Surah al-Qari’ah 101 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-101

AL-QĀRI‘AH

Surat al-Qāri‘ah bermakna hari kiamat. Diturunkan di Makkah sesudah surat al-Quraisy, terdiri dari 11 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Separo dari surat ini menjelaskan masalah hari kiamat, hari yang menimbulkan kebingungan dan kedahsyatan yang tiada taranya bagi semua makhluk. Pada hari akhirat itu, masing-masing manusia akan menerima hasil dan akibat amal perbuatannya yang dilakukan semasa di dunia ini, yaitu Surga atau Jahannam.

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Akhir surat yang telah lalu menjelaskan ciri hari kiamat, sedangkan surat ini menjelaskan huru-haranya yang terjadi pada hari itu.

 

C. TAFSIR SURAT AL-QĀRI‘AH

1. Kita beriman dengan mīzān hari kiamat tanpa mengetahui hakikatnya.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya

 

الْقَارِعَةُ..

Al qāri‘ah.

“Peristiwa besar (hari kiamat).” (11)

(al-Qāri‘ah [101]: 1).

Hari Kiamat adalah hari yang menimbulkan huru-hara dan kekecewaan yang sangat dalam.

مَا الْقَارِعَةُ.

Mal qāri‘ah.

“Apakah peristiwa besar (kiamat) itu?.”

(al-Qāri‘ah [101]: 2).

Apakah kiamat yang menimbulkan huru-hara, ketakutan, dan kedahsyatan itu?

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ.

Wa mā adrāk mal qāri‘ah.

“Dan mengertikah kamu, apakah peristiwa besar itu?.”

(al-Qāri‘ah [101]: 3).

Tidak ada yang dapat menjelaskan kepadamu tentang hakikat kiamat, bagaimanapun kamu berusaha membayangkannya. Sebab, hanya Allah-lah yang mengetahui hakikatnya.

يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ.

Yauma yakūnun nāsu kal farāsyil mabtsūts.

“Hari kiamat terjadi, manusia bagaikan kupu-kupu yang beterbangan.”

(al-Qāri‘ah [101]: 4).

Karena huru-haranya yang sangat dahsyat, pada hari kiamat itu manusia seperti kupu-kupu yang beterbangan. Mereka berjalan ke sana kemari tanpa arah yang jelas, dan mereka pun tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan.

وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ.

Wa takūnul jibālu kal ‘ihni manfūsy.

“Dan gunung-gunung bagaikan bulu yang dihembuskan.” (22).

(al-Qāri‘ah [101]: 5).

Gunung-gunung pecah berantakan, bagaikan kapas yang diterbangkan angin.

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ. فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.

Fa ammā man tsaqulat mawāzīnuh. Fa huwa fī ‘īsyatir rādhiyah.

“Adapun orang yang berat timbangannya. Maka dia berada dalam kehidupan yang senang.”

(al-Qāri‘ah [101]: 6-7).

Orang-orang yang timbangan amalnya berat karena amalan-amalan baiknya dan keikhlasannya yang sempurna, pada hari kiamat berada dalam keadaan senang dan gembira. Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang ditimbang pada hari kiamat adalah lembaran amal-amal yang berisi catatan amal kebajikan dan amal kejahatan (kemaksiatan) seseorang.

وَ أَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ. فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ.

Wa ammā man khaffat mawāzīnuh. Fa ummuhū hāwiyah.

“Adapun orang yang ringan timbangannya. Maka tempat tinggalnya Hawiyah (neraka).”

(al-Qāri‘ah [101]: 8-9).

Orang yang tidak ada harganya pada hari kiamat, sehingga jika diletakkan dalam neraca amal akan sangat ringan timbangannya, maka dia ditempatkan di dalam neraka Jahannam. Mengenai “mīzān” atau timbangan yang disebut di sini, kita tidak bisa mengetahui hakikatnya atau yang sesungguhnya. Karena itu, kita tidak usah bertanya seperti apa mīzān itu dan bagaimana cara menimbangnya, serta bagaimana mengukur amal seseorang. Sebab, hal itu merupakan sesuatu yang ghaib.

Tidak ada keterangan yang kuat, yang menyatakan bahwa timbangan amal pada hari kiamat itu sama dengan timbangan di dunia. Sebab, kita tidak dapat berpegang pada keterangan-keterangan tentang sifat timbangan.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ.

Wa mā adrāka mā hiyah.

“Dan mengertikah kamu tentang Hāwiyah itu?”

(al-Qāri‘ah [101]: 10).

Tidak ada yang dapat memberitahu kamu tentang apa dan bagaimana neraka Jahannam itu.

نَارٌ حَامِيَةٌ.

Nārun ḥāmiyah.

“Hāwiyah itu api yang sangat panas.”

(al-Qāri‘ah [101]: 11).

Neraka (Hāwiyah) adalah api yang menyala-nyala, dan semua orang yang berdosa dimasukkan ke dalamnya. Hal ini memberi pengertian bahwa apabila api di dunia dibandingkan dengan api neraka, maka api di dunia tidak dapat dikatakan panas. Tidak bisa didapat keterangan, berapa derajatkah panasnya api neraka itu?

 

D. KESIMPULAN SURAT

Pada saat terjadi hari kiamat, manusia yang sangat kebingungan bagaikan kupu-kupu yang beterbangan. Gunung-gunung pun seperti kapas yang dihembus angin. Pada hari itu, orang-orang yang berat timbangannya ditempatkan dalam kehidupan yang mewah dan jaya. Sebaliknya, orang-orang yang ringan timbangannya ditempatkan di dalam neraka (Hāwiyah), yang apinya sangat panas tanpa bandingan.

Catatan:


  1. 1). Kaitkan dengan QS. az-Zalzalah [99], dan QS al-Qiyāmah [75]. 
  2. 2). Kaitkan dengan QS. al-Wāqi‘ah [56], QS. al-Muzzammil [73], bagian akhir QS. Thāhā [20], QS. al-Mu’minūn [23], bagian awal QS. al-A‘rāf [7]. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *