Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Surah al-Qalam (Pena)
Surah ke-68. 52 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-7: Sumpah Allah subḥānahu wa ta‘ālā terhadap ketinggian pribadi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan bersihnya Beliau dari tuduhan yang dikatakan orang-orang musyrik kepada Beliau.

ن وَ الْقَلَمِ وَ مَا يَسْطُرُوْنَ. مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ. وَ إِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ. وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ. فَسَتُبْصِرُ وَ يُبْصِرُوْنَ. بِأَييِّكُمُ الْمَفْتُوْنُ. إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.

  1. Nūn. Demi pena (22911) dan apa yang mereka tuliskan, (22922)
  2. dengan karunia Tuhanmu engkau (Muḥammad) bukanlah orang gila. (22933)
  3. Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
  4. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (22944)
  5. (22955) Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat,
  6. Siapa di antara kamu yang gila? (22966)
  7. 7. Sungguh, Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk. (22977)

 

Ayat 8-16: Sikap kaum musyrik terhadap da‘wah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, ‘adzāb yang disiapkan Allah subḥānahu wa ta‘ālā untuk mereka, dan larangan menaati usulan mereka.

فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِيْنَ. وَدُّوْا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُوْنَ. وَ لَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيْنٍ. هَمَّازٍ مَّشَّاءٍ بِنَمِيْمٍ. مَنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ. عُتُلٍّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ. أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَ بَنِيْنَ. إِذَا تُتْلى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ. سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُوْمِ.

  1. Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). (22988)
  2. Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak (229910)
  3. Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah (230111) dan suka menghina, (230212)
  4. suka mencela (230313), yang kian ke mari menghambur fitnah, (230414)
  5. Yang merintangi segala yang baik (230515), yang melampaui batas (230616) dan banyak dosa,
  6. yang bertabiat kasar (230717), selain itu juga terkenal kejahatannya, (230818)
  7. karena dia kaya dan banyak anak. (230919)
  8. Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepadanya, dia berkata: “(Ini adalah) dongeng-dongeng orang dahulu.”
  9. (231020) Kelak dia akan Kami beri tanda pada belalai(nya). (231121)

Catatan:

  1. 2291). Ya‘ni alat yang digunakan untuk mencatat di Lauḥ Maḥfūzh segala sesuatu yang terjadi sampai hari Kiamat. Ada pula yang menafsirkan qalam (pena) di sini dengan semua pena yang digunakan untuk mencatat ‘ilmu. Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan pena dan apa yang mereka tulis karena hal itu termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar yang berhak Allah bersumpah dengannya untuk menunjukkan kebersihan Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dari tuduhan yang dilemparkan oleh musuh-musuh Beliau seperti tuduhan gila. Maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā menafikan sifat gila dari Beliau karena nikmat Allah dan iḥsān-Nya, yaitu dikaruniakan kepadanya akal yang sempurna, pandangan yang bagus dan kata-kata yang tepat yang paling baik untuk ditulis. Hal ini merupakan kebahagiaan untuk Beliau di dunia, selanjutnya kebahagiaan untuk Beliau di akhirat sebagaimana diterangkan di ayat selanjutnya adalah bahwa untuk Beliau pahala yang besar yang tidak akan putus, karena ‘amal Beliau yang saleh dan akhlāqnya yang sempurna. Oleh karena itu, Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
  2. 2292). Baik natsr (tulisan bebas) maupun nazhm (tulisan bersusun seperti syair).
  3. 2293). Ayat ini merupakan bantahan terhadap ucapan orang-orang kafir bahwa Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah orang gila.
  4. 2294). Kesimpulan akhlāq Beliau adalah seperti yang dikatakan oleh ‘Ā’isyah radhiyallāhu ‘anhā: “Kāna khuluquh-ul-Qur’ān,” (artinya: Akhlāq Beliau adalah al-Qur’an). Beliau melakukan apa yang disebutkan dalam al-Qur’ān seperti pada ayat-ayat berikut:
    Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma‘rūf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Terj. al-A‘rāf: 199)
    Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Terj. Āli ‘Imrān: 159)
    Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasūl dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (Terj. at-Taubah: 128) dan ayat-ayat lainnya yang menyebutkan sifat-sifat Beliau yang mulia serta ayat-ayat lainnya yang mendorong untuk berakhlak mulia. Oleh karena itu, Beliau memiliki akhlāq yang paling sempurna dan paling agung, di mana tidak ada satu pun akhlāq mulia kecuali Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam menduduki peringkat tertinggi. Oleh karena itu, Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam orangnya mudah, dekat dengan manusia, memenuhi undangan orang yang mengundangnya, memenuhi kebutuhan orang yang butuh, memberi orang yang meminta-minta dan tidak mengecewakannya. Apabila para sahabatnya menginginkan suatu perkara dari Beliau, maka Beliau menyetujui mereka serta mengikuti mereka jika tidak ada larangannya, dan jika ingin melakukan suatu langkah, maka Beliau mengajak para sahabatnya bermusyāwarah terhadapnya. Beliau menerima orang yang berbuat iḥsān dan memaafkan orang yang bersalah dan tidaklah ada orang yang duduk dengan Beliau kecuali Beliau bersikap dengan sikap yang sebaik-baiknya untuk Beliau. Oleh karena itu, Beliau tidak bermuka masam, tidak keras ucapannya, tidak menyembunyikan kegembiraannya, menjaga lisannya dari ucapan yang tidak berguna, tidak membalas orang yang bertindak kasar terhadap diri Beliau, Beliau tidak marah jika diri Beliau disakiti, tetapi marah jika syarī‘at Allah subḥānahu wa ta‘ālā dilanggar.
  5. 2295). Karena Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah menempatkan Beliau pada posisi yang paling tinggi, sedangkan musuh-musuhnya menuduh Beliau sebagai orang yang gila, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: Maka kelak engkau akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, – Siapa di antara kamu yang gila?
  6. 2296). Kamu ataukah mereka? Sungguh jelas, bahwa Beliau adalah manusia yang paling mendapatkan petunjuk, paling menyempurnakan diri dan orang lain, sedangkan musuh-musuh Beliau adalah manusia paling tersesat dan paling buruk, mereka telah menggelincirkan hamba-hamba Allah dan menyesatkan mereka dari jalan-Nya. Cukuplah pengetahuan Allah terhadapnya; Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapatkan petunjuk, dan Dialah yang akan menghisab mereka dan memberi balasan.
  7. 2297). Dalam ayat ini terdapat ancaman bagi orang-orang yang sesat, janji kebaikan untuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk, menjelaskan kebijaksanaan Allah, di mana Dia memberi petunjuk orang yang layak memperoleh hidāyah tidak selainnya.
  8. 2298). Hal itu, karena mereka tidak layak diikuti, karena mereka tidaklah menyuruh kecuali yang sesuai hawa nafsu mereka, dan mereka tidak menginginkan selain kebatilan. Oleh karena itu, menaati mereka sama saja mempersiapkan dirinya kepada sesuatu yang membahayakannya, dan hal ini umum kepada setiap orang yang mendustakan dan pada setiap ketaatan yang timbul dari mendustakan, meskipun susunan ayatnya untuk sesuatu yang khusus, yaitu kaum musyrikin meminta kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk diam tidak mencela sesembahan dan agama mereka sehingga mereka pun akan diam terhadap Beliau. Oleh karena itu, Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula).”
  9. 2299). Ya‘ni sepakat dengan yang mereka pegang, baik dengan ucapan, perbuatan maupun dengan mendiamkan, sehingga mereka akan bersikap lunak terhadap Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam.) lalu mereka bersikap lunak (pula). (230092300). Akan tetapi Beliau diperintahkan untuk menerangkan perintah Allah dan menerangkan agama-Nya.
  10. 2301). Karena tidak ada orang yang seperti itu kecuali ia sebagai pendusta, dan tidak ada yang seperti itu kecuali orang yang keadaannya hina.
  11. 2302). Mahīn bisa juga diartikan “hina”, ya‘ni dirinya hina, tidak ada kemauan kepada kebaikan, bahkan keinginannya hanya tertuju kepada hawa nafsunya yang hina.
  12. 2303). Ya‘ni banyak mencela manusia baik dengan menggunjing, menghina maupun dengan lainnya.
  13. 2304). Ya‘ni mengadu domba.
  14. 2305). Ya‘ni bakhil terhadap hartanya tidak mau menunaikan hak yang seharusnya ditunaikan seperti nafkah yang wajib, kaffarat, zakat, dsb.
  15. 2306). Terhadap manusia dengan menzhālimi harta, darah dan kehormatan mereka.
  16. 2307). Ya‘ni kasar, keras, berakhlāq buruk dan tidak mau tunduk kepada kebenaran.
  17. 2308). Ya‘ni diragukan keturunannya, tidak ada asalnya yang menghasilkan kebaikan, bahkan akhlāqnya adalah seburuk-buruk akhlāq, tidak diharapkan kebaikannya, bahkan terkenal kejahatannya. Kesimpulan ayat di atas dan ayat-ayat sebelumnya adalah bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā melarang menaati setiap orang yang banyak bersumpah lagi pendusta, hina dirinya dan buruk akhlāqnya, khususnya akhlāq yang mengandung ‘ujub terhadap diri, sombong terhadap kebenaran, merendahkan manusia seperti ghībah dan namīmah (adu domba), mencela manusia dan banyak melakukan maksiat. Ayat-ayat di atas meskipun turun berkenaan dengan sebagian kaum musyrikin seperti Walīd bin Mughīrah atau selainnya namun umum kepada setiap orang yang memiliki sifat ini, karena al-Qur’ān turun untuk memberi hidāyah kepada manusia, baik untuk generasi pertama mereka maupun generasi yang datang kemudian, bahkan terkadang turun sebagian ayat karena satu sebab atau pada orang tertentu agar jelas kaidah keumumannya dan dapat diketahui permisalan juz’iyyah (satuan)nya bahwa ia masuk ke dalam kaidah umum.
  18. 2309). Orang yang mempunyai banyak anak dan harta lebih mudah mendapat pengikut. Tetapi jika dia mempunyai sifat-sifat seperti tersebut pada ayat 10-13, maka tidak patut diikuti.
  19. 2310). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengancam orang yang seperti itu sifatnya, bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan menandai hidungnya untuk di‘adzāb dengan ‘adzāb yang tampak jelas.
  20. 2311). Yang dimaksud dengan “belalai” di sini ialah hidung. Dipakai kata belalai di sini sebagai penghinaan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *