Surah al-Qari’ah 101 ~ Tafsir al-Wasith

Dari Buku:

Tafsīr al-Wasīth
(Jilid 3, al-Qashash – an-Nās)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penerjemah: muhtadi, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

SŪRAT-UL-QĀRI‘AH.

 

HURU-HARA KIAMAT.

Begitu sulit dan kerasnya manusia, alangkah banyak kelalaiannya, betapa jauhnya dari nasihat serta pelajaran dan begitu keras membinasakan diri dalam hal-hal berbahaya. Ia melihat bahaya tegak di hadapan mata, namun tetap saja merasuk dan meringsek ke dalamnya secara nyata di hadapan mata, tidak menjauhinya. Dan hal paling berbahaya dan mencengangkan yang dihadapi manusia adalah huru-hara kiamat. Karena itulah dalam al-Qur’ān kiamat disebut al-Qāri‘ah, yaitu kiamat itu sendiri karena huru-haranya merisaukan hati. Al-Qur’ān semakin membuatnya (merasa) mengerikan melalui surah al-Qāri‘ah, surah Makkiyyah tanpa perbedaan pendapat.

الْقَارِعَةُ. مَا الْقَارِعَةُ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ. يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ. وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ. فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ. فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ. وَ أَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ. فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ. نَارٌ حَامِيَةٌ.

“Hari Kiamat, Apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Maka adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hāwiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hāwiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (al-Qāri‘ah [101]: 1-11).

Al-Qāri‘ah, yaitu kiamat yang merisaukan hati dengan huru-hara dan hal-hal menakutkan yang terjadi di sana. Gerangan apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu seperti apa kondisi hari kiamat? Ini menguatkan kerasnya huru-hara kiamat dan mengagungkan kondisinya.

Tanda-tanda kiamat; hari di mana manusia keluar dari kubur, berjalan tanpa tentu arah, kondisi mereka ibarat serangga yang beterbangan dan tersebar secara terpisah-pisah. Saat tersebar dan terpecah-belah, kondisi manusia laksana laron yang beterbangan.

(يَوْمَ) zharaf, ‘āmil-nya adalah (الْقَارِعَةُ). Zamakhsyarī menjelaskan, manusia disamakan seperti laron karena banyak, tersebar, lemah dan hina, beterbangan menuju penyeru di segala penjuru sebagaimana laron beterbangan menuju api.

Gunung berubah seperti bulu yang berwarna-warni, kapas yang berhamburan karena berserakan dan beterbangan seperti disebutkan dalam ayat lain: “Dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (at-Takwīr [81]: 3). Dan firman Allah s.w.t.: “Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan.” (al-Muzzammil [73]: 14).

Kedua tanda-tanda ini sangat menakutkan manusia di samping sebagai peringatan yang sangat penting. Bila diperhatikan, gunung disamakan seperti kapas memang sesuai, sebab kapas ada yang berwarna putih, merah, kuning dan juga hitam. Seperti itu juga jalan-jalan di pegunungan yang berwarna-warni, ada yang berwarna putih, merah, kuning dan juga hitam. Nafsi artinya terkelupas dan terlepasnya bagian-bagian dari rangkaiannya.

Selanjutnya Allah s.w.t. memberitahukan balasan ‘amal perbuatan dan terpecahnya manusia menjadi dau golongan.

Barang siapa yang timbangannya berat, inilah yang terjadi pada hari kiamat, kebaikan-kebaikan dan ‘amal-‘amal shāliḥnya lebih berat dari ‘amal-‘amal buruk, ia berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Pemiliknya senang berada di surga.

‘Īsyah adalah kata yang menyatukan seluruh nikmat yang ada di surga. Al-‘Īsyat-ur-rādhiyah artinya kehidupan yang menyenangkan. Mayoritas ‘ulamā’, fuqahā’ dan ahli hadits berpendapat, timbangan pada hari kiamat memiliki tiang dan dua tepi, agar Allah s.w.t. menjelaskan masalah manusia seperti yang mereka kenal dan yakini. Seluruh timbangan dikumpulkan untuk manusia karena manusia memiliki banyak sekali timbangan. Beratnya timbangan tersebut adalah dengan iman dan ‘amal, dan ringannya timbangan adalah dengan tidak adanya iman dan ‘amal, atau ada namun sedikit. Timbangan orang mu’min tidak akan ringan, artinya tidak kekal di neraka. Penulis percaya akan keberadaan timbangan seperti yang disebutkan dalam al-Qur’ān meski tidak tahu tata cara penimbangan dan pengukurannya.

Sementara manusia yang ‘amal buruknya lebih berat dari ‘amal baiknya, atau tidak memiliki ‘amal baik sama sekali, ia akan menempati neraka Jahannam. Neraka Jahannam disebut ibu baginya karena di sanalah ia berlindung, layaknya anak kecil berlindung kepada ibunya. Neraka Jahannam disebut Ḥāwiyah, artinya mencelakakan karena manusia jatuh ke dalamnya yang sangat dalam sekali jurangnya, di samping karena api neraka Jahannam kekal. Mubarrid meriwayatkan, Nabi s.a.w. bersabda pada seseorang: “Tidak ada ibu bagimu.” Orang itu berkata: “Wahai Rasūlullāh, kau menyeruku menuju petunjuk lalu kau bilang: “Tidak ada ibu bagimu?” Rasūlullāh s.a.w. menjawab: “Maksudku, tidak ada neraka bagimu. Allah s.w.t. berfirman: “Maka tempat kembalinya adalah neraka Ḥāwiyah.” (al-Qāri‘ah [101]: 9).

Tahukah kamu apa gerangan neraka tersebut? Pertanyaan untuk menakut-nakuti untuk menjelaskan bahwa neraka tersebut tidak seperti lazimnya karena wujudnya tidak diketahui. Neraka itu adalah neraka yang sangat berkobar, sangat panas dan membakar, kobarannya kuat dan menjulang tinggi. Ini menunjukkan, api neraka Jahannam kuat dan mengalahkan seluruh jenis api. Zamakhsyarī menjelaskan, (هِيَهْ) adalah kata ganti yang mencengangkan, ditunjukkan oleh firman: “Maka tempat kembalinya adalah neraka Ḥāwiyah.” (al-Qāri‘ah [101]: 9). Atau kata ganti untuk Hāwiyah, dan hā’-nya adalah untuk pemberhentian bacaan, dan bila pembaca meneruskan, hā’-nya dibuang.

Mālik, Bukhārī dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Nabi s.a.w. bersabda: “Api anak cucu Ādam yang kalian nyalakan adalah satu dari tujuhpuluh bagian api neraka Jahannam,” para sahabat bertanya: “Kalau seperti itu maka sungguh mencukupi.” Nabi s.a.w. bersabda: “Api neraka Jahannam melebihi enam puluh sembilan bagian.”

Aḥmad meriwayatkan dari Abū Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: “Api ini adalah satu dari sepuluh bagian api nerakan Jahannam.”

Surah al-Qāri‘ah mengandung dua teror besar: kiamat dengan huru-haranya dan api neraka yang sangat panas dan menakutkan. Di hadapan tempat kembali ini, manusia terbagi menjadi dua golongan; golongan orang-orang baik yang menikmati surga-surga Khuldi, kehidupan yang menyenangkan dan menenangkan, dan golongan orang-orang pelaku keburukan yang disambar api neraka Jahannam, di sana mereka terbakar.

Di antara tanda-tanda kiamat; berubahnya bentuk normal langit dan bumi, langit pecah, bintang-bintang berjatuhan, gunung tercerai-berai, lautan terbakar, bumi terguncang keras sekali, tanda-tanda semesta berubah. Di saat-saat yang menakutkan itu, manusia bingung dan terguncang saat berhadapan dengan Allah s.w.t. dan penghisaban yang sulit.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *