Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir ash-Shabuni (4/4)

Dari Buku: SHAFWATUT TAFASIR
(Tafsir-tafsir Pilihan)
Jilid 5 (al-Fath – an-Nas)
Oleh: Syaikh Muhammad ‘Ali ash-Shabuni
Penerjemah: KH.Yasin
Penerbit: PUSTAKA AL-KAUTSAR.

Rangkaian Pos: Surah al-Qalam 68 ~ Tafsir ash-Shabuni

Allah menyebut kebaikan-Nya sebagai rencana sebagaimana Dia menyebutnya sebagai istidrāj karena bentuknya memang rencana. Limpahan rezeki, panjangnya umur dan sehatnya fisik secara lahir adalah kebaikan Allah, namun sesungguhnya semuanya ujian dari-Nya. Sebab pada akhirnya Allah menghukum dan menyiksa mereka dengan semua itu.

Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan utang”; hai Muḥammad, apakah kamu meminta uang kepada mereka atas penyampaian risalah sehingga mereka berpaling dari keimanan karena beban berat mengorbankan uang? Inti ayat adalah mencela sikap mereka karena tidak beriman, sebab rasul tidak meminta sedikitpun upah pada mereka. Al-Khāzin berkata: “Ya‘ni apakah kamu meminta upah pada mereka, sehingga mereka merasa keberatan mengorbankan uang, lalu mereka tidak mau beriman?” (7241) “Ataukah ada pada mereka ‘ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkannya)?; apakah di dekat mereka ada Lauḥ Maḥfūzh di mana tertulis hal ghaib, lalu mengutip dari sana bahwa mereka lebih baik daripada orang mu’min? Sehingga karena itu mereka tetap kafir dan durhaka? Ini istifhām inkari, pertanyaan penolakan dan mencela.

Maka bersabarlah kamu (hai Muḥammad) terhadap ketetapan Tuhanmu”; karena itu, bersabarlah kamu hai Muḥammad atas gangguan mereka dan teruslah menyampaikan risalah Allah yang diperintahkan kepadamu. “dan janganlah kamu seperti orang (Yūnus) yang berada dalam (perut) ikan”; janganlah kamu bosan dan tergesa-gesa sebagaimana Yūnus bin Mattā a.s. ketika dia marah kepada kaumnya karena mereka tidak beriman. Lalu Yūnus meninggalkan mereka dan naik kapal. Kemudian dia ditelan ikan dan terjadilah apa yang terjadi padanya. “ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya)”; ketika dia memanggil Tuhan di dalam perut ikan saat dia penuh marah dan murka dengan berkata: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhālim.” (al-Anbiyā’: 87) “Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat ni‘mat dari Tuhannya”; seandainya rahmat Allah tidak dilimpahkan kepadanya, “benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela”; niscaya dia dilemparkan pada tanah luas yang kosong dari pohon dan gunung, sedangkan dia tercela atas perbuatannya. Namun Allah memberinya taufīq untuk bertaubat, sehingga dia tidak tercela. “Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang shāliḥ”; lalu Allah memilih Yūnus untuk Dia Sendiri dan menjadikannya termasuk hamba yang dekat. Ibnu ‘Abbās berkata: “Allah mengembalikan wahyu kepadanya dan menerima syafā‘atnya kepada kaumnya.” (7252).

Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka”; sungguh karena sangat memusuhimu hai Muḥammad, orang kafir hampir membinasakanmu dengan pandangan mereka. Ibnu Katsīr berkata: “Ayat ini menunjukkan, bahwa penyakit ‘ain (pandangan yang didasarkan kebencian dan kedengkian menimbulkan sebuah penyakit kepada yang dilihatnya) adalah benar dan nyata. Hal ini dikuatkan oleh sabda Nabi: “Seandainya ada sesuatu yang mendahului taqdir, maka ‘ain mendahuluinya.” (7263) “tatkala mereka mendengar al-Qur’ān dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muḥammad) benar-benar orang yang gila.””; ketika mereka mendengar kamu membaca al-Qur’ān dan karena sangat marah dan dengki kepadamu mereka berkata: “Muḥammad gila. Allah berfirman membantah mereka. “Dan al-Qur’ān itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat”; Al-Qur’ān mu‘jizat ini tidak lain adalah petuah dan nasihat bagi bangsa jinn dan manusia. Lalu bagaimana orang yang menerima wahyu al-Qur’ān disebut gila? Allah menutup surat ini dengan menjelaskan kebesaran dan keagungan al-Qur’ān, sebagaimana Dia mengawalinya dengan menjelaskan kebesaran Rasūlullāh, agar permulaan dan penutup sangat serasi dan seragam.

Aspek Balāghah.

Surat al-Qalam mengandung sejumlah keindahan bahasa dari sisi bayān dan badī‘ berikut ini:

Pertama, jinas nāqis (penyebutan dua kata yang sejenis tapi kurang sempurna dan berbeda makna) antara (مَجْنُوْنٍ) dan (مَمْنُوْنٍ) karena perbedaan huruf kedua.

Kedua, redaksi ancaman dan ultimatum.

فَسَتُبْصِرُ وَ يُبْصِرُوْنَ. بِأَييِّكُمُ الْمَفْتُوْنُ.

Maf‘ūl bih (objek kata kerjanya) dibuang agar lebih menakutkan.

Ketiga, shīghat mubālaghah (redaksi dengan ma‘na sering dan lebih).

حَلَّافٍ، هَمَّازٍ، مَّشَّاءٍ، مَنَّاعٍ، أَثِيْمٍ، زَنِيْمٍ.

orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang terkenal kejahatannya, anak pezina.”

Keempat, isti‘ārah (permisalan) yang tinggi.

سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُوْمِ.

Kelak akan Kami beri tanda dia di belalai(nya).

Kata belalai dipinjam untuk menunjukkan hidung, sebab belalai asalnya milik gajah. Isti‘ārah ini sangat indah, sebab intinya adalah menertawakan dan menghina al-Walīd (telaah kembali penafsirannya).

Kelima, thibāq antara (الْمُسْلِمِيْنَ كَالْمُجْرِمِيْنَ) dan antara (ضَلَّ ….الْمُهْتَدِيْنَ.). Ini termasuk kalimat yang mempercantik bahasa.

Keenam, jinas isytiqāq (menyebutkan dua kata dari satu akar kata).

فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَ هُمْ نَائِمُوْنَ.

lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.”

Ketujuh, pertanyaan untuk mencela dan menjelekkan.

مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ.

Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?

Senada dengan ayat-ayat selanjutnya.

Kedelapan, tasybīh terbalik (mempersamakan)

أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِيْنَ كَالْمُجْرِمِيْنَ.

Asalnya: “Apakah Kami jadikan orang kafir sama dengan Muslimīn dalam pahala dan ganjaran?” Lalu tasybīh dibalik agar lebih sempurna dan mengagumkan.

Kesembilan, kināyah (kiasan) yang tinggi.

يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ

untuk menunjukkan hebatnya prahara dan kesulitan.

Kesepuluh, sajak yang tersusun rapi bagaikan untaian mutiara. Bacalah ayat-ayat:

ن، وَ الْقَلَمِ وَ مَا يَسْطُرُوْنَ. مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُوْنٍ. وَ إِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ.

Renungkanlah keajaiban al-Qur’ān.

Catatan:

  1. 724). Tafsīr-ul-Khāzin, 4/140.
  2. 725). At-Tafsīr-ul-Kabīr, 30/99
  3. 726). Hadits ini diriwayatkan oleh Aḥmad dan Tirmidzī dan Tirmidzī berkata: “Ḥasan Shaḥīḥ.”