. Ar-Rāzī berkata: “Allah menyerupakan makhluk pada saat hari kebangkitan di sini dengan anai-anai yang bertebaran dan pada ayat lain dengan belalang yang terbang tak tentu arah. Sisi penyerupaan dengan anai-anai adalah ketidakjelasan arah yang mereka tuju. Masing-masing dari mereka dibangkitkan, mereka sangat ketakutan. Sementara sisi kesamaan dengan belalang, sebagiannya menumpuk kepada yang lain. Demikian juga manusia, jika dibangkitkan, sebagian bercampur dengan yang lain bagaikan anai-anai dan belalang. Ini senada dengan firman Allah: “Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain.” (11202). (al-Kahfi: 99) “dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan”; inilah sifat kedua di antara sifat kiamat yang mengerikan. Yakni dan gunung-gunung bagaikan bulu yang berhamburan dan beterbangan. Bagian-bagiannya bercerai-berai di udara, sehingga bagaikan bulu yang beterbangan ketika ditiup. Ash-Shāwī berkata: “Di sini disertakan penyebutan keadaan manusia dan keadaan gunung untuk mengingatkan bahwa Hari Kiamat berpengaruh pada gunung yang besar dan kokoh sehingga menjadi bagaikan bulu yang bertaburan. Padahal gunung bukan makhluk mukallaf (terbebani oleh tuntunan dan syariat). Lalu bagaimana keadaan manusia yang lemah dan mukallaf serta diberi balasan? (11213).

Kemudian Allah menyebutkan keadaan manusia pada hari itu. Mereka terbagi menjadi dua golongan: yang beruntung dan orang celaka. Allah berfirman: “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya”; timbangan kebaikannya lebih banyak dan berata, “Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan”; ia berada dalam kehidupan yang tentram dan bahagia di dalam surga keabadian serta kenikmatan. “Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya”; keburukannya mengalahkan kebaikannya atau tidak mempunyai kebiakan yang diterima, “Maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah”; tempat tinggalnya neraka Jahannam yang dia masuk ke dasarnya. Ayat ini menyebut tempat tinggal neraka dengan “ummu” (ibu) baginya. Karena ibu adalah tempat berlindung anak. Maka neraka Jahannam menjadi tempat berlindung orang-orang jahat itu, sebagaimana anak berlindung kepada ibu mereka. Abū Su‘ūd berkata: “Hāwiyah termasuk nama neraka. Neraka disebut Hāwiyah karena sangat dalam dan dasarnya jauh. Diriwayatkan bahwa ahli neraka turun ke dalam neraka selama tujuh puluh tahun.” (11224) “Dan tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah itu?”; istifham (pertanyaan) untuk mengagungkan dan menciptakan rasa takut. Yakni apa yang kamu ketahui apa itu Hāwiyah? Allah menjelaskannya: “(Yaitu) api yang sangat panas”; yaitu neraka yang sangat panas apinya dan tidak ada batasnya. Sebab api manapun jika dihidupkan dan bahan bakar terbesar dimasukkan ke dalamnya, maka tidak membandingi panasnya Jahannam. Semoga Allah menyelamatkan kita darinya dengan karunia dan anugerah-Nya.

Aspek Balaghah:

Dalam sūrat-ul-Qāri‘ah terdapat sejumlah keindahan bahasa sebagaimana berikut ini:

Pertama, istifhām (pertanyaan) untuk mengagungkan dan menciptakan ketakutan:

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ.

Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ.

Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?

Kedua, menempatkan isim zhahīr (nama jelas) di tempat isim dhamīr (kata ganti) agar lebih menakutkan:

الْقَارِعَةُ. مَا الْقَارِعَةُ.

Hari Kiamat, Apakah hari Kiamat itu?” di ayat ini mengulang “Al-Qāri‘ah”.

Ketiga, tasybīh mursal mujmal:

يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ.

Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran

Kata tasybīh disebutkan dan sisi penyerupaannya (tasybīh) dibuang; dalam banyaknya dan tersebarnya, hinanya dan lemahnya. Demikian juga ayat:

كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ

Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan

Yakni dalam beterbangannya dan ringannya bergerak.

Keempat, perbandingan:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ. فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan

 

Allah membuat bandingannya, yaitu:

وَ أَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ. فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ.

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah

Ini termasuk keindahan bahasa.

Kelima, majāz ‘aqli:

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.

maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan”.

Dalam ayat ini, yaitu dari masing-masing dibuang sesuatu yang ditulis pada yang lain.

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ. فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ. وَ أَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ. فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ.

Dari ayat pertama dibuang kata “ibunya surga” dan yang diungkapkan adalah: (عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ).

Ayat kedua dibuang “maka dia berada dalam hidup yang menyusahkan” dan yang diungkapkan adalah (فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ.). Ini termasuk keindahan.

Ketujuh, keserasian akhir-akhir ayat pada huruf akhir. Hal ini jelas dalam sūrat-ul-Qāri‘ah.

Catatan Penting:

Jumhur ulama berpendapat, bahwa timbangan akhirat adalah timbangan sesungguhnya yang mempunyai dua sisi piringan dan penunjuk keseimbangan. Catatan amal perbuatan ditimbang dengan timbangan tersebut, baik maupun buruk. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, bahwa amal saleh didatangkan dengan bentuk yang indah dan amal buruk didatangkan dengan bentuk yang buruk, lalu diletakkan di timbangan. Barang siapa kebaikannya lebih berat dia beruntung. Barang siapa keburukannya yang lebih berat maka dia celaka. Wallāhu a‘lam.

Catatan:

  1. 1119). Abū Su‘ūd (5/281).
  2. 1120). At-Tafsīr-ul-Kabīr (31/72).
  3. 1121). Ḥāsyiyat-ush-Shāwī (4/347).
  4. 1122). Abū Su‘ūd (5/281). Diriwayatkan dari Qatādah, bahwa yang dimaksudkan ayat ini adalah dia jatuh dengan kepala dahulu di dalam neraka. Namun pendapat pertama lebih kuat.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.